Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Ekstrem Gunungkidul: Puthul, Serangga di Awal Musim Penghujan

Kompas.com - 14/11/2018, 17:13 WIB
Markus Yuwono,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berbicara kuliner ekstrem di Gunungkidul, Yogyakarta, seolah tidak pernah habis. Mulai dari belalang, ulat, kepompong, hingga kelelawar dimakan oleh sebagian besar masyarakat Gunungkidul.

Ada satu lagi jenis serangga yang menjadi kuliner musiman. Yaitu puthul, sejenis kumbang yang banyak terdapat di dedaunan di awal musim penghujan.

Puthul muncul saat awal musim penghujan. Kemunculan yang berlangsung hanya beberapa hari ini menjadi rejeki bagi masyarakat. Selain untuk lauk, puthul juga diperjualbelikan dengan harga cukup mahal.

Warga Padukuhan Pengos, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Sumaryanto (27) mengatakan beberapa hari terakhir dirinya bersama beberapa orang tetangga berburu serangga yang hanya muncul pada sore menjelang malam hari itu.

Berbekal botol plastik yang telah dimodifikasi dan lampu senter, dirinya menyusuri ladang di sekitar Desa Giring.

"Biasanya lebih dari satu, kadang dua ada juga yang tiga ekor. Kalau lokasinya banyak pohon yang berdaun itu tidak butuh waktu lama. Tetapi jika pas sulit ya bisa dapatnya tidak seberapa. Jika beruntung dalam waktu satu jam saja botol (air mineral ukuran 1500 ml) yang ia gunakan untuk menampung serangga itu dapat terisi penuh," katanya kepada wartawan, Rabu (14/11/2018).

Baca juga: Menikmati Kuliner Ekstrem di Gunungkidul, Berani?

Hasil tangkapannya itu dijadikan olahan untuk dikonsumsi sendiri. Namun tak jarang juga, serangga tersebut ia jual lantaran banyak masyarakat yang menginginkan serangga tersebut.

"Kadang diolah, kadang juga dijual kalau harganya cocok, hanpir satu botol air mineral isi 1.500 ml itu saya jual Rp 40 ribu," ujarnya.

Warga Desa Dengok, Kecamatan Playen, Suparlan (36) menambahkan, dirinya membeli dari keponakannya yang mencari puthul. Setelah dibersihkan menggunakan air, bagian sayap puthul yang cukup keras itu harus lepaskan terlebih dahulu dari tubuhnya. serangga kecil itu direbus dengan bumbu bacem. Setelah ditiriskan, lalu digoreng.

"Rasanya gurih seperti belalang kecil, selain untuk camilan juga untuk lauk makan nasi anget," katanya.

Baca juga: Tinggalkan Citra Lama, Gunungkidul Perlahan Mewujud Jadi Bali Kedua

Dia mengatakan, beberapa orang di desanya mencari sekitar pukul 18.00 WIB sampai 21.00 WIB. Biasanya dimasak sendiri ataupun dijual.

"Sudah banyak kok yang menjual di online juga, di Facebook itu dijual per botol, atau yang sudah matang juga ada," ucapnya.

Salah seorang Ahli Pertanian di Gunungkidul, Sugeng Raharjo, mengatakan Puthul atau Phyllophaga hellery adalah salah satu hama yang menjadi musuh besar petani. Hewan yang merupakan famili Scarabaeidae sub famili Melolonthinae dari ordo Coleoptera ini aktif menyerang perakaran tananan padi.

"Puthul yang selama ini sering dicari masyarakat itu, larvanya nanti menjadi hama ditanaman padi. Mencari makannya di daun," ucapnya.

Dijelaskannya, puthul akan bertelur di dalam tanah. Lalu menetas menjadi uret bersamaan dengan perkembangan padi. Uret berkembang baik yaitu ditempat yang banyak mengandung bahan organik. Setelah itu, uret masuk ke dalam tanah, dan lamanya uret didalam tanah sekitar 4-6 bulan. Lalu munculah puthul.

"Jadi puthul muncul awal musim penghujan," tuturnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com