Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2021, 05:03 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kejang adalah gangguan listrik yang tiba-tiba dan tidak terkendali di otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku, gerakan atau perasaan, dan tingkat kesadaran penderitanya.

Kejang bisa disebabkan oleh penyakit otak, tumor, kondisi genetik, penyakit tertentu, atau cedera.

Meski demikian, ada pula kejang yang terjadi karena kondisi yang belum diketahui, dalam dunia medis dikenal dengan istilah kejang idiopatik atau kriptogenik.

Tanda orang mengalami kejang

Orang yang mengalami kejang biasanya disertai dengan gejala tertentu. Melansir Mayo Clinic, berikut gejala seseorang yang mengalami kejang:

  • Kebingungan sementara
  • Gerakan menyentak tak terkendali dari lengan dan kaki
  • Kehilangan kesadaran
  • Gejala kognitif atau emosional, seperti ketakutan, kecemasan.

Baca juga: Postpartum Depression

Apa yang harus dilakukan saat seseorang mengalami kejang?

Saat ada orang yang mengalami kejang, hal pertama yang mesti kita lakukan adalah memastikan agar penderita aman sampai kejang berhenti dengan sendirinya. Sebagian besar kejang berlangsung dari 30 detik sampai 2 menit. Setelah itu, Anda bisa melakukan hal berikut:

  • Pastikan situasi tenang
  • Tetap bersama orang tersebut sampai kejang berakhir dan dia benar-benar terjaga
  • Kendurkan apa pun di sekitar leher orang tersebut (pakaian, dasi, perhiasan, dan snya.) yang dapat menghambat pernapasan.
  • Bersihkan area di sekitar penderia dan singkirkan benda apa pun yang dapat melukainya Letakkan sesuatu yang rata dan lembut di bawah kepala mereka.

Setelah kejang selesai, baringkan penderita pada posisi miring untuk memudahkan pernapasan dan menjaga jalan napas tetap terbuka.

Anda juga harus membantu orang tersebut duduk di tempat yang aman. Saat kesadaran mereka telah kembali pulih total dan mampu berkomunikasi, beritahu mereka apa yang terjadi dalam kalimat yang sangat sederhana.

Lalu Hibur orang tersebut dan bicaralah dengan tenang. Setelah itu, pastikan orang tersebut kembali pulang dengan selamat.

Jika kejang berlangsung lebih dari lima menit atau penderita memiliki kondisi medis lain, segera bawa ke rumah sakit atau dokter terdekat.

Baca juga: Alergi Susu

Hal yang tak boleh dilakukan pada orang kejang

Melansir laman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), ada beberapa hal yang tak boleh kita lakukan pada orang kejang. Berikut hal tersebut:

  • Jangan menahan orang tersebut atau mencoba menghentikan gerakannya.
  • Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang tersebut. Ini bisa melukai gigi atau rahang. Seseorang yang mengalami kejang tidak dapat menelan lidahnya.
  • Jangan mencoba memberikan napas dari mulut ke mulut (seperti CPR). Orang biasanya mulai bernapas kembali setelah kejang.
  • Jangan menawarkan air atau makanan kepada orang tersebut sampai dia benar-benar sadar.
  • Jangan tinggalkan penderita sendirian setelah kejang – mereka mungkin mengalami disorientasi atau bingung.

 

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Viral di TikTok, Perdebatan Soal Tidur Siang Picu Diskusi Soal Kesehatan Mental
Viral di TikTok, Perdebatan Soal Tidur Siang Picu Diskusi Soal Kesehatan Mental
Health
Pakar Minta MBG di Jakarta Dievaluasi, Tekankan Mutu Gizi dan Keamanan Pangan
Pakar Minta MBG di Jakarta Dievaluasi, Tekankan Mutu Gizi dan Keamanan Pangan
Health
Pria 60 Tahun Masuk RS setelah Ganti Garam dengan Natrium Bromida karena Saran ChatGPT
Pria 60 Tahun Masuk RS setelah Ganti Garam dengan Natrium Bromida karena Saran ChatGPT
Health
Minum Teh Setelah Makan Bisa Ganggu Penyerapan Zat Besi, Begini Penjelasan Ahli
Minum Teh Setelah Makan Bisa Ganggu Penyerapan Zat Besi, Begini Penjelasan Ahli
Health
Terlalu Banyak Minum Matcha Bisa Hambat Penyerapan Zat Besi, Ini Kata Ahli
Terlalu Banyak Minum Matcha Bisa Hambat Penyerapan Zat Besi, Ini Kata Ahli
Health
BPOM Cabut Izin Edar 21 Produk Kosmetik Ilegal, Ini Daftarnya
BPOM Cabut Izin Edar 21 Produk Kosmetik Ilegal, Ini Daftarnya
Health
21 Produk Kosmetik Ditarik dari Pasaran, BPOM Temukan Pelanggaran Komposisi
21 Produk Kosmetik Ditarik dari Pasaran, BPOM Temukan Pelanggaran Komposisi
Health
Mengapa Kita Mengantuk Setelah Makan? Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya
Mengapa Kita Mengantuk Setelah Makan? Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya
Health
WHO dan UNICEF Dorong Cuti Melahirkan Berbayar untuk Dukung Ibu Menyusui
WHO dan UNICEF Dorong Cuti Melahirkan Berbayar untuk Dukung Ibu Menyusui
Health
Smiling Depression: Depresi Tersembunyi yang Berbahaya Jika Tak Segera Ditangani
Smiling Depression: Depresi Tersembunyi yang Berbahaya Jika Tak Segera Ditangani
Health
IDAI: Pemeriksaan Gratis Penting untuk Deteksi Dini Masalah Kesehatan Anak
IDAI: Pemeriksaan Gratis Penting untuk Deteksi Dini Masalah Kesehatan Anak
Health
Ikan Laut vs Ikan Tawar: Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?
Ikan Laut vs Ikan Tawar: Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?
Health
Kenali Perbedaan IBS dan IBD, Gangguan Pencernaan yang Serupa tapi Tak Sama
Kenali Perbedaan IBS dan IBD, Gangguan Pencernaan yang Serupa tapi Tak Sama
Health
Diet Tak Harus Takut Vitamin, Ini Jenis Suplemen yang Aman Menurut Ahli
Diet Tak Harus Takut Vitamin, Ini Jenis Suplemen yang Aman Menurut Ahli
Health
Tes DNA: Prosedur, Biaya, Syarat, dan Pilihan Pemeriksaan
Tes DNA: Prosedur, Biaya, Syarat, dan Pilihan Pemeriksaan
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau