Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Cepat Klimaks yang Dianggap Ejakulasi Dini?

Kompas.com - 07/04/2015, 12:18 WIB

KOMPAS.com — Untuk mencapai kepuasan seksual, dibutuhkan waktu. Karena itulah, pria yang mengalami ejakulasi dini bisa membuat pasangannya merasa frustrasi karena ia jadi sulit mendapatkan orgasme.

Seorang pria dianggap mengalami ejakulasi dini jika ia mencapai "garis finis" sebelum ia menginginkannya. Tetapi, seberapa cepatkah klimaks itu didapat ternyata bervariasi pada tiap individu.

"Untuk seseorang mungkin dua menit sudah ejakulasi, tapi untuk yang lain bisa 20 menit. Itu semua tergantung pada tiap orang atau tiap pasangan, apa yang memuaskan mereka," kata Carol Queen, ahli seksologi.

Dengan kata lain, sebenarnya tak ada batasan waktu yang "normal". Tetapi, jika bicara tentang kuantitas, biasanya para dokter menyebut kurang dari dua menit sudah ejakulasi disebut sebagai prematur ejakulasi.

"Mungkin kriteria terpenting adalah ada atau tidaknya masalah. Karena walau baru sebentar sudah ejakulasi, tapi jika itu tidak menyebabkan masalah bagi dirinya dan pasangan, maka ya tidak apa-apa," kata Eric Rottenberg, ahli urologi.

Ejakulasi dini sendiri belum diketahui penyebabnya. Ada teori yang mengaitkannya dengan faktor biologi dan psikologi, termasuk gangguan urologi, seperti peradangan, impotensi, gangguan tiroid, ketidakseimbangan hormonal, kecemasan, dan faktor gangguan saraf.

Seorang pria juga mengalami level sensitivitas yang berbeda-beda (semacam efek reaksi terhadap suhu dingin atau panas), yang akan berpengaruh pada ejakulasi mereka.

"Jika seorang pria sering masturbasi dengan cepat saat muda, hal itu juga bisa membuatnya mencapai klimaks dengan cepat," kata Queen.

Bagi pria yang selalu mengalami datangnya ejakulasi dengan cepat, bisa jadi hal itu memang respons alami fisiknya. Tetapi, jika terjadi perubahan kebiasaan, yang tadinya perkasa lebih lama lalu menjadi sebentar, mungkin karena ada stres emosional atau gangguan medis. Oleh karena itu, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Buka Pintu untuk Rumah Sakit Asing: Memastikan Ketimpangan Tak Makin Lebar
Buka Pintu untuk Rumah Sakit Asing: Memastikan Ketimpangan Tak Makin Lebar
Health
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Health
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Health
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Health
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
Health
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Health
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Health
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Health
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Health
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Health
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
Health
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau