Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus SN, MR, dan MS, Cermin Pemimpin yang Belum Selesai dengan Dirinya

Kompas.com - 15/12/2015, 12:40 WIB
Dari percakapan di transkrip (rekaman) antara SN, MS, dan MR, terlihat kalau Presiden RI kali ini adalah orang yang sulit diatur. Dan ini bahaya untuk kelangsungan bisnis mereka. Kalau memang Pak Jokowi dianggap batu sandungan, maka saya boleh sedikit berbangga sekaligus was-was.

Bangga dengan keberpihakan Presiden pada rakyatnya, tapi juga bisa memahami tekanan psikologis yang dialami Presiden. Energi psikis Presiden tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk membangun negara dan pemberdayaan rakyatnya, tapi habis untuk mengatur strategi agar para gembong-penguras-harta-rakyat tidak makin menggila. Sebenarnya sayang sekali ini terjadi.

Kita perlu segera bertindak cepat untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa ini. Tumpukan masalah dari periode kepemimpinan lalu takkan habis terurai bila para pimpinan negara tidak bersatu.

Sinergi dan kohesivitas tampaknya belum akan muncul dalam beberapa tahun ke depan. Nasib rakyat seolah-olah tidak penting bagi segelintir orang yang merasa kaya dan berkuasa itu.

Hal lain yang saya amati adalah nafsu berkuasa dan kepemilikan materi. Kebutuhan psikologis manusia terdiri dari 3 hal (McClelland) yaitu : kebutuhan afiliasi (pertemanan), kebutuhan kekuasaan (need of power) dan kebutuhan pencapaian prestasi (need of achievement).

Manusia akan melakukan bermacam cara agar ketiga kebutuhan psikologis tersebut terpenuhi. Salah satu tidak terpenuhi, maka individu yang bersangkutan berada dalam ketidakseimbangan.

Tampak pada percakapan (dalam rekaman) tersebut, kebutuhan berkuasa dan achievement tertinggi dalam bentuk kepemilikan kapital tanpa batas. Apakah pemenuhan kebutuhan psikologis itu salah? Tentu tidak bila dalam upaya pemenuhannya tidak melanggar etika normatif dan moral.

Ketika pemimpin tidak mampu memahami batasan etika normatif dan moral, maka kualitas kepemimpinannya buruk. Konstituennya yang menderita.

Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri untuk tidak "lompat pagar" etika tersebut demi untuk memenuhi hasratnya. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu institusi atau lembaga untuk membantu para "pelompat pagar" ini agar bisa kembali ke jalan yang benar.

Persoalan terjadi bila lembaga-pengingat ini tidak mampu menjalankan fungsinya karena seluruh insannya terobsesi dengan kebutuhan yang sama.

Harusnya kita memilih pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya, seperti kata Rm. Benny. Apa maksudnya? Selesai dengan dirinya adalah orang yang mampu menempatkan eksistensi dirinya lebih tinggi daripada sekadar upaya pemenuhan kebutuhan psikologis tersebut.

Mereka adalah orang yang tidak mau "lompat pagar" karena paham benar nilai keberadaannya di dunia ini, bukan karena takut konsekuensi dari lompat pagar itu. Bukan juga karena ingin dikenal sebagai orang baik. Beyond that norm.

Memang susah mencari sosok pemimpin yang tuntas selesai dengan dirinya. Tapi paling tidak ada juga yang berjuang untuk bisa menang atas hasrat terburuknya. Itulah yang layak dijadikan pemimpin.

Apa sih bedanya antara orang yang memiliki segalanya dan yang hidup di bawah garis kemiskinan? Bedanya cuman di fasilitas (istilah teman saya).

Fasilitas yang menunjang kenikmatan hidup. Karena sangat banyak uangnya (sampai enggak ada nomer serinya), orang tersebut bisa memilih makan apa, di mana, dan siapa yang dimakan. Bisa memilih moda transportasi yang ingin digunakan. Mau naik becak, naik mobil atau pesawat. Kalau sakit, bisa bayar kamar VVIP dan minta obat paling bagus.

Semuanya hanya seputar fasilitas. Tapi ujung akhirnya sama. Semahal-mahalnya mampu beli peti mati atau kain kafan kualitas super, ya tetap cuman butuh 1 x 2 meter doang. Apakah mereka ingat hal itu ya?

Godaan kebutuhan kekuasaan sebenarnya merasuki semua orang, tanpa memandang latar belakangnya. Jabatan level kampung saja juga potensial untuk memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi agar mendapatkan fasilitas yang paling ter-. Semuanya ingin didahulukan, diistimewakan, dipentingkan, dan diprioritaskan.

Hanya saja orang-orang seperti itu tidak konsisten. Mereka tidak berani minta pada Malaikat Maut untuk didahulukan. Beraninya cuman sama sesama manusia saja.

Saya berharap kasus ini bisa jadi wacana bagi masyarakat bagaimana seharusnya bersikap sebagai pemimpin karena kita semua akan mengemban tanggungjawab sebagai pemimpin dalam peran dan karier kita masing-masing.

Penulis: Psikolog Naftalia Kusumawardhani
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/naftalia/kasus-sn-mr-ms-dan-sidang-mkd-cermin-pemimpin-yang-belum-selesai-dengan-dirinya_565f1b3cd79373a60b661ce1

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Health
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Health
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Health
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Health
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau