Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Mielodisplasia: Penyebab, Pengobatan, dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 01/03/2020, 07:25 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Sindrom mielodisplasia mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Namun, penyakit ini merupakan salah satu penyakit kronis yang mengancam jiwa.

Sindrom ini dikelompokkan sebagai salah satu jenis kanker darah yang langka.

Menurut Mayo Clinic, penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang sehingga sel darah terbentuk buruk atau tidak berfungsi dengan baik akibat gangguan.

Gejala

Gejala awal sindrom ini seringkali tak terlihat. Namun, pasien biasanya mengalami hal-hal berikut ini:

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Pucat karena jumlah sel darah merah yang rendah (anemia)
  • Memar atau sering pendarahan karena jumlah trombosit darah yang rendah (trombositopenia)
  • Muncul bintik-bintik merah tepat di bawah kulit yang disebabkan oleh perdarahan (petechiae)
  • Infeksi yang sering terjadi karena jumlah sel darah putih yang rendah (leukopenia).

Pada kondisi normal, sumsum tulang manusia akan memproduksi sel darah yang matang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: 9 Manfaat Kesehatan Minum Teh Jahe, Kulit Lebih Muda hingga Cegah Kanker

Namun, sumsum tulang penderita sindrom ini tidak mampu memproduksi sel darah yang matang dalam jumlah yang cukup.

Sumsum tulang penderita sindrom mielodisplasia justru memproduksi sel darah abnormal yang belum sepenuhnya matang sehingga sel darah tersebut mudah rusak dan tidak berfungsi dengan optimal pada tubuh.

Seiring berjalannya waktu, sumsum tulang akan dipenuhi oleh sel darah yang abnormal tersebut sehingga menyebabkan berbagai masalah seperti kelelahan, infeksi, dan pendarahan.

Lalu, apa penyebab sindrom mielodisplasia?

Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami sindrom ini.

Perubahan DNA yang menyebabkan gangguan pada sumsum tulang dalam memproduksi sel darah juga bisa menjadi pemicunya.

Selain hal tersebut, berikut beberapa faktor yang bisa memicu sindrom mielodisplasia:

  • Pengobatan dengan kemoterapi atau radiasi. Kemoterapi atau terapi radiasi, keduanya biasa digunakan untuk mengobati kanker, dapat meningkatkan risiko sindrom myelodysplastic.
  • Paparan bahan kimia tertentu. Bahan kimia yang terkait dengan sindrom myelodysplastic termasuk asap tembakau, pestisida dan bahan kimia industri, seperti benzena.
  • Paparan logam berat. Logam berat yang terkait dengan sindrom myelodysplastic termasuk timah dan merkuri.

Baca juga: Belum Ada Vaksin Corona, Traveling ke Luar Negeri Bagaimana Baiknya?

Pengobatan

Melansir SehatQ, pengobatan sindrom mielodisplasia dilakukanuntuk memperlambat perkembangan penyakit.

Selain itu, beberapa perawatan lain juga akan dianjurkan guna meredakan gejala yang dirasakan. Beberapa di antaranya meliputi:

Pemberian obat – obatan golongan growth factor seperti Eritropoietin untuk meningkatkan jumlah sel darah putih dan sel darah merah di tubuh.

Transfusi darah untuk menambah jumlah sel darah merah atau trombosit
Pemberian obat untuk membuang kelebihan zat besi yang umumnya terjadi setelah prosedur transfusi darah.

Pemberian obat antibiotik untuk meredakan infeksi jika jumlah sel darah putih terhitung rendah.

Pada tahap lebih lanjut, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti lenalidomide dan azaticidine.

Penderita sindrom mielodisplasia yang berisiko terkena Leukemia mielositik akut mungkin akan disarankan untuk melakukan kemoterapi.

Setelah kemoterapi, perawatan dapat dilanjutkan dengan prosedur transplantasi sumsum tulang.

Pencegahan

Melansir American Cancer Society, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir risiko sindrom mielodiplasia. Berikut cara tersebut:

1. Hindari gaya hidup merokok

Kebiasaan merokok dipercaya dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini. Agar terhindar dari sindrom berbahaya ini, sebaiknya kita hindari gaya hidup merokok.

Berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko Anda terkena jenis kanker lainnya.

2. Menghindari paparan radiasi atau bahan kimia tertentu

Menghindari bahan kimia industri penyebab kanker seperti benzena, dapat menurunkan risiko terkena sindrom mielodisplasia.

Selain itu, terapi radiasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom mielodisplasia.

Meski begitu, manfaat yang akan didapatkan dari terapi radiasi dan kemoterapi pada para penderita kanker umumnya sangat besar jika dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya sindrom mielodisplasia yang tergolong rendah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
BPJS Kesehatan Tegaskan Tak Ada Batas Waktu Rawat Inap bagi Peserta JKN
Health
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Varian Baru Covid-19 Stratus Menyebar di Inggris, Gejala Serak Jadi Ciri Khas
Health
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
BPJS Kesehatan Siapkan Delapan Skenario, Termasuk Potensi Kenaikan Iuran JKN
Health
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Bukan Jeruk, Ini Buah dengan Vitamin C Lebih Tinggi menurut Ahli Gizi
Health
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Rasa Asam Belum Tentu Tanda Kandungan Vitamin C Tinggi, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya
Health
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Health
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Waspada Varian Baru Covid-19 XFG, Sudah Tersebar di 38 Negara
Health
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Yunita Ababiel Meninggal Dunia, Ini Penyebab dan Bahaya Kanker Payudara
Health
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Yunita Ababiel Meninggal karena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Health
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Robot Medis Pertama Lakukan Operasi Realistis Secara Mandiri dengan Akurasi 100 Persen
Health
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Kapan Waktu Terbaik untuk Mandi: Pagi atau Malam Hari? Ini Penjelasan Ahli
Health
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Kenali Apa Itu Weil's Disease, Komplikasi Berat Akibat Leptospirosis
Health
Kenali Komplikasi Berat Leptospirosis, Bisa Sebabkan Kematian
Kenali Komplikasi Berat Leptospirosis, Bisa Sebabkan Kematian
Health
Kapan Harus Periksa ke Dokter Saat Curiga Leptospirosis? Ini Tandanya
Kapan Harus Periksa ke Dokter Saat Curiga Leptospirosis? Ini Tandanya
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau