Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Budaya Khas Qatar, Suporter Piala Dunia Wajib Tahu

Kompas.com - 27/11/2022, 13:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

DOHA, KOMPAS.com - Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah negara muslim konservatif yang sangat terikat dengan budaya dan tradisinya.

Bagi para suporter tamu yang datang ke sana, ada baiknya mengetahui budaya-budaya khas Qatar agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau menyinggung warga lokal

Dikutip dari kantor berita AFP (14/11/2022), berikut adalah tiga budaya Qatar, yang seperti negara-negara Arab lainnya menjunjung tinggi keramahtamahan.

Baca juga: Piala Dunia 2022: Mengapa Sebagian Suporter Brasil Ogah Pakai Baju Warna Kuning-Hijau?

1. Salam dan jabat tangan

Di tempat umum, budaya Qatar biasanya berdiri saat menyapa orang lain terutama kepada orangtua sebagai tanda hormat.

Saat pria menyapa wanita Qatar, sebaiknya menunggu wanita melakukannya lebih dulu sebelum berjabat tangan. Beberapa orang juga lebih suka menghindari kontak fisik dengan lawan jenis, seringkali karena alasan agama.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Dengan cara yang sama, pria Qatar mungkin tidak selalu menawarkan jabat tangan saat bertemu wanita.

Baca juga: Cek Status NIK KTP untuk Bansos 2025, Apakah Nama Kamu Masih Terdaftar?

Alih-alih berjabat tangan, warga Qatar sering meletakkan tangan kanan di atas jantung sebagai isyarat salam yang hangat.

Berciuman di depan umum sebagai tanda kasih sayang harus dihindari, tetapi berpegangan tangan masih diterima oleh publik.

Qatar adalah negara yang 90 persen penduduknya merupakan ekspatriat. Penggunaan bahasa Inggris ada di mana-mana, tetapi warga lokal juga sangat menghargai orang yang menyapa dengan bahasa Arab dasar serta ucapan terima kasih.

Baca juga: Benarkah Ada Fans Palsu dan Dibayar di Piala Dunia Qatar?

2. Lepas alas kaki

Jika Anda diundang ke rumah orang Qatar, ingatlah untuk melepas alas kaki sebelum memasuki rumah.

Duduk dengan menyilangkan kaki--dalam posisi apapun--dianggap tidak sopan jika telapak kaki menghadap tuan rumah.

Orang Qatar biasa makan dengan tangan dari piring besar yang diletakkan di lantai. Etiket makan ini berasal dari budaya gurun Badui.

Baca juga: Cerita Avan, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala, Mengaku Tak Pernah Dapat Beasiswa Pemda

Lalu, tawaran dari tuan rumah orang Qatar sebaiknya diterima, karena menolaknya bisa menyinggung mereka.

3. Budaya minum kopi

Qatar memiliki budaya kopi seperti negara-negara Teluk lainnya, yaitu dengan memanggang biji kopi lalu merebusnya dengan kapulaga dan kunyit.

Minuman yang berwarna kekuningan seperti teh dituangkan dari pot "dallah" tradisional yang panjang ke cangkir mini dan sering disajikan dengan kurma.

Baca juga: 10.000 Data Konsumen Ninja Xpress Dicuri, Ratusan Konsumen Terima Paket Berisi Sampah

Dallah yang merupakan simbol budaya di sebagian besar wilayah Teluk bahkan didirikan sebagai monumen di ruang publik Qatar.

Saat disajikan untuk tamu, biasanya tuan rumah mencoba kopinya terlebih dahulu untuk menguji rasanya.

Tamu harus selalu minum dengan tangan kanan. Kopi akan terus disajikan sampai Anda melambaikan cangkir untuk memberi tanda sudah cukup.

Baca juga: 5 Larangan Bagi Penonton Piala Dunia Qatar di Stadion

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya
Terjadi Lagi, 17 Tewas dalam Penembakan di Dekat Jalur Bantuan Gaza
Terjadi Lagi, 17 Tewas dalam Penembakan di Dekat Jalur Bantuan Gaza
Global
Menteri Migrasi Swedia Akui Putranya Terkait Kelompok Ekstremis, Ogah Mundur
Menteri Migrasi Swedia Akui Putranya Terkait Kelompok Ekstremis, Ogah Mundur
Global
Warga AS-Palestina Tewas di Tepi Barat, Keluarga Desak Amerika Lakukan Penyelidikan
Warga AS-Palestina Tewas di Tepi Barat, Keluarga Desak Amerika Lakukan Penyelidikan
Global
Cerita Backpacker Jerman Bertahan Hidup 11 Hari Saat Tersesat di Alam Liar Australia
Cerita Backpacker Jerman Bertahan Hidup 11 Hari Saat Tersesat di Alam Liar Australia
Global
Suara Percakapan di Kokpit Memperdalam Misteri Jatuhnya Air India 171
Suara Percakapan di Kokpit Memperdalam Misteri Jatuhnya Air India 171
Global
Serangan Udara di Biara Myanmar Tewaskan 22 Warga Sipil, Termasuk Anak-anak
Serangan Udara di Biara Myanmar Tewaskan 22 Warga Sipil, Termasuk Anak-anak
Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza Terkendala, Israel Ogah Tarik Pasukan
Perundingan Gencatan Senjata Gaza Terkendala, Israel Ogah Tarik Pasukan
Global
Hasil Sementara Investigasi Air India: Bahan Bakar Mesin Terputus Sebelum Kecelakaan
Hasil Sementara Investigasi Air India: Bahan Bakar Mesin Terputus Sebelum Kecelakaan
Global
Efisiensi Masih Berjalan, Trump PHK 1.350 Staf Kemlu AS
Efisiensi Masih Berjalan, Trump PHK 1.350 Staf Kemlu AS
Global
Menatap Dunia yang Berubah Ekstrem: Geopolitik Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global
Menatap Dunia yang Berubah Ekstrem: Geopolitik Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global
Global
Penggerebekan Kebun Ganja di AS Tewaskan 1 Orang, 200 Petani Ditahan
Penggerebekan Kebun Ganja di AS Tewaskan 1 Orang, 200 Petani Ditahan
Global
Ayah Bunuh Putrinya Usai Dicemooh Warga Hidup dari Uang Sang Anak
Ayah Bunuh Putrinya Usai Dicemooh Warga Hidup dari Uang Sang Anak
Global
Kena Tarif AS 32 Persen, Indonesia Sebut Bukan karena Gabung BRICS
Kena Tarif AS 32 Persen, Indonesia Sebut Bukan karena Gabung BRICS
Global
Ketahuan Pakai Ijazah Palsu, Wali Kota di Jepang Maki Takubo Mundur
Ketahuan Pakai Ijazah Palsu, Wali Kota di Jepang Maki Takubo Mundur
Global
Tarian 'Aura Farming' Bocah Pacu Jalur Riau Jadi Sorotan Dunia
Tarian "Aura Farming" Bocah Pacu Jalur Riau Jadi Sorotan Dunia
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau