Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Jatim Jadi Episentrum Baru Covid-19 Menurut Ahli Epidemiologi Unair

Kompas.com - 01/07/2020, 19:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Sumber UNAIR News

KOMPAS.com - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menyebut sejumlah alasan mengapa Jawa Timur kini menjadi episentrum baru pandemi Covid-19 di Indonesia.

Dengan jumlah 11.508 kasus Covid-19 per 28 Juni 2020, Jawa Timur melampaui jumlah kasus yang tercatat di DKI Jakarta dan menjadi provinsi dengan jumlah kasus positif tertinggi di Indonesia.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Advokasi PSBB dan Surveilans Covid-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu mengatakan bahwa tingginya risiko terinfeksi di Surabaya dikarenakan oleh tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yaitu di angka 8.600 per kilometer persegi.

Baca juga: Tips Sederhana agar Tak Mudah Lelah Saat Bersepeda dari Pakar Unpad

Alasan lain mengapa kasus Covid-19 meningkat, lanjut dia, ialah kurangnya penegakan protokol kesehatan dan pengendalian kepatuhan warga yang tidak ketat, serta nihilnya sanksi denda dalam peraturan walikota apabila melanggar protokol kesehatan tersebut.

Meski begitu, Windhu menjelaskan attack rate atau atau tingkat serangan Covid-19 di provinsi tersebut bukan yang tertinggi di Indonesia, karena menempati peringkat 9 dari 34 provinsi di Indonesia.

Attack rate Jawa Timur hanya sebesar 27 per 100.000 penduduk, sedangkan DKI Jakarta sebesar 105 per 100.000 penduduk.

Windhu menjelaskan bahwa attack rate merupakan nilai seberapa besar risiko penduduk terinfeksi Covid-19.

Baca juga: E-book Akhir Pekan, Kisah Bertahan di Wuhan hingga Resep Empon-empon

“Namun ini tidak sepenuhnya berita baik karena pada faktanya, Surabaya kini adalah kota yang memiliki attack rate yang tertinggi di Indonesia. Nilainya sekitar 150 per 100.000 penduduk," papar Windhu seperti dilansir dari laman Unair News.

Attack rate ini, lanjut Windhu, meningkat sebesar 75 persen ketika masa transisi dan PSBB sudah tidak diberlakukan lagi di Surabaya.

"Tentu tingginya risiko terinfeksi ini menjadi faktor utama Jawa Timur menjadi episentrum Covid-19 di Indonesia," imbuhnya.

Sanksi tegas hingga peningkatan testing PCR

Windhu menyebut langkah yang harus segera dilakukan oleh pemerintahan daerah untuk mengendalikan laju penyebaran Covid-19 adalah mengendalikan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan yang tertuang dalam peraturan gubernur/walikota.

Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia di Pemeringkatan Dunia QS WUR 2021

Pelanggar kedisiplinan terhadap protokol tersebut, kata dia, harus diberi sanksi denda yang tegas.

Ia juga mendesak agar testing PCR (swab test) dapat ditingkatkan agar kasus positif Covid-19 dapat ditemukan sebanyak mungkin agar rantai pandemi dapat segera diputus.

“Langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah menjadikan RSUD milik Pemerintahan Kota Surabaya menjadi Rumah Sakit Khusus Covid-19 dan kapasitas bed isolasi ditingkatkan dalam rumah sakit yang telah menjadi rujukan untuk penanganan Covid-19," saran dia.

Baca juga: Beasiswa D3/S1 dari Universitas Islam Indonesia, Bebas Biaya Kuliah

"Yang terpenting adalah langkah-langkah ini harus dilakukan terlebih dahulu dengan optimal dan cepat, hasil akhir tidak harus terlalu dipikirkan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Cek Syarat Ekonomi KIP Kuliah 2025 Jalur Mandiri, Bisa Kuliah Gratis di PTN-PTS
Cek Syarat Ekonomi KIP Kuliah 2025 Jalur Mandiri, Bisa Kuliah Gratis di PTN-PTS
Edu
Mengapa Ubi Cilembu kalau Dipanggang Rasanya Manis? Ini Kata Pakar IPB
Mengapa Ubi Cilembu kalau Dipanggang Rasanya Manis? Ini Kata Pakar IPB
Edu
Jadwal SKD Sekolah Kedinasan 2025, Cek Materi Ujian dan 'Passing Grade'
Jadwal SKD Sekolah Kedinasan 2025, Cek Materi Ujian dan "Passing Grade"
Edu
Peringatan 58 Tahun PPM Manajemen, Perkuat Bidang Manajamen lewat Riset dan Penelitian
Peringatan 58 Tahun PPM Manajemen, Perkuat Bidang Manajamen lewat Riset dan Penelitian
Edu
Kisah Mahasiswa, Rintis Bisnis Tas Sejak SMA, Raih Omzet Ratusan Juta Rupiah
Kisah Mahasiswa, Rintis Bisnis Tas Sejak SMA, Raih Omzet Ratusan Juta Rupiah
Edu
Penjelasan Sri Mulyani soal Anggaran Sekolah Kedinasan Lebih Besar dari Sekolah Formal
Penjelasan Sri Mulyani soal Anggaran Sekolah Kedinasan Lebih Besar dari Sekolah Formal
Edu
Anggaran Sekolah Rakyat Capai Rp 1,1 Triliun, Terbanyak untuk Laptop dan Seragam
Anggaran Sekolah Rakyat Capai Rp 1,1 Triliun, Terbanyak untuk Laptop dan Seragam
Edu
Tipe Soal Ujian Nasional 2025 TKA Jenjang SMA-SMK Sederajat
Tipe Soal Ujian Nasional 2025 TKA Jenjang SMA-SMK Sederajat
Edu
Kemenbud Berencana Daftarkan Pacu Jalur Jadi Warisan Budaya ke UNESCO
Kemenbud Berencana Daftarkan Pacu Jalur Jadi Warisan Budaya ke UNESCO
Edu
Kisah Bisyarah, Kowad Lulusan Terbaik Akmil, Sempat Diterima di Teknik Pertambangan
Kisah Bisyarah, Kowad Lulusan Terbaik Akmil, Sempat Diterima di Teknik Pertambangan
Edu
22 Mapel Wajib Ujian Nasional TKA 2025 buat Siswa SMA-SMK, Digelar November
22 Mapel Wajib Ujian Nasional TKA 2025 buat Siswa SMA-SMK, Digelar November
Edu
Prabowo Klaim Angka Pengangguran Turun, Pakar UGM Beri Tanggapan
Prabowo Klaim Angka Pengangguran Turun, Pakar UGM Beri Tanggapan
Edu
Jadwal Pasang Bendera Merah Putih buat HUT RI, Mulai Kapan?
Jadwal Pasang Bendera Merah Putih buat HUT RI, Mulai Kapan?
Edu
Kemendikdasmen: Sekolah Swasta Bisa Ajukan Permohonan Revitalisasi Bangunan
Kemendikdasmen: Sekolah Swasta Bisa Ajukan Permohonan Revitalisasi Bangunan
Edu
Kisah Suwandi, Lulusan Terbaik IPDN Tanpa Skripsi, Dapat IPK 3,87
Kisah Suwandi, Lulusan Terbaik IPDN Tanpa Skripsi, Dapat IPK 3,87
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau