Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Swiss Bakal Tentukan Nasib Kelapa Sawit Indonesia lewat Referendum

Kompas.com - 16/11/2020, 14:00 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

ZURICH, KOMPAS.com - PERJALANAN panjang Uniterre, untuk menjegal produk kelapa sawit Indonesia di Swiss, membuahkan hasil.

Bundeskanzlei, semacam Mahkamah Konsitusi Swiss, secara resmi menyetujui inisiatif Uniterre. LSM pertanian yang berbasis di Lausanne, Swiss Barat ini, mengusulkan adanya referendum boleh tidaknya produk kelapa sawit diperdagangkan di Heidiland.

Itu artinya, sedikitnya delapan juta rakyat Swiss akan mencoblos, dan menentukan setuju atau tidaknya produk kelapa sawit Indonesia masuk negara mereka.

Baca juga: Referendum Tolak Kelapa Sawit Indonesia Masuk Mahkamah Konstitusi Swiss

Dalam keterangan persnya kepada wartawan, Bundeskanzlei menjadwalkan referendum kelapa sawit per 7 Maret 2021.

Sebelumnya, Juni lalu, Uniterre berhasil mengumpulkan 61.719 tanda tangan petisi penolakan kelapa sawit. Dari jumlah itu, sebanyak 61.184 dinyatakan sah.

Itu artinya, kuota minimal 50 ribu tanda untuk mengusulkan diadakannya referendum, memenuhi syarat.

Baca juga: Duka Saut Situmorang, Jatuh di Pelukan Anies, Usai Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Bui

Mengingat padatnya jadwal referendum di Swiss, yakni 4 kali dalam setahun, referendum kelapa sawit baru bisa dilaksanakan Maret tahun depan.

Produk kelapa sawit sebenarnya sudah bisa melenggang masuk Swiss, jika Uniterre tidak mengajukan referendum.

Sebab, perjanjian kerja sama dagang antara Swiss dan Indonesia, yang didalamnya ada produk kelapa sawit, sudah diteken sejak dua tahun silam.

Baca juga: Uang Miliaran Hasil Menyanyi Ludes Tinggal Rp 10.000, Farel Prayoga: Akibat Orangtua Enggak Bijak Mengelolanya

Undang undang di Swiss menyebutkan, bahwa rakyat bisa menolak perjanjian perdagangan kedua negara dengan cara mengumpulkan minimal 50 ribu tanda tangan.

Jika jumlah minimal tanda tangan itu tercapai dan terbukti sah, maka mau tidak mau, harus dilakukan referendum.

Swiss melakukan referendum sebanyak empat kali dalam setahun, dengan empat sampai dengan sepuluh topik. Ada topik nasional, hingga topik provinsi, bahkan tingkat desa.

Perjanjian dagang antara Swiss dan Indonesia, dalam hal ini masuk topik nasional. Seluruh rakyat Swiss yang memiliki hak pilih, akan menentukannya.

Umumnya, jumlah golput mencapai 50 % hingga 60 %, tergantung menarik atau tidaknya topik yang akan direferendumkan. Referendum sebagian besar pelaksanaannya lewat pos.

Baca juga: Pemasaran Produk Kelapa Sawit Indonesia Mulai Ditolak di Swiss

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
semoga saja rakyat swiss menyetujui produk sawit indonesia bisa masuk ke negara mereka dan jika itu terjadi maka ini berita baik untuk petani sawit kita #jernihberkomentar #melihatharapan

Terkini Lainnya
Israel Serang Gaza dengan Rudal Drone Berisi Paku, 30 Warga Palestina Tewas
Israel Serang Gaza dengan Rudal Drone Berisi Paku, 30 Warga Palestina Tewas
Internasional
Paus Leo XIV dan Netanyahu Berbicara via Telepon Usai Israel Serang Gereja di Gaza
Paus Leo XIV dan Netanyahu Berbicara via Telepon Usai Israel Serang Gereja di Gaza
Internasional
Penerbangan Delta Dialihkan, Penumpang Coba Buka Pintu Darurat dan Berkelahi dengan Pramugari
Penerbangan Delta Dialihkan, Penumpang Coba Buka Pintu Darurat dan Berkelahi dengan Pramugari
Internasional
Pria Malaysia Ditemukan Tewas di Dalam Mobil, Mesin Masih Menyala
Pria Malaysia Ditemukan Tewas di Dalam Mobil, Mesin Masih Menyala
Global
China Berkoar Logam Tanah Jarang Dicuri Asing, Sindir AS?
China Berkoar Logam Tanah Jarang Dicuri Asing, Sindir AS?
Internasional
Hujan Deras di Korea Selatan Tewaskan 4 Orang, Lebih dari 1.300 Dievakuasi
Hujan Deras di Korea Selatan Tewaskan 4 Orang, Lebih dari 1.300 Dievakuasi
Internasional
Pasukan Suriah Siap Dikerahkan Lagi ke Sweida meski Ada Peringatan dari Israel
Pasukan Suriah Siap Dikerahkan Lagi ke Sweida meski Ada Peringatan dari Israel
Internasional
Alasan Lindungi Druze, Apa Alasan Sebenarnya Israel Serang Suriah?
Alasan Lindungi Druze, Apa Alasan Sebenarnya Israel Serang Suriah?
Internasional
Kapal Perang Jepang Era PD II Ditemukan di Dasar Laut Dekat Australia
Kapal Perang Jepang Era PD II Ditemukan di Dasar Laut Dekat Australia
Internasional
Israel Sebut Serangan ke Gereja Katolik di Gaza 'Peluru Nyasar'
Israel Sebut Serangan ke Gereja Katolik di Gaza "Peluru Nyasar"
Internasional
Bagaimana AS Menangani Kasus 9 Warganya yang Tewas oleh Serangan Israel sejak 2022?
Bagaimana AS Menangani Kasus 9 Warganya yang Tewas oleh Serangan Israel sejak 2022?
Internasional
Abaikan Permintaan Israel, ICC Tak Mau Cabut Surat Penangkapan Netanyahu
Abaikan Permintaan Israel, ICC Tak Mau Cabut Surat Penangkapan Netanyahu
Internasional
Cerita Pelaut Filipina Selamat dari Serangan Houthi: 5 Jam Mengerikan, Saksikan Kapal Tenggelam
Cerita Pelaut Filipina Selamat dari Serangan Houthi: 5 Jam Mengerikan, Saksikan Kapal Tenggelam
Internasional
Hilang Sejak PD II, Kapal Perang AS Ditemukan di Dasar Laut Pasifik
Hilang Sejak PD II, Kapal Perang AS Ditemukan di Dasar Laut Pasifik
Internasional
Sambaran Petir di India Tewaskan 33 Orang, Mayoritas Petani dan Buruh
Sambaran Petir di India Tewaskan 33 Orang, Mayoritas Petani dan Buruh
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Malam Ini Laga Timnas Indonesia Vs Filipina, Kick Off 20.00 WIB
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau