Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet pada Anak Bisa Hambat Pertumbuhan Tinggi Badan

Kompas.com - 07/02/2018, 16:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegemukan memang bisa membawa konsekuensi kesehatan di masa depan. Pada anak-anak, obesitas disebutkan bisa memicu penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi, di usia dewasa. Walau begitu, jangan sembarangan menerapkan diet pada anak.

Spesialis Gizi Klinik, dr Cindiawaty J. Pudjiadi MARS, MS, SpGK, menyampaikan setidaknya satu dari 10 anak di Indonesia mengalami kegemukan. Terutama anak yang tinggal di perkotaan.

Tetapi, berhati-hatilah untuk tidak menerapkan diet ketat pada anak gemuk karena diet bisa membuat pertumbuhan tinggi anak berhenti.

Cindy menjelaskan, banyak kasus tinggi badan anak berhenti tumbuh di usia yang masih muda, seperti 15 tahun.

"Ada teorinya juga. Gemuk juga akan membantu menghambat segala macam. Termasuk gizinya juga tidak maksimal," kata Cindy di sela konferensi pers pembukaan rangkaian kegiatan HiLo School Drawing Competition 2018 di Morissey Hotel Jakarta, Rabu (7/2/2018).

Adapun diet yang bisa menghambat pertumbuhan anak adalah diet dengan menekan kebutuhan nutrisi anak. Sebab, menurutnya anak-anak membutuhkan asupan nutrisi dengan jumlah tertentu.

"Kalau dia asupan makanannya terlalu rendah, kebutuhannya nutrisinya tidak terpenuhi, itu akan membuat pertumbuhannya tidak maksimal," kata dia.

Spesialis Gizi Klinik, dr Cindiawaty J. Pudjiadi MARS, MS, SpGK dalam konferensi pers pembukaan rangkaian kegiatan HiLo School Drawing Competition 2018 di Morissey Hotel Jakarta, Rabu (7/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Spesialis Gizi Klinik, dr Cindiawaty J. Pudjiadi MARS, MS, SpGK dalam konferensi pers pembukaan rangkaian kegiatan HiLo School Drawing Competition 2018 di Morissey Hotel Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Asupan nutrisi yang harus diperoleh anak usia sekolah di antaranya adalah karbohidrat kompleks yang kaya serat, protein rendah lemak, vitamin, dan mineral.

"Kalau di tabel makanan, susu termasuk. Lalu vitamin dan mineral juga banyak di sayur dan buah. Makan mesti lengkap," tutur Cindy.

Sementara itu, untuk persoalan obesitas seringkali disebabkan kurangnya paparan sinar matahari yang menyebabkan defisiensi vitamin D. Pola hidup anak saat ini kadang membentuk kebiasaan anak untuk jarang ke luar ruangan dan malas olahraga.

"Makin ke sini anak-anak makin jarang dan malas olahraga. Anak saya malas waktu dia kecil dan berat badannya berlebih. Jajan ya gorengan, disuruh olahraga banyak alasan," sambungnya.

Tapi, kebiasaan bermain gawai bisa juga dimanfaatkan agar anak mau melakukan aktivitas luar ruangan dan mendapat paparan sinar matahari yang cukup.

Cindy mencontohkan permainan Pokemon Go yang sempat ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu. Permainan itu, menuntut anak untuk berjalan kaki jika mau mengumpulkan Pokemon.

"Itu lumayan bagus untuk mengajak anak bergerak di luar, tidak hanya di rumah. Karena main Pokemon juga enggak bisa sambil naik mobil," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com