Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Beberkan Cara Yakinkan AS untuk Bebas Bea Masuk Produk RI

Kompas.com - 06/08/2018, 20:45 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, perwakilan dari Indonesia yang mengikutsertakan Kementerian Perdagangan datang ke Amerika Serikat untuk menghadiri proses review kebijakan Generalized System of Preference (GSP).

GSP merupakan pemberian bebas bea masuk oleh AS untuk memajukan perekonomian negara-negara berkembang, di mana Indonesia jadi salah satu penerimanya.

AS meninjau ulang GSP untuk Indonesia karena melihat neraca perdagangan kedua negara lebih menguntungkan Indonesia. Hal itu terlihat dari lebih banyaknya komoditi yang diekspor Indonesia ke AS ketimbang ekspor dari AS ke Indonesia.

"Saat kunjungan ke AS, kami tidak minta supaya AS mempertahankan GSP untuk Indonesia, tetapi kami mulai pertemuan dengan Boeing melalui support dari Lion Air," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ditemui di kantornya, Senin (6/8/2018).

Saat itu, Enggar membahas tentang kebutuhan Boeing akan komponen produksinya berupa baja dan alumunium. Dengan menyinggung hal tersebut, maka bila nantinya tarif impor untuk baja dan alumunium dinaikkan, maka akan berdampak pada biaya produksi Boeing selaku perusahaan yang basisnya di AS.

"Kalau kita kena tarif 25 persen, otomatis biaya produksi Boeing juga naik dan bisa lebih mahal dari kompetitornya," tutur Enggar.

Selain soal komponen produksi, Enggar juga mendorong supaya pesawat hasil produksi Boeing menggunakan bahan bakar bioavtur. Enggar bahkan menawarkan, jika Boeing menyanggupi hal tersebut, pemerintah Indonesia juga akan mendorong pengusaha mau berinvestasi untuk membuat bioavtur.

Setelah berkomunikasi dengan Boeing, Enggar juga berkoordinasi dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) untuk memberi pemahaman kepada asosiasi kain dan tekstil di AS. Dalam pembicaraan di antara mereka, Indonesia menawarkan ekspor bahan baku untuk mengisi kekosongan atau biaya yang mahal setelah selama ini AS impor bahan tersebut dari China.

"Dengan peningkatan tarif antarkedua negara tersebut (AS dengan China), kami minta ekspor ekspor kita diprioritaskan karena harga pasti lebih murah. Pengusaha sanapun mengakui kualitas kita tidak kalah," ujar Enggar.

Dari berbagai kegiatan tersebut, Enggar di suatu kesempatan menyampaikan kepada perwakilan US Trade Representative (USTR) bahwa kebijakan perdagangan Indonesia-AS sebenarnya saling menguntungkan. Dari hal-hal tersebut, Enggar meyakinkan agar AS bisa mempertahankan GSP untuk Indonesia.

"Terkait fasilitas GSP saya hanya bilang, I need your support. Jadi, sekarang kita tunggu saja karena itu sepenuhnya di tangan mereka, kami sudah jelaskan semua concern mereka karena kami mitra strategis AS dan mitra itu based on trust," ucap Enggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com