Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shimao, Kota Berusia 4.300 Tahun di China yang Makmur dan Barbar

Kompas.com - 29/08/2018, 17:02 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Setelah dikira bagian dari Tembok Besar China, para arkeolog akhirnya mengetahui bahwa yang ditemukannya adalah sebuah kota kuno lengkap dengan piramida setinggi 70 meter, kepala yang dipenggal, dan berbagai permata berharga.

Kota batu berumur 4.300 tahun itu sekarang bernama Shimao, dan nama kunonya tidak diketahui. Dengan luas 400 hektar, kota ini tidak hanya merupakan pemukiman berdinding terbesar pada masanya tetapi juga pemukiman terbesar di dunia.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Antiquity, para arkeolog yakin kota kuno ini menyimpan asal usul peradaban China dan mungkin sejarah perlu ditulis ulang.

Baca juga: Lempeng 4.000 Tahun Ungkap Lokasi 11 Kota Kuno Asyur yang Hilang

Dilansir IFL Science, Jumat (24/8/2018), Shimao digambarkan sebagai pusatnya orang barbar dalam sejarah China. Wilayah ini juga diketahui menjadi pusat perdagangan, keagamaan, hingga pengorbanan nyawa manusia.

Meski masih sedikit yang diketahui tentang kota kuno ini, keagungan dan keruwetan kotanya menunjukkan bahwa kota ini pernah menjadi jantung politik dan ekonomi pada masanya.

Hal itu dibuktikan dengan adanya piramida yang dibangun di pusat kota. Menurut perkiraan tim ahli, piramida raksasa itu dibangun sekitar 2300 SM dan mempunyai struktur 11 lantai bangunan yang diperkuat dengan penopang batu juga dinding pertahanan.

Pada dinding piramida dan hampir setiap struktur batu dihiasi dengan berbagai batu permata hijau, giok, dan peralatan.

Selain itu, pada dinding piramida juga terdapat ukiran mata dan antropomorfik, gambaran setengah manusia setengah hewan. Ukiran itu diduga sebagai simbol kekuatan religius khusus dan memperkuat kesan visual piramida pada masyarakat umum.

Batu permata hijau dan giok yang ditanam di dinding bangunan juga menandakan kekuatan ekonomi kota. Para peneliti percaya bahwa artefak batu giok dan permata, menunjukkan bahwa Shimao kemungkinan menjadi pusat perdagangan di China.

Di bagian luar, ada plaza terbuka yang mungkin digunakan untuk ritual atau keperluan politik. Piramida dapat terlihat dari berbagai sudut pemukiman. Piramida sendiri kemungkinan berfungsi sebagai simbol kekuasaan bagi elit setempat.

"Dibandingkan dengan istana di piramida, konstruksi bangunan di luar kompleks piramida jauh lebih ramah, baik dari segi ukuran dan teknik bangunan," ujar peneliti.

Baca juga: Hilang 1.700 Tahun, Kota Kuno Neapolis Ternyata Tidur di Dasar Laut

Melalui deskripsi tersebut, sekilas kota ini terlihat kota yang agung, aman, dan tentram. Namun kenyataannya tidak demikian.

Para ilmuwan melaporkan, terdapat praktik pengorbanan manusia dalam jumlah besar yang dibuktikan dengan temuan enam lubang berisi kepala manusia yang dipenggal di sekitaran Shimao.

Analisis morfologi mengatakan kemungkinan para korban merupakan tawanan dari kelompok-kelompok yang bertikai di dekatnya.

Ini terlihat dari sektiar kota ini yang diperkuat oleh tembok-tembok benteng yang ditempatkan secara strategis di sekitar kota untuk mencegah orang-orang keluar.

Sebelumnya Shimao pernah dianggap sebagai bagian dari Tembok Besar China. Namun peneliti menyadari bahwa Shimao jauh lebih tua dari Tembok Besar China yang dibangun antara 2.700 hingga 400 tahun lalu.

Tim berspekulasi bahwa Shimao berkembang di wilayah ini selama sekitar 500 tahun dan dapat mencakup lebih dari 4.000 pemukiman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com