Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Minta Masyarakat Tak Takut terhadap Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 10/09/2018, 19:21 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah meminta masyarakat agar tak perlu takut secara berlebihan dalam menghadapi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) saat ini.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyatakan bahwa hal itu penting dilakukan agar tak ada efek negatif yang terjadi atas pelemahan rupiah tersebut.

"Kita memang harus siap menghadapi penurunan rupiah ini, mau tidak mau. Namun, ini bukan merupakan hal baru sehingga tidak perlu ditakutkan. Kalau waspada iya, cuma ketakutan berlebihan itu tidak bagus," jelas Iskandar saat menghadiri Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Kemenkominfo Jakarta, Senin (10/9/2018).

Berkaitan dengan hal tersebut, Iskandar meminta masyarakat agar sedikit melihat kondisi perekonomian Indonesia pada periode 1997-1998.

"Secara historis, kali ini bukan pertama kalinya neraca transaksi berjalan kita mengalami defisit sebab pada 2013 current account kita mengalami defisit minus 4,24 persen saat kuartal II yang berakibat neraca primer kita mengalami defisit cukup besar," ungkap Iskandar.

Menurut Iskandar, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tahun ini yang minus 3,02 persen bukanlah sebuah krisis. Oleh sebab itu, tak perlu ada kepanikan dan ketakutan yang luar biasa menghadapi kondisi tersebut.

"Adanya arus modal yang masuk atau capital inflow membuat kondisi ini jadi tidak masalah," ujar Iskandar.

Adapun hal yang perlu dikhawatrikan saat ini menurut Iskandar adalah ketidakpastian yang masih menyelubungi pasar global. Situasi itu pun diprediksi mampu memicu adanya modal keluar atau capital outflow.

Namun demikian, Iskandar meyakini Indonesia tidak akan menjadi seperti Argentina yang mata uangnya terdepresiasi hingga 49,62 persen pada dollar AS atau seperti Turki yang terdepresiasi hingga 40,7 persen.

"Kekhawatiran berlebih tidak diperlukan karena memang fundamental ekonomi dalam negeri kita masih sangat kuat. Itu terbukti dari tingkat inflasi yang masih di kisaran 3,2 persen," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com