Rosida merupakan contoh penderita kanker yang terlambat ditangani. Bahkan sejak ia mulai menderita kanker payudara sekitar empat tahun lalu, ia belum pernah sekali pun berobat. Kankernya sudah terlanjur parah, bahkan mengeluarkan bau busuk.
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita wanita Indonesia. Jika terdeteksi sejak dini, tingkat kesembuhan pasien kanker payudara sebenarnya cukup tinggi.
Penanganan kanker payudara disesuaikan dengan kondisi stadium pasien. Jika tumor masih sangat kecil, kemungkinan tidak perlu pengangkatan payudara atau masektomi.
Namun, bukan berarti masektomi juga dapat langsung dilakukan pada semua kondisi kanker payudara.
Dokter spesialis bedah onkologi Drajat Ryanto Suardi mencontohkan, pada kondisi kanker payudara yang terdapat luka parah misalnya, maka sudah tak boleh dilakukan masektomi. Operasi dikhawatirkan akan membuat sel kanker justru tambah meluas ke organ lain.
"Kalau luka penyebaran meluas, akar-akarnya akan panjang. Kalau dioperasi malah akan mengacak-ngacak tumor," ujar Drajat saat dihubungi Kompas.com. Jumat (12/2/2016).
Drajat menjelaskan, masektomi bertujuan untuk mengangkat tumor secara lokal hingga ke akarnya. Namun, jika sudah terjadi penyebaran sel kanker maupun luka yang meluas, yang bisa dilakukan adalah kemoterapi.
"Kalau sudah ada penyebaran, kemoterapi jadi ujung tombak," kata Drajat.
Kanker yang sudah stadium lanjut biasanya sel kankernya sudah menyebar ke organ tubuh lain. Akan tetapi, tindakan kemoterapi harus disesuaikan dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien.
Untuk itu, menurut Drajat, pengobatan kanker sangat individual, tergantung situasi dan kondisi pasien.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!