Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2021, 07:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit radang paru-paru kronis yang menyebabkan aliran udara terhambat dari paru-paru.

Merangkum WebMD, PPOK biasanya disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap gas atau partikel yang mengiritasi, paling sering yakni dari asap rokok.

PPOK termasuk kondisi yang sebaiknya tak dianggap remeh.

Baca juga: 5 Penyebab PPOK pada Orang Bukan Perokok

Pasalnya, orang dengan PPOK berada pada peningkatan risiko terkena penyakit jantung, kanker paru-paru, dan berbagai kondisi lainnya.

Emfisema dan bronkitis kronis adalah dua kondisi paling umum yang berkontribusi terhadap PPOK.

Kedua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahan di antara individu dengan PPOK.

Bronkitis kronis adalah peradangan pada lapisan saluran bronkial yang membawa udara ke dan dari kantung udara (alveoli) paru-paru.

Sedangkan emfisema adalah kondisi ketika alveoli di ujung saluran udara terkecil (bronkiolus) paru-paru rusak atau hancur sebagai akibat dari paparan merusak asap rokok atau gas maupun partikel mengiritasi lainnya.

Meskipun termasuk penyakit progresif yang memburuk dari waktu ke waktu, PPOK pada dasarnya dapat diobati.

Dengan manajemen yang tepat, kebanyakan orang dengan PPOK bisa mengontrol gejala dan mendapatkan kualitas hidup yang baik, serta mengurangi risiko kondisi terkait lainnya.

Baca juga: 8 Gejala Awal PPOK yang Perlu Diwaspadai

Gejala PPOK

Melansir Mayo Clinic, gejala PPOK seringkali tidak muncul sampai terjadi kerusakan paru-paru yang signifikan dan biasanya memburuk dari waktu ke waktu, terutama jika paparan merokok terus berlanjut.

Tanda dan gejala PPOK mungkin termasuk:

  1. Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik
  2. Mengi atau bengek
  3. Sesak dada
  4. Batuk kronis yang dapat menghasilkan lendir (dahak) yang mungkin jernih, putih, kuning, atau kehijauan
  5. Infeksi saluran pernafasan yang sering terjadi
  6. Kekurangan energi
  7. Penurunan berat badan yang tidak diinginkan atau disengaja (pada tahap selanjutnya)
  8. Pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, atau tungkai

Orang dengan PPOK juga cenderung dapat mengalami episode yang disebut eksaserbasi.

Eksaserbasi adalah tanda PPOK tingkat lanjut. Di mana, pada kondisi ini gejala PPOK menjadi lebih buruk daripada variasi sehari-hari yang biasa dan bertahan setidaknya selama beberapa hari.

Baca juga: 12 Penyebab Sesak Napas, Bukan Hanya Gejala Covid-19

Kapan harus ke dokter?

Dilansir dari NHS, sebaiknya temui dokter jika Anda memiliki gejala PPOK yang terus-menerus, terutama jika Anda berusia di atas 35 tahun dan terbiasa merokok.

Anda juga disarankan untuk dapat menemui dokter jika Anda melihat gejala infeksi, seperti demam atau perubahan dahak.

Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan gejala serupa PPOK, seperti asma, bronkiektasis, anemia, dan gagal jantung.

Tes pernapasan sederhana dapat membantu menentukan apakah Anda menderita PPOK atau tidak.

Semakin cepat PPOK diketahui dan pengobatan dimulai, maka kian kecil juga kemungkinan kerusakan paru-paru yang parah terjadi.

Anda pun sangat dianjurkan untuk dapat mencari perawatan medis segera jika Anda:

  • Tidak bisa mengatur napas
  • Mengalami kebiruan parah pada bibir atau kuku (sianosis)
  • Detak jantung yang cepat
  • Sulit berkonsentrasi

Baca juga: 8 Cara Mengatasi Sesak Napas Secara Alami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
IDAI: Anak Sehat dan Cerdas Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
IDAI: Anak Sehat dan Cerdas Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Health
BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
Health
Daftar Vaksin Anak Sesuai Usia: Panduan Penting bagi Orangtua di Hari Anak Nasional 2025
Daftar Vaksin Anak Sesuai Usia: Panduan Penting bagi Orangtua di Hari Anak Nasional 2025
Health
Hari Anak Nasional 2025: Pakar Ingatkan Risiko Jika Anak Tak Lagi Divaksin
Hari Anak Nasional 2025: Pakar Ingatkan Risiko Jika Anak Tak Lagi Divaksin
Health
Psikolog: Musik Bisa Rangsang Perkembangan Otak Anak, Tapi Waspadai Kontennya
Psikolog: Musik Bisa Rangsang Perkembangan Otak Anak, Tapi Waspadai Kontennya
Health
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Perjuangan Panjang Lawan Parkinson hingga Emfisema
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Perjuangan Panjang Lawan Parkinson hingga Emfisema
Health
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Setelah Bertahun-tahun Berjuang Lawan Parkinson
Ozzy Osbourne Meninggal Dunia, Setelah Bertahun-tahun Berjuang Lawan Parkinson
Health
Kemenkes Perkuat Strategi Nasional Eliminasi Hepatitis Jelang 2030
Kemenkes Perkuat Strategi Nasional Eliminasi Hepatitis Jelang 2030
Health
Kemenkes Perluas Vaksinasi Hepatitis B bagi Nakes, Lebih dari 11.000 Teridentifikasi Reaktif
Kemenkes Perluas Vaksinasi Hepatitis B bagi Nakes, Lebih dari 11.000 Teridentifikasi Reaktif
Health
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Health
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Health
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
Health
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Health
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Health
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau