Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aknolt Kristian Pakpahan
Dosen Univeristas Katolik Parahyangan

Dosen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Katolik Parahyangan

Invasi Rusia ke Ukraina dan Perekonomian Global

Kompas.com - 24/02/2022, 16:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MASUKNYA pasukan Rusia ke wilayah timur Ukraina pada Kamis 24 Februari 2022, menandai dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terjadi setelah Rusia mengakui kemerdekaan dua wilayah timur Ukraina, yaitu Donetsk dan Luhansk yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia pada 21 Februari 2022.

Pemberian status kepada dua wilayah tersebut yang menjadi alasan Rusia mengerahkan pasukannya ke wilayah Ukraina dengan dalih menjaga stabbilitas dan perdamaian di dua wilayah tersebut.

Sejak pernyataan Rusia untuk masuk ke wilayah Ukraina, dunia mengecam sambil menerapkan sanksi yang akan diikuti pemberian sanksi lebih berat sekiranya Rusia benar-benar menginvansi Ukraina.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Australia, dan Jepang mulai menekan Rusia dengan menerapkan sanksi tahap awal.

Uni Eropa menerapkan hal yang sama terhadap Rusia atas tindakannya kepada Ukraina.

Sanksi ekonomi

Amerika Serikat bersikap keras atas pengakuan Rusia akan kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.

Presiden AS, Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutifnya yang disebut sebagai tahap pertama pemberian sanksi kepada Rusia.

Sanksi yang diberikan AS di antaranya: pertama, penghentian kegiatan operasional dua institusi keuangan Rusia di AS, yaitu Corporation Bank for Development and Foreign Economic Affairs Vnesheconombank (VEB) dan Promsvyazbank Public Joint Stock Company (PSB) beserta 42 anak perusahaan mereka.

Dua institusi keuangan ini memainkan peranan penting bagi Rusia di mana VEB merupakan bank korporasi yang mengumpulkan dana bagi Rusia. Sementara PSB dianggap penting terutama bagi pembiayaan sektor pertahanan Rusia.

Semua aset yang dimiliki VEB dan PSB di wilayah yurisdiksi AS akan segera dibekukan dan individu serta entitas AS dilarang melakukan aktivitas bisnis dengan lembaga-lembaga ini kecuali diizinkan oleh Kantor Pengawasan Aset Asing AS (OFAC).

Hal ini dianggap akan mengganggu kemampuan VEB dan PSB untuk menjalankan fungsi dasar dalam sistem keuangan internasional sekaligus membatasi kemampuan Rusia untuk membiayai kontrak terkait pertahanan dan mengumpulkan dana baru untuk membiayai kampanyenya melawan Ukraina.

Kedua, pembekuan semua properti dan investasi individual-individual yang dianggap ‘dekat’ dengan Kremlin (Presiden Putin) di wilayah yurisdiksi AS.

Ketiga, OFAC juga meningkatkan pembatasan transaksi utang negara Rusia, yang ditujukan agar memotong Rusia dari sumber pendapatan untuk mendanai program-program prioritas pemerintah atau Presiden Putin, termasuk invasi lebih lanjut ke Ukraina.

Pembatasan ini secara signifikan memotong Rusia untuk mengumpulkan dana.

Tiga sanksi tersebut dilakukan untuk menekan Rusia sekaligus menekan Putin melalui ‘orang-orang terdekatnya’ agar menghentikan invasi yang dilakukan dan kembali ke meja perundingan.

Inggris memberikan sanksi ekonomi tahap awal yang ditargetkan pada lima bank Rusia dan tiga miliader Rusia menyusul keputusan Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina Timur.

Sanksi yang diberikan pada lima bank Rusia, yaitu Rossiya, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank, dan the Black Sea Bank.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com