Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2022, 13:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ekstrofi kandung kemih adalah cacat lahir ketika kandung kemih berkembang dari dalam ke luar.

Kandung kemih adalah organ kecil di bagian bawah berbentuk balon yang berperan menampung urin hingga dikeluarkan.

Bayi dengan ekstrofi kandung kemih memiliki kulit dan panggul yang tidak menyatu dengan benar.

Baca juga: Kandung Kemih Turun

AKibatnya, kandung kemih mungkin tidak menutup dan mencuat dari kulit di perut bayi.

Kandung kemih juga lebih terlihat datar ketimbang bulat.

Beberapa sistem yang ikut terpengaruh akibat ekstrofi kandung kemih, yaitu:

Baca juga: Akhir 75 Tahun Kemenag Urus Haji, Ditutup dengan Permintaan Maaf

  • saluran kemih
  • saluran reproduksi (alat kelamin luar)
  • otot rangka panggul dan tulang
  • saluran usus (dalam beberapa kasus yang lebih jarang).

Gejala

Beberapa gejala dari ekstrofi kandung kemih, yaitu:

  • kandung kemih berada di bagian luar tubuh
  • kandung kemih terletak terbalik.

Biasanya, ekstrofi kandung kemih akan melibatkan organ saluran kemih, serta sistem pencernaan dan reproduksi.

Cacat pada dinding perut, kandung kemih, alat kelamin, tulang panggul, bagian akhir dari usus besar (rektum) dan pembukaan di ujung rektum (anus) dapat terjadi.

Anak dengan gangguan ini juga dapat mengalami refluks vesikoureteral. Akibatnya, urin mengalir dengan cara yang salah: dari kandung kemih, kembali ke tabung yang terhubung ke ginjal (ureter).

Baca juga: Batu Kandung Kemih

Penyebab

Tidak diketahui secara pasti penyebab dari ekstrofi kandung kemih.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan adanya pengelompokan kondisi dalam keluarga, menunjukkan bahwa ada faktor keturunan.

Namun, peluang orang tua untuk memiliki anak lagi dengan ekstrofi kandung kemih kurang dari satu persen.
Diagnosis

Baca juga: Kubu Dahlan Iskan Jawab Tudingan Tak Setor Dividen Rp 89 M: Jawa Pos Bukan Pemegang Saham, Tidak Berhak

Bayi dengan ekstrofi kandung kemih memiliki kandung kemih yang menempel melalui dinding perut saat lahir.

Dokter akan menggunakan MRI atau sinar-X untuk mengonfirmasi diagnosis ekstrofi kandung kemih dan memeriksa jika ada masalah lain.

Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan dapat melihat ekstrofi kandung kemih pada USG atau MRI janin sebelum lahir.

Tanda-tandanya dapat meliputi:

  • kandung kemih tidak kosong seperti yang diharapkan
  • tulang kemaluan terpisah (tulang yang membentuk panggul)
  • alat kelamin lebih kecil dari biasanya
  • tali pusar yang menghubungkan bagian bawah perut dari biasanya.

Perawatan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk:

Baca juga: Kanker Kandung Kemih

  • menutup kandung kemih, bagian belakang uretra, dan panggul
  • membangun kembali penis yang terlihat normal dan berfungsi pada laki-laki atau organ seks luar pada anak perempuan
  • memerbaiki kandung kemih agar bisa menahan urin hingga waktunya (kontinensia urin) tanpa merusak fungsi ginjal.

Salah satu strategi pengobatan adalah rekonstruksi bertahap.

Pengobatan tersebut melibatkan bagian dari operasi yang akan dilakukan selama tahun-tahun pertama anak.

Baik rekonstruksi awal atau bertahap memiliki hasil yang baik.

Seringkali, operasi lebih lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan anak buang air kecil dan membangun kembali dan/atau membuat organ seks di luar menjadi lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Warga Arizona Meninggal Akibat Wabah Pes, Diduga Terkait Kematian Massal Anjing Padang Rumput
Warga Arizona Meninggal Akibat Wabah Pes, Diduga Terkait Kematian Massal Anjing Padang Rumput
Health
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
Health
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Health
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
Health
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Health
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Health
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Health
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Health
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Health
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Health
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Health
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Health
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Health
Kenali Komplikasi Berat Leptospirosis, Bisa Sebabkan Kematian
Kenali Komplikasi Berat Leptospirosis, Bisa Sebabkan Kematian
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau