Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tudingan Sandiaga soal Data Kemiskinan, Ini Tanggapan BPS

Kompas.com - 06/09/2018, 11:48 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) membantah seluruh tudingan calon wakil presiden Sandiaga Uno. Sandiaga sebelumnya menuding pemerintah mengontrol data kemiskinan dan pengangguran di BPS, bahkan menyebut data BPS sebagai rekayasa karena dia merasa orang miskin masih banyak.

"Independensi bagi BPS adalah harga mati. Tidak ada intervensi dari pihak manapun, termasuk pemerintah, dalam kegiatan BPS," kata Kepala Biro Humas dan Hukum BPS Dwi Retno kepada Kompas.com, Kamis (5/9/2018).

Dwi menegaskan, BPS merupakan lembaga negara yang independen dan dalam melaksanakan tugasnya selalu menggunakan dasar serta indikator yang terukur serta sistematis. Pun untuk setiap sensus dan survei, BPS menggunakan konsep definisi dan metodologi yang mengacu pada manual dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lembaga internasional lainnya.

"Hal tersebut penting untuk tujuan keterbandingan data antarnegara. Dalam menjalankan tugas, BPS juga selalu diawasi oleh lembaga internasional seperti IMF dan PBB atau dari dalam negeri oleh Forum Masyarakat Statistik," tutur Dwi.

Baca juga: Sandiaga Tuding Pemerintah Mengontrol Data Kemiskinan dan Pengangguran

Mengenai Sandiaga yang mempertanyakan indikator BPS dalam menentukan garis kemiskinan, Dwi menjelaskan, BPS menggunakan pendekatan rumah tangga dalam menginterpretasi garis kemiskinan.

Rata-rata jumlah anggota rumah tangga pada rumah tangga di Indonesia sekitar 4,6 orang, maka rata-rata garis kemiskinan rumah tangga nasional jadi Rp 1,84 juta yang didapat dari Rp 401.220 dikali 4,6 di mana Rp 401.220 sebagai patokan garis kemiskinan per kapita per bulan.

"Nilai tersebut telah dihitung berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar dari sisi makanan, yaitu pemenuhan 2100 kalori per kapita per hari dan dari sisi non makanan," ujar Dwi.

Bila angka tersebut diterapkan pada masing-masing provinsi, maka garis kemiskinan per bulan per rumah tangga tidak jauh berbeda dengan Upah Minimum Provinsi (UMP). Dwi mencontohkan, di Jakarta dengan garis kemiskinan Rp 593.108 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin 5,2 orang, maka garis kemiskinan per rumah tangga per bulan di Jakarta sebesar Rp 3.084.000 di mana UMP DKI sebesar Rp 3.355.750.

Baca juga: Membandingkan Angka Kemiskinan dari Era Soeharto hingga Jokowi

Sandiaga juga menuding data BPS tentang pengangguran masih mentah dan tidak memperhatikan kualitas pekerjaannya. Dwi menekankan, BPS memotret kondisi ketenagakerjaan (termasuk pengangguran) sesuai konsep dan definisi pengangguran yang berlaku secara internasional melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).

"Sakernas tidak bertujuan mendeteksi mismatch di dalam pekerjaan, seperti sarjana sastra yang bekerja di perbankan. Penghitungan mismatch antara lapangan pekerjaan dan pendidikan pekerja bukan kewenangan BPS," ucap Dwi.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Angka Kemiskinan Era Soeharto Hingga Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com