Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tantang Menkeu Jepang Minum Air Limbah PLTN Fukushima

Kompas.com - 15/04/2021, 11:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menantang Menteri Keuangan Jepang Taro Aso untuk meminum air limbah PLTN Fukushima.

Pernyataan keras itu dilontarkan Lijian pada Rabu (14/4/2021) setelah Aso mengatakan bahwa air limbah PLTN Fukushima yang akan dibuang ke laut aman untuk dikonsumsi.

Baca juga: Jepang: Penolakan Pembuangan Air Limbah PLTN Fukushima ke Laut Tidak Ilmiah

"Seorang pejabat Jepang mengatakan tidak apa-apa jika kita minum air (limbah PLTN Fukushima) ini, jadi silakan diminum," kata Zhao sebagaimana dilansir The Washington Post.

Sebelumnya, pada Selasa (13/4/2021), pemerintah Jepang memutuskan untuk melepaskan air limbah PLTN Fukushima ke laut dari pabrik dalam dua tahun.

Setelah itu, dalam konferensi pers pada Selasa, Aso mengatakan bahwa air limbah PLTN tersebut telah diolah sedemikian rupa sehingga tidak apa-apa jika diminum.

"Saya telah mendengar bahwa kita tidak akan kena apa-apa jika kita minum (air limbah PLTN Fukushima),” kaya Aso sebagaimana dilansir The Japan Times.

Baca juga: Khawatir Kontaminasi Radioaktif, Korsel Siap Lawan Keputusan Pembuangan Air dari Fukushima di Pengadilan Internasional

Di sisi lain, Zhao menyindir bahwa Jepang harusnya berkaca pada penyakit Minamata sebelum akhirnya memutuskan untuk membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.

Penyakit Minamata muncul pada akhir 1950-an yang disebabkan air yang tercemar merkuri yang dibuang ke laut oleh pabrik kimia Chisso Corp di kota pesisir Minamata, Prefektur Kumamoto.

Penyakit tersebut melumpuhkan sistem saraf pusat manusia dan memicu cacat lahir.

Penduduk setempat mengalami gejala aneh seperti gemetar, kejang, kesulitan berjalan, berkurangnya pendengaran, kelumpuhan, hingga kematian.

Baca juga: Jepang Akan Buang 1,25 Juta Ton Air Limbah Nuklir Fukushima ke Laut

Menurut pemerintah Jepang, 1.784 orang mati karena penyakit Minamata dan puluhan ribu lainnya menderita gejala berat.

"Jepang tidak boleh melupakan tragedi sejarah," imbuh Zhao.

Dia juga mendesak Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk tidak membuang air radioaktif ke laut tanpa seizin negara lain dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Selain China, Korea Selatan dan Taiwan juga menolak keputusan Jepang yang akan membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.

Baca juga: 10 Tahun Setelah Bencana PLTN Fukushima, Pengembangan Energi Nuklir di Jepang Terhenti

Negara-negara itu beralasan bahwa air limbah tersebut akan merusak lingkungan laut, keamanan pangan, dan kesehatan manusia.

Sementara itu, Jepang menepis kritik yang dialamatkan kepadanya atas keputusannya tersebut sebagaimana dilansir New York Times, Selasa.

“Negeri Sakura” mengatakan, alasan penolakan dan keberatan yang diajukan negara-negara tersebut tidak ilmiah.

Jepang juga berpendapat pembuangan air limbah PLTN semacam itu ke lautan adalah rutinitas di seluruh dunia.

Baca juga: 10 Tahun Setelah Bencana Fukushima, Bagaimana Nasib Energi Nuklir di Masa Depan?

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Komentar
gak sampai tahunan, bumi bulat rusia dengan amerika saja perbatasannya sangat dekat, membalas komentar rudy gunawan : butuh 57 hari dr jepang ke sebagian besar lautan pasifik. 3 tahun ke amerika dan kanada. 10 tahun ke seluruh dunia. makanan laut akan hancur smua. tapi amerika mendukung lgkh jepang ini dn lagi di kompas ini ga ada beritanya ga netral emg. dan berita ini ga dibicarain mendalam kan gila

Terkini Lainnya
Capres Kolombia Miguel Uribe Meninggal, 2 Bulan Usai Ditembak di Kepala
Capres Kolombia Miguel Uribe Meninggal, 2 Bulan Usai Ditembak di Kepala
Global
Sibuk Scroll TikTok, Polisi Abaikan Pria dalam Mobil Patroli yang Kepanasan sampai Tewas
Sibuk Scroll TikTok, Polisi Abaikan Pria dalam Mobil Patroli yang Kepanasan sampai Tewas
Global
Kapal China Hancur Usai Ditabrak Kapal Perang Sendiri, Tak Gubris Bantuan Filipina
Kapal China Hancur Usai Ditabrak Kapal Perang Sendiri, Tak Gubris Bantuan Filipina
Global
Warga India Balas Tarif Trump, Ajak Boikot Produk AS
Warga India Balas Tarif Trump, Ajak Boikot Produk AS
Global
Greta Thunberg dan Aktivis Dunia Akan Berlayar Lagi Bawa Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Greta Thunberg dan Aktivis Dunia Akan Berlayar Lagi Bawa Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Global
Jika China-Taiwan Perang, Presiden Filipina Nyatakan Siap Terlibat
Jika China-Taiwan Perang, Presiden Filipina Nyatakan Siap Terlibat
Global
Cerita Putra Mahkota Saudi Kalahkan Bill Gates Beli Kapal Pesiar Rp 8,9 Triliun
Cerita Putra Mahkota Saudi Kalahkan Bill Gates Beli Kapal Pesiar Rp 8,9 Triliun
Global
Makin Banyak 'Negara Besar' Akui Palestina, Apa Dampaknya?
Makin Banyak "Negara Besar" Akui Palestina, Apa Dampaknya?
Global
4 Astronot Pulang ke Bumi Usai 5 Bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional
4 Astronot Pulang ke Bumi Usai 5 Bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional
Global
Menegangkan, Detik-detik 2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina
Menegangkan, Detik-detik 2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina
Global
Korut Ancam Beri Balasan Tegas Jika Latihan Militer Korsel-AS Provokasi
Korut Ancam Beri Balasan Tegas Jika Latihan Militer Korsel-AS Provokasi
Global
Australia Akan Akui Palestina, Selandia Baru Pertimbangkan Langkah Serupa
Australia Akan Akui Palestina, Selandia Baru Pertimbangkan Langkah Serupa
Global
75 Persen Anggota PBB Akan Akui Negara Palestina
75 Persen Anggota PBB Akan Akui Negara Palestina
Global
Meski Ketegangan Mereda, Korut Kecam Latihan Perang Korsel-AS
Meski Ketegangan Mereda, Korut Kecam Latihan Perang Korsel-AS
Global
2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina, Muncul Suara Keras
2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina, Muncul Suara Keras
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dua Kapal China Malah Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina, Kok Bisa?
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau