Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerhana Matahari Total 20 April, Observatorium Bosscha Buat 4.000 Kacamata Khusus Lindungi Retina Mata

Kompas.com - 16/01/2023, 17:20 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Observatorium Bosscha memproduksi kacamata khusus untuk mengamati fenomena gerhana matahari total yang akan berlangsung pada 20 April 2023 mendatang.

Sedikitnya, Observatorium Bosscha memproduksi sebanyak 4.000 kacamata khusus yang akan dibagikan cuma-cuma ke seluruh wilayah Indonesia.

Fenomena gerhana matahari total ini diperkirakan akan berlangsung selama 1 menit 14 detik di langit Indonesia bagian timur.

Untuk menikmati fenomena gerhana matahari total masyarakat bisa mengamati di wilayah Maluku dan Papua Barat.

Baca juga: Ada 4 Gerhana Sepanjang 2023, 3 Dapat Dilihat di Indonesia, Apa Saja?

Sementara masyarakat di wilayah Indonesia lainnya dapat menyaksikan fenomena itu sebagai gerhana matahari sebagian (GMS) dengan porsi tertutupnya matahari sebanyak 30 hingga 90 persen.

"Kami memproduksi 4.000 kacamata khusus untuk mengamati fenomena langka gerhana matahari pada April mendatang," ujar astronom sekaligus juru bicara Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty saat ditemui di Lembang, Senin (16/1/2023).

Yatny menjelaskan, kacamata tersebut dirancang menggunakan lapisan filter khusus agar masyarakat bisa mudah menyaksikan fenomena langka tersebut tanpa bahaya paparan cahaya.

"Di kacamata ini yang terpenting adalah filternya. Filter ini bisa menangkis atau menyaring energi matahari sampai ke 99,99 persen sehingga aman untuk diterima oleh mata kita," jelas Yatny.

Menurutnya, paparan cahaya matahari bisa merusak retina tanpa disadari. Kerusakan retina itu berupa penglihatan kabur dengan rentan waktu 1 jam sampai 1 Minggu, sementara risiko paling buruk bisa menyebabkan kerusakan permanen hingga kebutaan.

Baca juga: Kisah Mereka yang Berjuang Tangkap Momen Puncak Gerhana Bulan Total

"Kacamata ini memang harus disiapkan secara khusus karena cahaya matahari intensitasnya tinggi sekali dan bisa merusak lapisan retina yang berisi syaraf sensitif," kata Yatny.

Menurutnya, masyarakat di wilayah yang dilintasi gerhana matahari total bisa menikmati secara langsung fenomena itu. Namun masyarakat di wilayah gerhana matahari sebagian akan lebih berbahaya jika menyaksikan tanpa alat pengaman seperti kacamata ini.

"Akan sangat berbahaya melihat langsung saat gerhana sebagian dan pada saat piringan matahari mulai muncul ketika fase total telah selesai. Jadi jangan melihat langsung ke arah matahari tanpa alat pengaman," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Farhan Ungkap Masalah Lain Teras Cihampelas: Tak Cuma Atas, Tiang Rusak Tali Air...
Farhan Ungkap Masalah Lain Teras Cihampelas: Tak Cuma Atas, Tiang Rusak Tali Air...
Bandung
Tidak Jadi Bongkar Teras Cihampelas, Farhan: Pak Gubernur Dedi Mulyadi Setuju, asal...
Tidak Jadi Bongkar Teras Cihampelas, Farhan: Pak Gubernur Dedi Mulyadi Setuju, asal...
Bandung
Ono Surono Sindir Gaya Dedi Mulyadi dalam Pimpin Jabar: Jangan Cuma Andalkan Populistik!
Ono Surono Sindir Gaya Dedi Mulyadi dalam Pimpin Jabar: Jangan Cuma Andalkan Populistik!
Bandung
Sekolah Swasta Cianjur Protes Rombel Dedi Mulyadi: Siswa Kami Dibajak Sekolah Negeri!
Sekolah Swasta Cianjur Protes Rombel Dedi Mulyadi: Siswa Kami Dibajak Sekolah Negeri!
Bandung
Miras, Ganja hingga Tiket Palsu Disita Petugas saat Piala Presiden 2025
Miras, Ganja hingga Tiket Palsu Disita Petugas saat Piala Presiden 2025
Bandung
Pemkab Bogor Mulai Tata Kawasan Puncak usai Longsor dan Banjir
Pemkab Bogor Mulai Tata Kawasan Puncak usai Longsor dan Banjir
Bandung
Anak Gagal Masuk Sekolah Negeri lalu Warga Segel Jalan Menuju SMAN 6 Tangerang Selatan, Disdik: Sudah Kami Salurkan ke Swasta
Anak Gagal Masuk Sekolah Negeri lalu Warga Segel Jalan Menuju SMAN 6 Tangerang Selatan, Disdik: Sudah Kami Salurkan ke Swasta
Bandung
Dedi Mulyadi Akan Tolak Proyek Golf di Gunung Salak jika Terbukti Sebabkan Banjir
Dedi Mulyadi Akan Tolak Proyek Golf di Gunung Salak jika Terbukti Sebabkan Banjir
Bandung
Persentase Pendapatan Jabar Kalah dari Yogyakarta, DPRD: Dedi Mulyadi Jangan 'One Man Show!'
Persentase Pendapatan Jabar Kalah dari Yogyakarta, DPRD: Dedi Mulyadi Jangan "One Man Show!"
Bandung
Selain Akan Gugat Dedi Mulyadi, FKSS Jabar Minta Disdik Adil soal Rombel SMA
Selain Akan Gugat Dedi Mulyadi, FKSS Jabar Minta Disdik Adil soal Rombel SMA
Bandung
“Darurat” Jadi Alasan Dedi Mulyadi Tambah Rombel Sekolah Negeri
“Darurat” Jadi Alasan Dedi Mulyadi Tambah Rombel Sekolah Negeri
Bandung
Dedi Mulyadi Ganti Ponsel Pelukis yang Hilang saat Serahkan Lukisan di Depok
Dedi Mulyadi Ganti Ponsel Pelukis yang Hilang saat Serahkan Lukisan di Depok
Bandung
Kakek Gugat Cucu di Indramayu: Bukan Kami yang Meminta, Justru Mereka
Kakek Gugat Cucu di Indramayu: Bukan Kami yang Meminta, Justru Mereka
Bandung
Sekolah Swasta Diminta Tak Khawatir Kekurangan Siswa Imbas Kebijakan Dedi Mulyadi
Sekolah Swasta Diminta Tak Khawatir Kekurangan Siswa Imbas Kebijakan Dedi Mulyadi
Bandung
Disdik Jabar Tanggapi Rencana FKSS Gugat Dedi Mulyadi soal Rombel Sekolah Negeri
Disdik Jabar Tanggapi Rencana FKSS Gugat Dedi Mulyadi soal Rombel Sekolah Negeri
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau