Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Selam Bertenaga Nuklir AS Tabrak Gunung Bawah Laut di Laut China Selatan

Kompas.com - 02/11/2021, 14:37 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

GUAM, KOMPAS.com - Kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS), yang menabrak objek bawah air pada awal Oktober dilaporkan menabrak gunung bawah laut yang belum dipetakan, menurut temuan sebuah penyelidikan angkatan laut AS,

Insiden tabrakan itu memaksa USS Connecticut untuk keluar dari kawasan Laut China Selatan dan menuju ke Guam untuk perbaikan.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Joker Jepang Serang Kereta Tokyo | PM Australia Bohong soal Kapal Selam

USS Connecticut sedang beroperasi di perairan yang diperebutkan ketika menabrak objek pada 2 Oktober, tetapi tidak jelas pada saat itu apa yang menabraknya.

"Penyelidikan meyakini USS Connecticut mendarat di gunung bawah laut yang belum dipetakan saat beroperasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik," kata juru bicara Armada ke-7 AS yang beroperasi di Pasifik Barat dan samudra Hindia, kepada CNN dalam sebuah pernyataan yang dilansir pada Selasa (2/11/2021).

Kapal selam kelas Seawolf menderita beberapa cedera pada anggota awak dan beberapa kerusakan. Namun Angkatan Laut AS mengatakan pembangkit tenaga nuklir tidak rusak dalam kecelakaan itu. Tak satu pun dari cedera yang mengancam jiwa.

Baca juga: Akhir 75 Tahun Kemenag Urus Haji, Ditutup dengan Permintaan Maaf

Investigasi komando untuk USS Connecticut diserahkan kepada Wakil Laksamana Karl Thomas, komandan Armada ke-7 sebagai peninjau, menurut pernyataan itu.

Thomas akan memutuskan apakah "tindakan lanjutan, termasuk akuntabilitas, sudah tepat."

USNI News adalah yang pertama melaporkan temuan investigasi atas insiden awal Oktober di Laut China Selatan.

Tabrakan itu terjadi pada waktu yang sangat sensitif dalam hubungan AS-China, karena militer China mengirimkan gelombang pesawat ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan.

Baca juga: Kapal Selam AS Rusak Setelah Tabrakan di Laut Cina Selatan, China Minta Penjelasan

Pada hari kecelakaan, China menerbangkan 39 pesawat ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara. Dua hari kemudian, China menerbangkan rekor 56 pesawat ke zona itu dalam periode 24 jam.

Meskipun jumlah serangan surut untuk waktu yang singkat, operasinya telah dimulai lagi.

Pada Minggu (31/10/2021), Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan delapan pesawat Tentara Pembebasan Rakyat memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara, dengan enam lainnya terbang pada Senin (1/11/2021).

Baca juga: 29 Siswa Mundur dari Sekolah Rakyat di Yogyakarta, Apa Alasannya?

Sementara itu, ketegangan antara Washington dan Beijing terus meningkat.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan Taiwan untuk memiliki "partisipasi yang berarti" di PBB. Dia menyebut partisipasi Taiwan "bukan masalah politik, tetapi masalah pragmatis."

Pernyataan itu mendapat teguran keras dari Beijing, yang memandang penyatuan dengan pulau yang diperintah secara independen sebagai salah satu tujuan utamanya dan dengan tegas menentang partisipasi Taipei dalam forum internasional.

Baca juga: Kapal Selam India Dideteksi Masuk Wilayah Perairan Pakistan

"Jika pihak AS memilih untuk terus memainkan 'kartu Taiwan' yang keliru, itu pasti akan menimbulkan risiko seismik bagi hubungan China-AS, secara serius merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan sangat merugikan kepentingan AS sendiri,” ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian sehari setelah pernyataan Blinken.

Zhao juga mengatakan kebijakan Taipei saat ini adalah "ancaman realistis terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan."

Pada Kamis (28/10/2021), menteri pertahanan Taiwan secara terbuka mengakui personel militer AS sedang melatih pasukan Taiwan.

"Militer AS hanya membantu dalam pelatihan (pasukan kami), tetapi mereka tidak berbasis di sini," klaim Chiu Kuo-cheng, menurut Kantor Berita Pusat resmi Taiwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Indonesia Berhasil Negosiasi, Trump Klaim Capai Kesepakatan Dagang dengan RI
Indonesia Berhasil Negosiasi, Trump Klaim Capai Kesepakatan Dagang dengan RI
Global
Pria AS Dapat Kewarganegaraan Rusia, Bantu Mata-matai Ukraina
Pria AS Dapat Kewarganegaraan Rusia, Bantu Mata-matai Ukraina
Global
Ferrari Kalah Gugatan Logo Lawan Minuman Lokal Malaysia
Ferrari Kalah Gugatan Logo Lawan Minuman Lokal Malaysia
Internasional
Wanita Rusia Diam-diam Tinggal di Gua India dengan 2 Putrinya, Sedih Saat Ketahuan
Wanita Rusia Diam-diam Tinggal di Gua India dengan 2 Putrinya, Sedih Saat Ketahuan
Global
Usai Kecelakaan Pesawat Air India, Saklar Bahan Bakar Boeing Diperiksa
Usai Kecelakaan Pesawat Air India, Saklar Bahan Bakar Boeing Diperiksa
Global
Jadi Pelari di Usia 89 Tahun, Atlet Maraton Tertua di Dunia Meninggal
Jadi Pelari di Usia 89 Tahun, Atlet Maraton Tertua di Dunia Meninggal
Global
Trump Ultimatum Rusia, Hentikan Perang Ukraina dalam 50 Hari
Trump Ultimatum Rusia, Hentikan Perang Ukraina dalam 50 Hari
Global
Dokter Gaza Disiksa Israel di Sel Bawah Tanah, Berat Badan Turun 40 Kg
Dokter Gaza Disiksa Israel di Sel Bawah Tanah, Berat Badan Turun 40 Kg
Global
Jepang Siapkan Rencana Besar Hadapi Gempa Dahsyat, dari Tanggul hingga Menara Tsunami
Jepang Siapkan Rencana Besar Hadapi Gempa Dahsyat, dari Tanggul hingga Menara Tsunami
Global
Wilayah Perancis Dekat Indonesia Akan Jadi “Negara” Baru, Macron Setuju
Wilayah Perancis Dekat Indonesia Akan Jadi “Negara” Baru, Macron Setuju
Global
Prabowo Disebut 'Sahabat' oleh Macron, Jadi Tamu Kehormatan di Perancis
Prabowo Disebut "Sahabat" oleh Macron, Jadi Tamu Kehormatan di Perancis
Global
KFC di AS Bikin Pasta Gigi Rasa Ayam Goreng, Harga Rp 200.000-an
KFC di AS Bikin Pasta Gigi Rasa Ayam Goreng, Harga Rp 200.000-an
Global
Lagi, Serangan Israel Tewaskan Anak-anak Gaza Saat Antre Air Bersih
Lagi, Serangan Israel Tewaskan Anak-anak Gaza Saat Antre Air Bersih
Global
Rakyat Mulai Resah, Pemerintah Jepang Bentuk Unit Khusus Tangani Warga Asing
Rakyat Mulai Resah, Pemerintah Jepang Bentuk Unit Khusus Tangani Warga Asing
Global
Usia 92 Tahun, Presiden Kamerun Paul Biya Siap Incar Masa Jabatan Ke-8
Usia 92 Tahun, Presiden Kamerun Paul Biya Siap Incar Masa Jabatan Ke-8
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau