Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2014, 11:42 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - “In my long political career, most of the mistakes I made, I made when I was too tired,  “You make better decisions when you're not too tired. So that would be my only advice.” (Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat).

Nasihat Clinton tersebut memang tidak berlebihan. Tidur dan beristirahat bukan masalah sepele. Sudah banyak kecelakaan fatal dan kejahatan terjadi karena kurangnya waktu istirahat. The National Sleep Research Project mencatat, meledaknya pesawat ulang alik Challenger tahun 1986 yang menewaskan ketujuh astronotnya dipicu oleh kesalahan teknis gara-gara sang mekanik kurang tidur.

Salah satu hal yang paling terdampak oleh kurangnya waktu tidur adalah kemampuan kognitif,  termasuk kemampuan kita mengambil keputusan. Seperti yang disampaikan oleh Clinton, orang yang kurang tidur sulit berpikir teliti dan kemampuan analisanya rendah.

Tentu kita jadi bertanya-tanya bagaimana para wakil rakyat yang bersidang hingga dini hari untuk menentukan para pimpinan DPR/MPR bisa berpikir dengan jernih. Kita melihat sendiri bagaimana sidang tersebut dipenuhi oleh teriakan dan hujatan.

"Pengaruh kurang tidur terhadap kemampuan mengambil keputusan sangat erat. Saat tidur, semua dibangun dalam tubuh, terutama kemampuan kognitif dan kestabilan emosi. Makanya orang yang kurang tidur kemampuan otaknya turun," kata Dr.Andreas Prasadja, konsultan utama di klinik gangguan tidur RS. Mitra Kemayoran Jakarta, saat dihubungi Kompas.com (2/10/14).

Kemampuan kognitif terutama dibangun saat tahap tidur mimpi (REM) atau disebut juga tidur dalam. "Hanya dengan tidur REM ini kita bisa tetap waras. Ini karena saat mimpi, semua emosi-emosi yang kita pendam saat terjaga bisa dikeluarkan dengan aman, tidak menyakiti orang lain," kata Andreas.

Riset-riset tentang pengaruh tidur terhadap pengambilan keputusan juga sudah banyak dilakukan, namun menurut Andreas orang Indonesia masih banyak yang mengabaikan kesehatan tidur.

Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap para dokter bedah menunjukkan, dokter bedah yang kelelahan cenderung mengambil keputusan yang buruk. "Karena itu untuk pembedahan yang sudah terencana tidak boleh dilakukan pada malam hari," ujar dokter yang menjadi anggota American Academy of Sleep Medicine ini.

Sementara itu pada orang yang mengalami gangguan sleep apnea (henti napas saat tidur) juga menunjukkan kemampuan mereka dalam mengambil keputusan buruk. Sleep apnea menyebabkan banyak area otak rusak, terutama di bagian otak frontal yang berpengaruh pada pengambilan keputusan.

"Orang yang sudah lelah dan mengantuk cenderung ngaco dan prose berpikirnya lamban. Mereka juga jadi gampang dipengaruhi. Oleh karena itu pengambilan keputusan publik sebaiknya tidak dilakukan saat waktunya istirahat," kata Andreas.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang

Terkini Lainnya
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Health
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Health
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Health
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
Health
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Health
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Health
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Health
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Health
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Health
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
Health
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Health
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau