Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penundaan Proyek Kelistrikan, Kemungkinan Menyasar PLTU dan PLTD

Kompas.com - 06/09/2018, 21:04 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Arahan pemerintah untuk menunda sejumlah proyek infrastruktur langsung ditindaklanjuti oleh pihak terkait.

Dari PT PLN (Persero), telah dibahas proyek-proyek di bidang kelistrikan yang hendak ditunda dalam rangka menahan tingginya laju impor.

"Jadi, yang enggak boleh bergerak atau ditunda itu adalah yang energi baru terbarukan (EBT). Jadi, yang kemungkinan digeser itu adalah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman usai rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (6/9/2018).

Syofvi menjelaskan, pihaknya masih memetakan proyek mana saja yang aman untuk ditunda dan mana yang tetap harus dilanjutkan. Dia memastikan, total kapasitas proyek kelistrikan yang akan ditunda adalah 15.200 megawatt, seperti yang disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan beberapa hari lalu.

Adapun rata-rata dalam proyek kelistrikan, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sekitar 20 sampai 40 persen dan selebihnya berasal dari impor. Jika ada proyek yang pendanaannya belum dipenuhi, kemungkinan akan digeser oleh Kementerian ESDM ke tahun berikutnya.

"Pokoknya yang ditunda adalah yang belum financial closing, kami masih ngecek. Kalau dimundurkan, misalkan dua tahun, itu reserve marginnya cukup enggak. Nah, ada beberapa yang enggak cukup jadi ada yang bisa (ditunda) ada yang enggak," tutur Syofvi.

Selain memperhitungkan margin cadangan, PLN juga mempertimbangkan permintaan atau kebutuhan akan listrik di sejumlah daerah. Dengan sejumlah pertimbangan itu, baru ditentukan proyek mana saja yang bakal ditunda dan mana yang tidak.

Penundaan proyek infrastruktur merupakan satu dari sejumlah instrumen yang digunakan pemerintah untuk menjaga posisi neraca perdagangan yang lebih banyak mengalami defisit sejak awal tahun. Dengan memperbaiki neraca perdagangan, nilai tukar rupiah juga bisa menguat terhadap dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com