Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Diedarkannya Pil "Viagra" untuk Wanita

Kompas.com - 03/06/2015, 12:00 WIB

KOMPAS.com - Apakah hasrat seksual adalah hak asasi manusia? Apakah wanita berhak mendapatkan sebutir pil merah muda untuk bisa merasakan hasrat seks?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dalam kampanye untuk menekan Food and Drug Administration (FDA) segera menyetujui pil yang bisa mengatasi hilangnya libido pada wanita.

Kampanye yang didukung oleh produsen obat dan beberapa kelompok wanita meminta agar FDA tidak bias gender karena telah menyetujui Viagra dan 25 obat lain untuk membantu para pria berhubungan seks, tapi tak satupun obat yang disetujui untuk wanita.

"Kaum wanita sudah menunggu cukup lama. Di tahun 2015 ini kesetaraan gender harus menjadi standar dalam hal akses obat untuk disfungsi seksual," tulis pengantar dalam petisi online disetujuinya "Viagra" wanita. Petisi tersebut juga sudah ditandatangani lebih dari 40.000 orang.

Obat "Viagra" yang dimaksud adalah Flibanserin dan sudah dua kali ditolak FDA karena dianggap memiliki tingkat efektivitas sedang dan efek sampingnya lebih besar. Efek samping yang dirasakan antara lain mengantuk, pusing, dan mual.

Sprout Pharmaceuticals, yang memiliki obat itu, kini memasukkan data baru dari hasil penelitian yang menunjukkan obat tersebut tidak menyebabkan penurunan kemampuan mengemudi kendaraan.

Juru bicara FDA menolak jika penolakan terhadap obat itu karena bias gender. Di tahun 2012 lembaga ini juga telah menjadikan disfungsi seksual pada wanita sebagai prioritas.

Meski demikian, jalan bagi dikeluarkannya obat disfungsi seksual untuk wanita memang tidak mudah. Perusahaan farmasi Pfizer sendiri memutuskan tak meneruskan uji coba Viagra pada wanita di tahun 2004. Di tahun itu FDA juga menolak testosteron berbentuk koyo tempel bagi wanita yang dibuat oleh P&G. Gel testosteron untuk wanita juga gagal dalam uji coba klinis di tahun 2011.

Leonore Tiefer, psikolog di New York University School of Medicine, mengatakan farmasi mencoba membuat berkurangnya libido sebagai gangguan medis yang bisa diatasi dengan obat.

"Padahal masalah terbesarnya adalah faktor psikologis atau hubungan dengan pasangan," katanya.

Berkurangnya dorongan seksual secara spontan juga saat ini tidak lagi dimasukkan dalam gangguan seksual pada buku manual gangguan kesehatan mental.

Di lain pihak, 26 jenis obat untuk gangguan seksual pria memiliki formulasi berbeda dari kandungan yang sama, yakni testosteron. Tak satupun dari obat-obatan tersebut ditujukan untuk mengatasi libido yang rendah.

Viagra sendiri bekerja untuk meningkatkan aliran darah ke penis yang dibutuhkan untuk terjadinya ereksi. Untuk wanita, estrogen dan obat yang disebut ospemifene juga sudah disetujui untuk mengatasi rasa nyeri saat berhubungan seksual, yang kerap terjadi setelah wanita menopause.

Namun, para ahli berpendapat libido yang rendah bisa menyebabkan stres emosional dan mengganggu hubungan. Selain itu, efek samping flibansering, seperti pusing dan mengantuk, dianggap bukan sesuatu yang serius. Sebagai perbandingan, Viagra dan obat antiimpotensi lain bisa menyebabkan kebutaan, penis retak, dan efek samping serius lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Pemerintah Mulai Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Anak Sekolah
Pemerintah Mulai Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Anak Sekolah
Health
6,7 Persen Warga Jateng Terdeteksi Alami Gangguan Jiwa Lewat Program Dokter Keliling
6,7 Persen Warga Jateng Terdeteksi Alami Gangguan Jiwa Lewat Program Dokter Keliling
Health
Burnout Tak Hanya Soal Lelah, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog
Burnout Tak Hanya Soal Lelah, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog
Health
Demam Berdarah Tak Lagi Musiman, Dokter Ingatkan Ancaman Dengue Sepanjang Tahun
Demam Berdarah Tak Lagi Musiman, Dokter Ingatkan Ancaman Dengue Sepanjang Tahun
Health
Makan Lebih Awal, Risiko Obesitas Lebih Rendah: Ini Penjelasan Ahli Gizi
Makan Lebih Awal, Risiko Obesitas Lebih Rendah: Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Polusi Udara Ancam Kesehatan Anak, Kemenkes Ingatkan Orang Tua Lebih Waspada
Polusi Udara Ancam Kesehatan Anak, Kemenkes Ingatkan Orang Tua Lebih Waspada
Health
Dorong Inovasi Riset Klinis di Indonesia, Siloam Hospitals Jalin Kemitraan Strategis dengan Syneos Health
Dorong Inovasi Riset Klinis di Indonesia, Siloam Hospitals Jalin Kemitraan Strategis dengan Syneos Health
Health
Polusi Udara Ancam Kesehatan Anak hingga Lansia, Kemenkes Minta Warga Waspada
Polusi Udara Ancam Kesehatan Anak hingga Lansia, Kemenkes Minta Warga Waspada
Health
Air Kelapa Bisa Turunkan Tekanan Darah dan Cegah Dehidrasi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Air Kelapa Bisa Turunkan Tekanan Darah dan Cegah Dehidrasi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Komitmen Le Minerale Wujudkan Generasi Sehat Bebas BPA
Komitmen Le Minerale Wujudkan Generasi Sehat Bebas BPA
Health
Kasus Vitamin B6 Berlebih Kembali Disorot, Dokter Peringatkan Risiko Kerusakan Saraf
Kasus Vitamin B6 Berlebih Kembali Disorot, Dokter Peringatkan Risiko Kerusakan Saraf
Health
Teknologi Robotik Mulai Digunakan dalam Rehabilitasi Pasca Stroke dan Cedera
Teknologi Robotik Mulai Digunakan dalam Rehabilitasi Pasca Stroke dan Cedera
Health
Waspada Beri Obat Batuk Pilek ke Anak, Dokter Ingatkan Kenali Gejalanya Dulu
Waspada Beri Obat Batuk Pilek ke Anak, Dokter Ingatkan Kenali Gejalanya Dulu
Health
Anak Jakarta Makin Rentan Diabetes, Kenali Gejala Awal yang Sering Diabaikan
Anak Jakarta Makin Rentan Diabetes, Kenali Gejala Awal yang Sering Diabaikan
Health
Penelitian: Daun Pegagan Bisa Lindungi Hati Pasien Remaja dengan TB
Penelitian: Daun Pegagan Bisa Lindungi Hati Pasien Remaja dengan TB
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau