Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com - Media sosial digemparkan oleh narasi soal pesawat tanpa awak atau drone yang membunuh operatornya.
Drone itu disebut dikembangkan dengan bantuan artificial intelligence (AI).
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, ada yang perlu diluruskan dari narasi tersebut.
Informasi soal drone AI yang membunuh operatornya disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.
Berikut penggalan narasi salah satu akun pada Senin (5/6/2023):
ROBOT KAFIR
“Sebuah drone tempur intelijen buatan telah menemukan cara terpendek untuk mencapai tujuannya: bunuh operatornya”: Amerika menguji drone tempur intelijen buatan, tetapi robot tersebut mengambil kendali selama pengujian, “membunuh” para komandan dan menghancurkan menara komunikasi.
Isu soal drone AI membunuh operatornya sendiri bermula dari pernyataan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Kolonel Tucker Hamilton.
Ia merupakan kepala pengujian dan operasi AI untuk Angkatan Udara AS.
Dilansir Lead Stories, Hamilton menghadiri Future Combat Air & Space Capabilities Summit Royal Aeronautical Society pada 23-24 Mei 2023, di London.
Hamilton memaparkan simulasi drone AI yang ditugaskan untuk menargetkan ancaman tertentu.
Dalam acara tersebut, Hamilton mengatakan, jika drone merasa terganggu dengan misinya, maka drone dapat membunuh operator karena orang itu mencegahnya mencapai tujuannya.
Pernyataan Hamilton dimaksudkan sebagai anekdot semata, tetapi menjadi masalah serius karena muncul misinformasi.
Melalui situsnya Royal Aeronautical Society, Jumat (2/6/2023), menerbitkan pembaruan berisi klarifikasi pernyataan Hamilton.
Kolonel Hamilton mengakui dia salah bicara dalam presentasinya di Royal Aeronautical Society FCAS Summit dan simulasi drone AI jahat sebatas pemikiran belaka.
Angkatan Udara AS tidak pernah menjalankan eksperimen AI yang dipersenjatai semacam itu.