Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Garam, Tonggak Pemerintah Benahi Tata Niaga Garam

Kompas.com - 06/08/2017, 19:40 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan garam yang saat ini menjadi polemik dinilai menjadi momentum yang tepat untuk membenahi kebijakan pergaraman nasional.

Termasuk tata kelembagaannya, mulai dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, PT Garam, dan pihak lain yang terlibat.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya mengatakan, turunnya produksi garam membuat harga garam melonjak.

Baca juga: Koperasi Merah Putih di Tuban Ditutup 1 Hari Usai Diresmikan, Perusahaan Mitra Tarik Semua Barang

Menurutnya, importasi yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan solusi jangka pendek dan harus dijadikan target untuk membuat kebijakan yang sistematis untuk meningkatkan produksi untuk 2 sampai 3 tahun kedepan.

“Solusi jangka pendek impor tetapi harus jadi target kebijakan sistematis untuk tingkatkan kapasitas produksi (garam nasional) dalam 2-3 tahun ke depan,” ujar Berly saat dihubungi Minggu (6/8/2017).

Menurutnya, untuk dapat mendongkrak jumlah produksi garam diperlukan kebijakan sistematis serta teknologi dan manajemen yang baik.

Baca juga: Aturan Baru Penulisan Nama di KTP, KK, dan Akta Kelahiran, Jangan Sampai Salah

Selain itu, yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah lokasi tempat produksi, jika tempat produksi jauh dari lokasi pembeli, maka harga jual akan mahal, karena biaya transportasi.

(Baca: Impor Garam Mengusik Menteri Susi)

 

Sementara itu, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, sebenarnya, saat ini pemerintah telah memiliki program untuk pengembangan petani garam lokal atau yang dikenal program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR).

Baca juga: Cerita Penerima Adhi Makayasa, Sempat Gagal Masuk Akmil Berujung Jadi Lulusan Terbaik Akpol

"Ini tapi enggak jalan, realisasi bantuan tidak pernah mencapai 100 persen, target produksi garam dari PUGAR hanya 51,4 persen dari target. Jadi, programnya sudah ada, tetapi tidak serius diawasi pemerintah," jelasnya.

Sebelumnya, guna mengatasi persoalan kelangkaan garam konsumsi yang terjadi saat ini, pemerintah sepakat melakukan importasi garam sebanyak 75.000 ton dari Australia dengan menugaskan PT Garam.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, Indonesia mau tidak mau harus melakukan importasj garam sebanyak 75.000 ton dari Australia.

Baca juga: Konflik Meletus, Kedubes Desak Warga Thailand Tinggalkan Kamboja, Jet Tempur Melayang

Australia dipilih karena jarak tempuhnya yang relatif singkat, sehingga mempercepat garam sampai di Indonesia.

Namun demikian, Mendag mengharapkan kedepannya Indonesia bisa menjadi negara penghasil garam dan mewujudkan swasembada garam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
HSBC dan ANA Gelar Travel Fair, Tawarkan Tiket Jepang dan China Mulai Rp 7,7 Juta
HSBC dan ANA Gelar Travel Fair, Tawarkan Tiket Jepang dan China Mulai Rp 7,7 Juta
Ekbis
Korsel Terhindar dari Resesi Teknikal, Ekonomi Tumbuh 0,6 Persen
Korsel Terhindar dari Resesi Teknikal, Ekonomi Tumbuh 0,6 Persen
Ekbis
Pelni Terbuka untuk Layani Distribusi Barang Milik Kopdes Merah Putih ke Wilayah 3 TP
Pelni Terbuka untuk Layani Distribusi Barang Milik Kopdes Merah Putih ke Wilayah 3 TP
Ekbis
Amplop Kondangan Bukan Objek Pajak Penghasilan, Ini Aturannya
Amplop Kondangan Bukan Objek Pajak Penghasilan, Ini Aturannya
Ekbis
Pelni Dapat Penugasan Angkut Bahan Pokok, Bisa Tekan Harga 35 Persen
Pelni Dapat Penugasan Angkut Bahan Pokok, Bisa Tekan Harga 35 Persen
Ekbis
Efisiensi Anggaran, Konsumsi Listrik Kantor Erick Thohir Turun 18 Persen
Efisiensi Anggaran, Konsumsi Listrik Kantor Erick Thohir Turun 18 Persen
Energi
Harga Naik, Dompet Menipis: Mengapa Rasa Inflasi Tiap Orang Bisa Beda?
Harga Naik, Dompet Menipis: Mengapa Rasa Inflasi Tiap Orang Bisa Beda?
Ekbis
Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Rugi Rp 99 Triliun
Beras Oplosan Dijual Rp 15.000 Per Kg, Konsumen Rugi Rp 99 Triliun
Ekbis
Prabowo ke Pengoplos Beras: Kembalikan Kerugian Negara Rp 100 Triliun
Prabowo ke Pengoplos Beras: Kembalikan Kerugian Negara Rp 100 Triliun
Ekbis
Pelni Bakal Gelontorkan Dana Rp 700 Miliar buat Beli 2 Kapal Komersial
Pelni Bakal Gelontorkan Dana Rp 700 Miliar buat Beli 2 Kapal Komersial
Ekbis
Waspadai Investasi Bodong: Ini 6 Ciri dan Cara Menghindarinya
Waspadai Investasi Bodong: Ini 6 Ciri dan Cara Menghindarinya
Keuangan
Fenomena Rojali dan Rohana di Mal: Pengunjung Ramai, Belanja Sepi
Fenomena Rojali dan Rohana di Mal: Pengunjung Ramai, Belanja Sepi
Ekbis
Data PHK Terus Naik Tembus 42 Ribu, Menaker: Salah Satu Solusinya Satgas PHK
Data PHK Terus Naik Tembus 42 Ribu, Menaker: Salah Satu Solusinya Satgas PHK
Ekbis
Prabowo Garap 18 Proyek Hilirisasi, Buka Lapangan Kerja 276.000
Prabowo Garap 18 Proyek Hilirisasi, Buka Lapangan Kerja 276.000
Ekbis
Kopdes Merah Putih di Pucangan Tuban Mendadak Tutup, Zulhas: Cuma Salah Paham, Sudah Buka Lagi
Kopdes Merah Putih di Pucangan Tuban Mendadak Tutup, Zulhas: Cuma Salah Paham, Sudah Buka Lagi
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Relawan Jokowi Yakin Roy Suryo Akan Kena Sanksi akibat Isu Ijazah Palsu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau