Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Bahaya Komplikasi Infeksi Virus Corona pada Anak

Kompas.com - 05/06/2020, 16:04 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Virus corona penyebab penyakit Covid-19 bisa menjangkiti siapa saja, tak terkecuali anak-anak.

Melansir Kid's Health, berkaca dari kasus Covid-19 pada anak-anak, kebanyakan anak-anak tertular virus corona dari orang yang tinggal serumah atau anggota keluarganya.

Di beberapa kasus, virus ini menyebabkan dampak infeksi yang lebih ringan pada anak-anak ketimbang orang berusia lanjut.

Kendati demikian, anak positif Covid-19 ada juga yang mengalami infeksi serius sampai meninggal dunia.

Baca juga: Waspada, Puncak Kedua Pandemi Corona yang Lebih Bahaya

Gejala virus corona pada anak

Melansir laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tanda dan gejala Covid-19 pada anak sulit dibedakan dari penyakit saluran pernapasan karena penyebab lain.

Gejala infeksi virus corona bisa berupa batuk dan pilek seperti penyakit selesma.

Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini bisa berbahaya apabila menyerang paru-paru. Yakni, memicu radang paru-paru atau pneumonia.

Gejala pneumonia di antaranya demam, batuk, dan kesulitan bernafas yang ditandai dengan nafas cepat dan sesak nafas.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Masker serta Face Shield untuk Cegah Corona

Untuk mengetahui napas anak cukup cepat atau tidak, Anda bisa menghitung jumlah pernapasan dalam waktu satu menit. Napas dikatakan cepat apabila intensitas napas:

  • Usia 0 sampai kurang dari 2 bulan: 60 kali per menit atau lebih
  • Usia 2 sampai kurang dari 12 bulan: 50 kali per menit atau lebih
  • Usia 1 sampai kurang dari 5 tahun: 40 kali per menit atau lebih

Saat menghitung jumlah napas anak, Anda diimbau memperhatikan tanda sesak seperti tarikan dinding dada (chest indrawing).

Sementara itu, NHS mencatat beberapa gejala utama virus corona, di antaranya:

  • Suhu tubuh tinggi atau demam
  • Batuk terus-menerus (batuk tanpa jeda lebih dari satu jam atau batuk yang intens selama 24 jam)
  • Tidak peka rasa dan bau

Baca juga: Pakai Masker untuk Cegah Corona Tak Bikin Keracunan Karbon Dioksida

Bahaya komplikasi infeksi virus corona pada anak

Melansir Harvard Health Publishing (14/5/2020), sejumlah anak positif Covid-19 dilaporkan mengalami komplikasi infeksi virus corona yang berbahaya.

Oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, kondisi ini disebut sindrom inflamasi multisistem pada anak.

Komplikasi berupa peradangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk menyerang jantung, menyebabkan kegagalan organ, dan bisa mengancam jiwa.

Baca juga: Ibnu Jamil Menangis Lihat Anaknya Lolos Akmil 2025

Pasalnya, peradangan dapat membatasi aliran darah, merusak jantung, ginjal, dan organ vital lainnya.

Laporan awal sempat menyebut gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak mirip kawasaki disease (penyakit kawasaki).

Penyakit kawasaki adalah peradangan yang bisa menimbulkan masalah pada jantung.

Seiring berjalannya waktu, ahli menyimpulkan penyakit kawasaki berbeda dari komplikasi Covid-19 pada anak ini.

Baca juga: Gejala Infeksi Virus Corona Bisa Berbeda, Tergantung Daya Tahan Tubuh

Sementara, para ahli menyimpulkan sindrom inflamasi multisistem pada anak kemungkinan merupakan reaksi tubuh terhadap infeksi virus corona.

Namun, para ahli masih mencari jawaban mengapa di beberapa kasus sindrom inflamasi multisistem pada anak ternyata penderitanya negatif Covid-19.

Akan tetapi, para orangtua perlu waspada jika putra atau putrinya mengalami sindrom inflamasi multisistem pada anak.

Beberapa gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak di antaranya:

  • Demam lebih dari beberapa hari
  • Ruam
  • Konjungtivitis (kemerahan pada bagian putih mata)
  • Sakit perut
  • Muntah dan atau diare
  • Kelenjar getah bening di leher bengkak
  • Bibir merah dan pecah-pecah
  • Lidah lebih merah dari biasanya, terlihat seperti stroberi
  • Tangan atau kaki bengkak
  • Lekas marah, mengantuk, lemah sepanjang hari

Baca juga: Bisakah AC Jadi Sarana Penularan Virus Corona?

Gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak di atas bisa mirip penyakit lain.

Misalkan, radang tenggorokan dapat menyebabkan demam, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lidah memerah.

Sakit perut, muntah, dan diare juga bisa dipicu beragam virus dan bakteri.

Baca juga: Ramai Bendera "One Piece", Menko Polkam Ingatkan Bakal Ambil Langkah Tegas jika...

Sebelum membuat diagnosis sindrom inflamasi multisistem pada anak, dokter umumnya tidak hanya melihat gejala.

Namun, dokter juga melakukan pemeriksaan fisik serta tes medis untuk memeriksa peradangan dan mengamati fungsi organ.

Sindrom inflamasi multisistem pada anak ini kasus langka yang dialami pasien Covid-19.

Baca juga: Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Marsma TNI Fajar Adriyanto Meninggal Dunia

Jika anak mengalami gejala virus corona di atas, orangtua jangan buru-buru panik.

Namun, ada baiknya orangtua tidak abai dan tetap waspada demi keselamatan anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Cegah Tulang Keropos di Masa Tua, Dokter: Aktif Bergerak dan Nutrisi Tepat adalah Kunci
Cegah Tulang Keropos di Masa Tua, Dokter: Aktif Bergerak dan Nutrisi Tepat adalah Kunci
Health
Pilih Pembersih Wajah dengan pH Rendah, Ini Kata Dokter Kulit...
Pilih Pembersih Wajah dengan pH Rendah, Ini Kata Dokter Kulit...
Health
Rujukan Berjenjang JKN Bukan untuk Mempersulit, Ini Penjelasan BPJS Kesehatan
Rujukan Berjenjang JKN Bukan untuk Mempersulit, Ini Penjelasan BPJS Kesehatan
Health
Munira Abdulla Sadar Setelah 27 Tahun: Harapan dari Kondisi Minimally Conscious
Munira Abdulla Sadar Setelah 27 Tahun: Harapan dari Kondisi Minimally Conscious
Health
BPOM Cabut Izin Edar 16 Produk Kosmetik yang Disalahgunakan untuk Injeksi
BPOM Cabut Izin Edar 16 Produk Kosmetik yang Disalahgunakan untuk Injeksi
Health
Siloam Lakukan Operasi Batu Empedu Robotik Perdana, Pasien Pulih Lebih Cepat
Siloam Lakukan Operasi Batu Empedu Robotik Perdana, Pasien Pulih Lebih Cepat
Health
Hari Kanker Paru Sedunia 2025: Seruan Global untuk Kesadaran, Deteksi Dini, dan Akses Setara
Hari Kanker Paru Sedunia 2025: Seruan Global untuk Kesadaran, Deteksi Dini, dan Akses Setara
Health
Waspada, Ini Daftar 34 Kosmetik yang Dilarang BPOM karena Mengandung Bahan Berbahaya
Waspada, Ini Daftar 34 Kosmetik yang Dilarang BPOM karena Mengandung Bahan Berbahaya
Health
BPOM Ungkap Kandungan Berbahaya dalam 34 Produk Kosmetik, Termasuk Merkuri dan Timbal
BPOM Ungkap Kandungan Berbahaya dalam 34 Produk Kosmetik, Termasuk Merkuri dan Timbal
Health
Hari Kanker Paru Sedunia 2025: Dorongan Global untuk Deteksi Dini dan Kesetaraan Akses Perawatan
Hari Kanker Paru Sedunia 2025: Dorongan Global untuk Deteksi Dini dan Kesetaraan Akses Perawatan
Health
Pemerintah Mulai Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Anak Sekolah
Pemerintah Mulai Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Anak Sekolah
Health
6,7 Persen Warga Jateng Terdeteksi Alami Gangguan Jiwa Lewat Program Dokter Keliling
6,7 Persen Warga Jateng Terdeteksi Alami Gangguan Jiwa Lewat Program Dokter Keliling
Health
Burnout Tak Hanya Soal Lelah, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog
Burnout Tak Hanya Soal Lelah, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog
Health
Demam Berdarah Tak Lagi Musiman, Dokter Ingatkan Ancaman Dengue Sepanjang Tahun
Demam Berdarah Tak Lagi Musiman, Dokter Ingatkan Ancaman Dengue Sepanjang Tahun
Health
Makan Lebih Awal, Risiko Obesitas Lebih Rendah: Ini Penjelasan Ahli Gizi
Makan Lebih Awal, Risiko Obesitas Lebih Rendah: Ini Penjelasan Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau