Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2016, 15:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Semua makhluk hidup, dengan caranya masing-masing, pasti membuang kotoran sisa hasil metabolismenya. Bahkan, BAB secara teratur adalah salah satu syarat mutlak agar tubuh kita tetap sehat. Berangkat dari pemikiran itu, bayangkan jika Anda tidak bisa BAB selama berbulan-bulan.

Inilah yang terjadi pada Emily Titterington, usia 16 tahun dari Cornwall Inggris, yang meninggal pada 8 Februari 2013 setelah tidak buang kotoran selama delapan minggu. Emily, pengidap autisme ringan, sering berurusan dengan masalah usus di sebagian besar masa hidupnya.

Dia memiliki fobia toilet yang begitu parah, sehingga lebih memilih untuk menahan BAB. Menurut pemeriksaan medis atas kematiannya, Emily menderita serangan jantung fatal sebagai akibat dari pembesaran usus sehingga menekan beberapa organ tubuhnya, termasuk jantung.

Emily menderita ekstensi usus besar yang masif, kata ahli patologi Amanda Jeffery. Paramedis Lee Taylor, yang sempat dua kali memeriksa Emily pada malam kematiannya, mencatat bahwa ukuran perut Emily memanjang.

Tulang rusuknya turun dan terdorong keluar melebihi tulang kemaluannya. Yang menyedihkan adalah bahwa Emily tidak seharusnya menderita seperti itu.

"Kematiannya bisa dihindari dengan pengobatan yang tepat pada titik yang tepat," kata dokter umum langganannya, Alistair James.

Emily pernah diresepkan obat pencahar, tetapi di luar itu, Emily menolak perawatan medis karena takut pada serangkaian pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter.

"Saya belum pernah mendengar ini terjadi sebelumnya," kata Frank R. Malkin, M.D., seorang gastroenterologist di Charles River Medical Associates di Natick, Massachusetts.

Orang-orang muda dan remaja datang dan mengatakan mereka tidak BAB selama dua minggu, bukanlah kasus yang banyak terjadi.

"Kalaupun ada orang yang mengalami kesulitan BAB, mereka dapat menggunakan obat pelunak feses atau suplemen serat, atau pengobatan jenis lain yang direkomendasi oleh dokter. Delapan minggu tanpa BAB kemudian meninggal dunia, itu sangat tidak biasa."

Kesulitan BAB tingkat parah seperti yang dialami Emily, hampir tidak pernah terjadi pada orang dewasa.

"Hal seperti itu lebih sering terjadi pada anak-anak," kata Carin Cunningham, Ph.D., seorang psikolog anak di Rumah Sakit Anak Seattle.

"Kesulitan BAB akan menimbulkan nyeri sembelit yang parah. Diikuti oleh kondisi takut akan toilet, akhirnya anak bukannya membuka otot anal mereka tapi malah menahannya dan akhirnya ini jadi kebiasaan," kata Cunningham.

Banyak anak-anak yang fobia toilet bisa memecahkan masalahnya sendiri, misalnya dengan BAB di luar toilet atau di celana.

Dalam kasus Emily, kondisi autismenya membuat dia tidak bisa berkomunikasi dengan baik tentang apa yang dia rasa dan dia menjadi kurang terhubung dengan apa yang terjadi di dalam tubuhnya. Akhirnya, terjadilah bencana yang menyedihkan itu.

"Takut toilet lebih banyak terjadi pada anak-anak usia sekitar dua sampai lima tahun," kata Cunningham.

"Pada usia 16, ada kurang dari satu persen dari populasi yang memiliki fobia toilet. Pada orang dewasa, kasus seperti ini belum pernah terdengar. Mungkin karena orang dewasa jauh lebih mampu mencari solusi dibanding anak atau remaja," kata Cunningham lagi.

Meski demikian, orang dewasa tetap harus waspada terhadap sembelit, terutama jika jadwal BAB Anda menyimpang dari biasanya. "Rutinitas BAB setiap orang berbeda," kata Malkin.

"Ada yang BAB sekali sehari, ada juga yang dua atau tiga kali sehari, dan ada yang tiga atau empat hari sekali. Jika ada perubahan dari rutinitas normal, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter.”

Dokter akan bisa memberi solusi mudah untuk mengatasi sembelit Anda atau memberi saran lain untuk membantu menjaga pencernaan Anda tetap lancar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
IDAI: Anak Sehat dan Cerdas Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
IDAI: Anak Sehat dan Cerdas Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Health
BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
Health
Daftar Vaksin Anak Sesuai Usia: Panduan Penting bagi Orangtua di Hari Anak Nasional 2025
Daftar Vaksin Anak Sesuai Usia: Panduan Penting bagi Orangtua di Hari Anak Nasional 2025
Health
Hari Anak Nasional 2025: Pakar Ingatkan Risiko Jika Anak Tak Lagi Divaksin
Hari Anak Nasional 2025: Pakar Ingatkan Risiko Jika Anak Tak Lagi Divaksin
Health
Psikolog: Musik Bisa Rangsang Perkembangan Otak Anak, Tapi Waspadai Kontennya
Psikolog: Musik Bisa Rangsang Perkembangan Otak Anak, Tapi Waspadai Kontennya
Health
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Perjuangan Panjang Lawan Parkinson hingga Emfisema
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Perjuangan Panjang Lawan Parkinson hingga Emfisema
Health
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Setelah Bertahun-tahun Berjuang Lawan Parkinson
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Setelah Bertahun-tahun Berjuang Lawan Parkinson
Health
Kemenkes Perkuat Strategi Nasional Eliminasi Hepatitis Jelang 2030
Kemenkes Perkuat Strategi Nasional Eliminasi Hepatitis Jelang 2030
Health
Kemenkes Perluas Vaksinasi Hepatitis B bagi Nakes, Lebih dari 11.000 Teridentifikasi Reaktif
Kemenkes Perluas Vaksinasi Hepatitis B bagi Nakes, Lebih dari 11.000 Teridentifikasi Reaktif
Health
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Health
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Health
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
Health
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Health
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Health
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau