Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2013, 09:28 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com â€”
Angka kejadian kebutaan di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sekitar 1,5 persen dari total jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang. Padahal, kebutaan sangat menurunkan kualitas hidup penderitanya dan lingkungan di sekelilingnya.

Menurut dr Elvioza, SpM, dokter mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), masalah kebutaan dapat dicegah dengan memeriksakan mata secara teratur enam bulan atau satu tahun sekali. Pemeriksaan bahkan perlu dimulai sebelum ada masalah yang dirasakan pada mata.

Kebutaan disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu denegerasi makula. Elvioza mengatakan, jika diperiksakan lebih awal maka kemungkinan untuk menghindari penyakit akan lebih besar.

Baca juga: Malaise: Penyebab, Tanda-tanda, dan Cara Menghadapinya

"Pemeriksaan dilakukan salah satunya dengan deteksi dini pada pasien," ujar dokter yang juga berpraktik di Jakarta Eye Center ini dalam sebuah diskusi yang diadakan SOHO Group di Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Deteksi dini yaitu dengan melakukan penapisan pada mata untuk mengetahui kesehatan mata dan risikonya untuk mengembangkan penyakit yang mengakibatkan kebutaan. Pada penyakit denegerasi makula, deteksi dini dapat dilakukan dengan mengukur jumlah pigmen pada mata yang melindungi makula.

Makula merupakan pusat dari saraf mata retina. Makula sangat menentukan kualitas dari penglihatan. Elvioza mengatakan, sederhananya jika makula baik maka penglihatan baik, dan jika makula rusak maka penglihatan juga rusak.

Baca juga: Pertama Kali Dengar Suara Ibu Kandung Setelah 14 Tahun, Farel Prayoga: Ibuku Nyebut Aku Langgeng

Makula dilindungi oleh pigmen yang apabila pigmen semakin tipis, maka semakin rentan makula mengalami kerusakan. Pigmen berfungsi melindungi makula dari cahaya biru atau cahaya tak tampak yang dapat merusak mata.

Dengan mengetahui jumlah pigmen lebih dini, maka orang dapat melakukan upaya-upaya pencegahan agar tidak telanjur mengalami masalah penglihatan. "Jika sudah mengalami masalah, akan sulit untuk diperbaiki kembali," kata Elvioza.

Selain itu, saat pemeriksaan mata juga dilakukan identifikasi faktor risiko yang ada pada seseorang. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi kemungkinannya untuk mengembangkan penyakit.

Baca juga: Alice Norin Pulang Kampung ke Norwegia: Tolong Beri Support untuk Suami Saya

Faktor risiko degenerasi makula antara lain usia lebih dari 50 tahun, wanita, iris mata berwarna terang, riwayat keluarga, paparan sinar matahari, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, hipertensi, hiperkolesterol, penyakit kardiovaskular, dan diabetes.

Selain degenerasi makula, kebutaan juga disebabkan oleh penyakit mata lainnya, utamanya katarak dan glaukoma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Waspadai Risiko Pendakian, Dokter Imbau Pemula Tahu Batas Kemampuan Diri
Waspadai Risiko Pendakian, Dokter Imbau Pemula Tahu Batas Kemampuan Diri
Health
Hindari Cedera saat Padel dan Yoga, Ini Saran Dokter Ortopedi
Hindari Cedera saat Padel dan Yoga, Ini Saran Dokter Ortopedi
Health
Waspadai Asap Rokok Tersisa di Baju, Dokter Paru Ingatkan Dampaknya untuk Bayi
Waspadai Asap Rokok Tersisa di Baju, Dokter Paru Ingatkan Dampaknya untuk Bayi
Health
Warga Miskin Tercoret dari PBI JKN Bisa Ajukan Reaktivasi, Ini Kata Komisi IX DPR
Warga Miskin Tercoret dari PBI JKN Bisa Ajukan Reaktivasi, Ini Kata Komisi IX DPR
Health
Kolegium Desak SPO UKOMNAS Disahkan: Demi Retaker dan Masa Depan Tenaga Kesehatan
Kolegium Desak SPO UKOMNAS Disahkan: Demi Retaker dan Masa Depan Tenaga Kesehatan
Health
Bukan Sekadar Varises, Ini Bahaya Chronic Venous Insufficiency yang Dialami Trump
Bukan Sekadar Varises, Ini Bahaya Chronic Venous Insufficiency yang Dialami Trump
Health
Donald Trump Alami Chronic Venous Insufficiency, Ini Penjelasan Kondisinya
Donald Trump Alami Chronic Venous Insufficiency, Ini Penjelasan Kondisinya
Health
Warga Pamekasan Positif COVID-19, Pemkab Keluarkan Surat Edaran Kewaspadaan
Warga Pamekasan Positif COVID-19, Pemkab Keluarkan Surat Edaran Kewaspadaan
Health
Banyak Dokter, Memangnya Kita Sehat?
Banyak Dokter, Memangnya Kita Sehat?
Health
Kasus Covid-19 Naik di AS, Varian Nimbus Jadi Pemicu Lonjakan Terbaru
Kasus Covid-19 Naik di AS, Varian Nimbus Jadi Pemicu Lonjakan Terbaru
Health
14 Juta Anak di Dunia Tak Pernah Divaksin, WHO Peringatkan Ancaman Wabah Global
14 Juta Anak di Dunia Tak Pernah Divaksin, WHO Peringatkan Ancaman Wabah Global
Health
Waspada Pneumonia, Dokter Imbau Vaksinasi untuk Turunkan Risiko Kematian
Waspada Pneumonia, Dokter Imbau Vaksinasi untuk Turunkan Risiko Kematian
Health
Suplemen Herbal Tak Selalu Aman, Dokter Temukan Kasus Kerusakan Hati Akibat Kunyit
Suplemen Herbal Tak Selalu Aman, Dokter Temukan Kasus Kerusakan Hati Akibat Kunyit
Health
Lari Bisa Jadi Bumerang Jika Abaikan Sinyal Tubuh, Ini Gejala yang Harus Diwaspadai
Lari Bisa Jadi Bumerang Jika Abaikan Sinyal Tubuh, Ini Gejala yang Harus Diwaspadai
Health
Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung pada Pelari Muda, Ini Penjelasan Dokter
Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung pada Pelari Muda, Ini Penjelasan Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau