Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Sementara Tunjukkan Obat Asma Bisa Memperlambat Kerusakan Saraf

Kompas.com - 03/09/2018, 17:35 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Uji klinis fase dua telah menunjukkan bahwa obat anti-inflamasi yang saat ini digunakan untuk mengobati pasien asma dan stroke dapat memperlambat kerusakan neurologis multiple sclerosis progresif (MS) hingga hampir 50 persen.

MS atau sklerosis ganda adalah penyakit progresif yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang selaput pelindung saraf (mielin) dalam otak dan saraf tulang belakang.

Sampai sekarang, hanya ada sedikit obat yang efektif memperlambat penyakit yang ditandai dengan penurunan sistem saraf itu.

Untuk alasan yang tidak diketahui, seseorang yang memiliki MS mengalami fenomena fisiologis yang disebut demielinasi, di mana sel-sel saraf di seluruh otak, sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat), dan tubuh (sistem saraf perifer) menjadi rusak atau hancur setelah lapisan lemak di sekitar akson hilang.

Baca juga: Stroke Ringan Menyerang Segala Usia, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Demielinasi diperkirakan muncul karena respons autoimun atau kegagalan sel yang menghasilkan myelin.

Meski pemahaman tentang penyakit ini masih misterius, ahli yakin peradangan berperan penting.

Pada MS progresif primer dan sekunder, kerusakan saraf inflamasi bersifar tetap dan menyebabkan memburuknya kecacatan seiring waktu. Kemudian, MS yang sering kambuh bermanifestasi sebagai periode remisi yang diselingi dengan periode peradangan aktif.

Percobaan melibatkan 255 pasien MS primer dan sekunder berusia 21 hingga 65 tahun asal AS.

129 orang di antaranya dipilih secara acak untuk mengonsumsi obat ibudilast (obat anti-infamasi yang dapat menghambat subtipe PDE4 ke tingkat terbesar, red) dan sisanya mengonsumsi obat plasebo.

Dalam laporan yang terbit di The New England Journal of Medicine, setelah dua tahun kedua kelompok pasien menunjukkan kehilangan neuron otak, yang diukur dengan penyusutan otak total. Namun, mereka yang meminum obat ibudilast setiap hari kehilangan jaringan otaknya 48 persen lebih sedikit dibanding yang meminum plasebo.

"Temuan ini signifikan untuk pasien dengan MS progresif," kata peneliti utama Dr Robert Fox, dilansir IFL Science, Jumat (31/8/2018).

"Harapan kami, manfaat ibuilast dalam memperlambat penyusutan otak dapat diterjemahkan ke penurunan perkembangan cacat fisik terkait percobaan fase 3 mendatang," imbuhnya.

Secara keseluruhan, obat itu tampaknya aman dan tingkat efek samping ringan, sedang, hingga berat ada di setiap kelompok. Efek sampingnya antara lain gangguan pencernaan, depresi, dan sakit kepala.

Baca juga: Para Ibu, Menyusui Bisa Turunkan Risiko Stroke di Usia Senja

Ibudilast telah dipasarkan di Jepang dan Korea sejak 1989 tetapi belum disetujui untuk digunakan di AS. Namun, FDA telah memberikan MediciNova, perusahaan farmasi yang mensponsori uji coba MS, untuk menjadikan ibudilast sebagai pengobatan MS progresif.

Penetapan sebelumnya berarti bahwa agensi akan mempercepat tinjauan mereka terhadap aplikasi obat baru perusahaan, ketika diajukan, berdasarkan kebutuhan mendesak dari pasien. Yang terakhir ini memberikan hak pemasaran eksklusif MediciNova (tidak ada obat generik yang dapat dijual) selama tujuh tahun jika disetujui untuk indikasi itu.

MediciNova juga menyelidiki ibudilast sebagai pengobatan potensial dari amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau yang dikenal sebagai penyakit motor neurone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com