Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Serentak 2018, Polri Cermati Ancaman Hoaks yang Beredar

Kompas.com - 08/01/2018, 20:54 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan, Polri menaruh perhatian khusus terhadap ancaman kabar bohong atau hoaks yang beredar di Pilkada serentak 2018.

"Isu hoaks bisa terjadi. Oleh karena itu Polri bukan hanya menyiapkan pengamanan fisik saja. Tapi cyber patrol kita juga sudah siapkan dan sudah operasionalkan," kata Syafruddin di kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Senin (8/1/2018).

Menurut Syafruddin, potensi hoaks di Pilkada bisa sangat mungkin dimunculkan demi menjatuhkan lawan atau kampanye hitam.

"Jadi isu hoaks itu juga bisa memicu jadi hal yang tak pantas, tak penting, bisa saja dimainkan di Pilkada," kata dia.

(Baca juga: Di Tahun Politik, Presiden Bikin Lembaga Anti-hoaks)

Apalagi kata dia, saat ini isu hoaks mudah dimanfaatkan untuk menggerakkan massa dalam jumlah yang besar.

"Sekarang lagi zaman milenial, zaman now. Jadi itu perlu diperhatikan menjadi fokus kita. Isu-isu hoaks bisa saja menggerakkan massa," ucap Syafruddin.

"Anda tahu di Tunisia bisa jadi goncangan besar itu karena dimulai dari isu hoaks sampai bisa fatal bagi sebuah negara. Oleh karena itu semua saya imbau untuk mengantisipaai ini," tegas dia.

Tak cuma itu, Polri kata Syafruddin juga menyiapkan pasukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada Pilkada, utamanya di sejumlah daerah yang rawan.

"Ada dinamika politik yang terjadi. Setiap dinamika politik di situ kita akan antisipasi dari segi kekuatan. Tapi sampai saat ini update-nya kondusif kondisinya," ujar dia.

(Baca juga: Cerita Sandiaga tentang Kabar Hoaks Rekruitmen Volunteer Asian Games)

"Namun kesiapan pasukan untuk pergeseran ke wilayah sudah kita siapkan untuk menghadapi masa sosialisasi kampanye Pilkada," tambah Syafruddin.

Syafruddin pun menambahkan, daerah-daerah yang dianggap oleh Polri rawan pada Pilkada mendatang antara lain, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan serta Sumatera Utara.

"Kenapa demikian? karena dari aspek pemilih yang begitu besar, terus tentu kontestasi juga (rawan) akan resisten karena perebutan suara. Kan 45 persen penduduk Indonesia ada di Jawa," kata dia.

"Kemudian Papua. Karena aspek letak geografis dan aspek lain yang bisa terjadi di sana. Sulawesi Selatan karena melihat pasangan yang akan berkontestasi politik. Sumatera Utara juga demikian cukup rawan karena dari aspek kontestasi," terangnya.

Kompas TV Pasca gempa Tasikmalaya, gempa membuat panik warga di Garut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Nasional
Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Nasional
Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Nasional
MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

Nasional
Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Nasional
Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Nasional
Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com