Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Gejala Kusta, Penyakit Infeksi Menular yang Kerap Terabaikan

Kompas.com - 26/01/2020, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Minggu terakhir di bulan Januari selalu diperingati sebagai Hari Kusta Internasional. Peringatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta yang kerap terabaikan.

Menurut data Kementrian Kesehatan Indonesia (kemenkes), tahun 2000 Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta yakni prevalensi kusta kurang dari satu pers 10.000 penduduk.

Setelah itu, Indonesia masih bisa menurunkan angka kejadian meskipun relatif lambat. Tahun 2017, prevalensi kusta Indonesia masih bisa menrunkan angka kejadian kusta sebesar 0,70 kasus per 10.000 penduduk.

Meski demikian, angka prevalensi ini belum bisa dinyatakan bebas kusta. Pasalnya , masih ada beberapa provinsi yang prevalensinya masih di atas 1 per 10.000 penduduk.

Baca juga: Penyakit Tertua di Dunia dengan Gejala seperti Panu, Itulah Kusta

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 menyebut bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia sebagai penderita kusta terbanyak.

WHO pun mengkategorikan kusta sebagai salah satu penyakit tropis yang terabaikan (Neglected Tropical Disease).

Penyebab kusta

Melansir Hello Sehat, kusta atau lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yaitu bakteri yang tahan asam dan berbentuk batang.

Kusta termasuk penyakit infeksi menular kronis yang menyerang sistem saraf, kulit, selaput lendir hidung, dan mata.

Kusta termasuk penyakit tertua di dunia dan menyebabkan kerusakan parah dan cacat signifikan. Tapi, pengobatan yang tepat akan membuat penderitanya sembuh total dan bisa kembali hidup normal.

Gejala kusta

Tanda-tanda klinis penyakit ini mudah diamati. Melansir laman SehatQ, berikut gejala-gejal yang terjadi pada penderita kusta:

  • Timbul bercak-bercak putih seperti panu di kulit tanpa disertai gatal atau sakit
  • Kulit kehilangan fungsi sebagai indera peraba, kehilangan kemampuan merasakan sakit, suhu dan sentuhan.
  • Sensasi kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki
  • Mata kering karena kemampuan mengedipkan mata terganggu

Jenis kusta di Indonesia

Menurut laman Hello Sehat, ada dua jenis kusta yang umum terjadi di Indonesia. Berikut jenisnya:

  • Kusta kering atau pausi basiler (PB). Penyakit kepra jenis ini ditandai dengan kemunculan sekitar 1-5 bercak putih di kulit. Bercak putih yang muncul tampak mirip sekali dengan panu.
  • Kusta basah atau multi basiler (MB). Gejala penyakit ini yang paling ketara adalah munculnya bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit yang mirip dengan kadas. Bercak kemerahan ini bisa muncul dan menyebar lebih dari lima buah.

Baca juga: Stigma Kusta Sepanjang Masa

Komplikasi

Diagnosis dan pengobatan yang terlambat akan membuat penderita kusta mengalami komplikasi berikut:

  • cacat
  • kerontokan rambut, terutama pada alis dan bulu mata
  • kelemahan otot
  • kerusakan saraf permanen di lengan dan kaki
  • ketidakmampuan untuk menggunakan tangan dan kaki
  • hidung tersumbat kronis, mimisan, dan kolapsnya septum hidung
  • iritis, yang merupakan peradangan iris mata
  • glaukoma, penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik
  • kebutaan
  • disfungsi ereksi (DE)
  • infertilitas
  • gagal ginjal

Penyebaran kusta

Bakteri penyebab kusta menyebar melalui kontak dengan sekresi mukosa dari seseorang yang terinfeksi. Ini biasanya terjadi ketika penderita kusta bersin atau batuk.

Sebenarnya, penyakit ini tidak mudah menular. Namun, kontak intensif dan terlalu dekat dengan penderita kusta bisa membuat kita tertular.

Bakteri penyebab kusta tumbuh sangat lambat dan membutuhkan waktu setidaknya 6 bulan atau bahkan 40 tahun untuk menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Pengobatan

Tahun 1995, WHO mengembangkan terapi multidrug untuk menyembuhkan semua jenis kusta.

Selain itu, ada juga beberapa antibiotik mengobati kusta dengan membunuh bakteri penyebabnya. Antibiotik tersebut meliputi:

  • dapson (Aczone)
  • rifampin (Rifadin)
  • clofazimine (Lamprene)
  • minocycline (Minocin)
  • ofloxacin (Ocuflux)

Baca juga: 4 Mitos Kusta yang Salah Kaprah, Jangan Lagi Dipercaya

Dokter kemungkinan akan meresepkan lebih dari satu antibiotik pada saat bersamaan.

Dokter biasanya juga memberi pasien obat anti inflamasi seperti aspirin (Bayer), prednison (Rayos), atau thalidomide (Thalomid). Perawatan akan berlangsung selama berbulan-bulan dan mungkin hingga 1 hingga 2 tahun.

Bagi ibu hamil penderita kusta, dokter biasanya melarang untuk konsumsi thalidomide karena dapat membuat bayi terlahir cacat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Perhatikan Dosis, Konsumsi Vitamin C Berlebih Bisa Picu Batu Ginjal
Perhatikan Dosis, Konsumsi Vitamin C Berlebih Bisa Picu Batu Ginjal
Health
Warga Arizona Meninggal Akibat Wabah Pes, Diduga Terkait Kematian Massal Anjing Padang Rumput
Warga Arizona Meninggal Akibat Wabah Pes, Diduga Terkait Kematian Massal Anjing Padang Rumput
Health
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
Health
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Health
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
Health
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Health
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Health
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Health
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Health
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Health
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Health
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Health
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Health
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau