Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2016, 20:56 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Science Translational Medicine, para peneliti yang yang merupakan perintis pengobatan kanker berbasis imunitas, melaporkan sebuah hasil yang menggembirakan untuk pengobatan kanker limfoma non-Hodgkin. Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Cameron Turtle dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson.

Para ilmuwan memberikan rejimen kemoterapi yang berbeda-beda kepada 32 pasien, kemudian mereka diperkenalkan kepada sel-sel kekebalan yang khusus dirancang untuk menargetkan dan menghancurkan sel-sel kanker.

Semua pasien telah diberikan setidaknya satu pengobatan tradisional dan ada juga yang telah melakukan transplantasi sel induk tetapi hasilnya tidak memuaskan.

Baca juga: Apakah Makan Sahur Saat Puasa Ramadhan Hukumnya Wajib?

Setelah imunoterapi, ada tujuh orang yang berhasil masuk ke tahap remisi lengkap, sementara empat lainnya mengalami perkembangan penyakit yang lebih lambat.

Pengobatan ini disebut terapi sel CAR-T, ditargetkan terhadap kanker darah, di mana dokter dapat menghilangkan sel-sel kanker dan menggantinya dengan darah yang sehat dan sel-sel kekebalan tubuh.

Strategi ini bergantung pada dua langkah penting. Pertama, dokter perlu menghapus sebanyak mungkin sel darah yang sarat kanker pada pasien. Prosedur ini mungkin dilakukan dengan kemoterapi guna membuat ruang untuk populasi darah baru dan sel-sel kekebalan tubuh yang lebih sehat.

Baca juga: Hukum Memakai Obat Kumur dan Gosok Gigi Saat Puasa Ramadhan, Batalkah Puasanya?

Jika jumlah sel-sel kanker terlalu banyak, mereka bisa menghancurkan sel-sel baru. Untuk memastikan ini tidak terjadi, Turtle dan timnya menguji dua obat kemoterapi dan membandingkannya dengan strategi kemo obat tunggal.

Mereka mendapatkan kombinasi terbaik yaitu sebesar 64 persen untuk tingkat remisi lengkap dengan perbandingan, hanya salah satu orang yang mendapatkan agen kemoterapi tunggal mendapatkan remisi lengkap (delapan persen).

Selanjutnya, para peneliti harus kembali mendapatkan jumlah sel-sel kekebalan tubuh yang tepat yang dapat melawan kanker. Dikenal sebagai sel T, ini sel kekebalan tubuh mengandung reseptor khusus yang memungkinkan beberapa dari mereka untuk mengenali dan mengikat sel-sel kanker dan menghancurkannya.

Baca juga: Antara Berbuka Puasa atau Shalat Maghrib, Mana yang Lebih Baik Didahulukan?

Untuk meningkatkan potensi terapi, para ilmuwan berusaha menumbuhkan sel-sel ini di laboratorium dan merekayasa mereka secara genetik untuk mengekspresikan reseptor spesifik tumor. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kembali sel-sel ini ke pasien dan memberi mereka sel-sel darah yang sehat yang bebas kanker.

Meski efektif, terapi ini juga memiliki kekurangan. Karena sel-sel T dapat memicu efek samping seperti demam dan peradangan.

Sebanyak 20 dari 32 orang pada penelitian, diketahui mendapatkan tanda-tanda peradangan dan tekanan darah rendah dan empat orang membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif dan pengobatan dengan steroid.

Baca juga: Mengumpat Online di Media Sosial, Membatalkan Puasa atau Tidak?

Dua orang juga mendapatkan efek toksik yang mengakibatkan tremor. Dua orang yang diberikan dosis tertinggi dari terapi sel T meninggal dunia; salah satunya karena perdarahan dan lainnya perdarahan akibat massa usus.

Para ilmuwan berharap, penelitian lanjutan akan membantu mereka mengetahui dosis dan regimen kemoterapi dan sel T yang tepat untuk mencapai hasil terbaik dengan efek samping minimal.

Dr Stanley Riddell, salah satu penulis penelitian dari Fred Hutchinson mengatakan, "Pasien-pasien ini gagal dalam menjalani terapi konvensional. Kami merawat pasien yang tidak memiliki banyak pilihan perawatan.”

“Semua ini masih dini dan kita perlu menindaklanjuti dan memahami dengan lebih dalam perjalanan penyakit pasien untuk mengetahui waktu terbaik penggunaan terapi. Kami percaya ini adalah tantangan," tambahnya.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Batuk Bisa Diredakan dengan Bahan Alami, Ini Rekomendasi Dokter
Batuk Bisa Diredakan dengan Bahan Alami, Ini Rekomendasi Dokter
Health
Survei: 30 Persen Remaja Alami Masalah Kesehatan Mental, IDAI Minta Deteksi Dini Diperkuat
Survei: 30 Persen Remaja Alami Masalah Kesehatan Mental, IDAI Minta Deteksi Dini Diperkuat
Health
Kesehatan Mental Remaja Masih Jadi Tantangan, IDAI Tekankan Peran Keluarga dan Sekolah
Kesehatan Mental Remaja Masih Jadi Tantangan, IDAI Tekankan Peran Keluarga dan Sekolah
Health
Mengurangi Sesak Napas dengan Latihan Pernapasan Alami, Ini Penjelasan Dokter
Mengurangi Sesak Napas dengan Latihan Pernapasan Alami, Ini Penjelasan Dokter
Health
Dokter: Olahraga Bisa Turunkan Risiko Kanker, Asal Rutin dan Benar
Dokter: Olahraga Bisa Turunkan Risiko Kanker, Asal Rutin dan Benar
Health
Pasukan bodrex Merah Putih Beraksi Hadir Lagi, Ini Jadwal Cek Kesehatan dan Pengobatan Gratis di 5 Kota
Pasukan bodrex Merah Putih Beraksi Hadir Lagi, Ini Jadwal Cek Kesehatan dan Pengobatan Gratis di 5 Kota
BrandzView
Dokter: Kanker Payudara Sering Tak Bergejala, Deteksi Dini Bisa Selamatkan Nyawa
Dokter: Kanker Payudara Sering Tak Bergejala, Deteksi Dini Bisa Selamatkan Nyawa
Health
Buka Pintu untuk Rumah Sakit Asing: Memastikan Ketimpangan Tak Makin Lebar
Buka Pintu untuk Rumah Sakit Asing: Memastikan Ketimpangan Tak Makin Lebar
Health
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Health
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Health
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Health
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
Health
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Health
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Health
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau