Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tanda Awal Autisme pada Bayi yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 30/01/2022, 10:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Autisme, atau gangguan spektrum autisme (ASD), adalah kondisi perkembangan yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku, berinteraksi, dan berkomunikasi.

Secara umum, bayi akan menunjukkan tanda-tanda autis saat berusia 12? hingga 24 bulan.

Namun, tanda-tanda ASD pada bayi dapat berkembang di luar rentang usia ini.

Baca juga: Ketua MPR Muzani: HUT ke-80 RI Berbeda dan Lebih Teristimewa

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat bahwa bayi dapat menunjukkan tanda-tanda ASD sejak usia 9 bulan.

Namun, Autism Science Foundation menyatakan bahwa tanda-tanda awal ASD dapat muncul pada bayi semuda usia 2 bulan.

Mendiagnosis ASD itu memang tidak mudah karena kondisi tersebut muncul secara berbeda pada semua individu.

Baca juga: Tak Hanya Fisik, Menopause juga Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental

Bayi dapat mencapai tonggak perkembangan pada usia yang sedikit berbeda, bahkan ketika mereka tidak memiliki kondisi kesehatan apa pun.

Namun, beberapa perbedaan perkembangan menunjukkan bahwa bayi mungkin autis.

Berikut ini beberapa tanda anak autis, seperti dilansir dari Medical News Today.

Baca juga: Pidato Lengkap Ketua MPR Ahmad Muzani dalam Sidang Tahunan HUT Ke-80 RI

1. Kurangnya kontak mata dan susah fokus

Menurut artikel yang terbit 2016 di PLOS ONE, dari sekitar 9 bulan, bayi harus dapat melakukan kontak mata secara teratur dan berbagi fokus dengan orang lain.

Bayi autis mungkin merasa sulit untuk menangkap isyarat sosial ini dan mungkin mengabaikan kontak mata dengan orang lain.

2. Tidak menanggapi nama mereka

Menurut CDC, seorang bayi harus dapat merespons namanya dari sekitar 6 bulan.

Baca juga: Puan ke Pemerintah: Kalau Tak Diawasi, Bisa Lupa Arah dan Jalan Sendiri

Namun, sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa bayi yang mengembangkan ASD sering tidak merespons nama mereka pada usia 9 bulan.

3. Kesulitan dengan komunikasi nonverbal

CDC menyatakan bahwa dari sekitar umur 9 bulan, bayi harus bisa menunjukkan sesuatu.

Pada usia ini, mereka juga harus dapat meniru suara dan gerak tubuh orang lain.

Baca juga: Syukuran HUT ke-80 RI, Gus Ipul Ajak Jajaran Kemensos Kerja Berdampak

Riset dari 2019 menemukan bahwa pada usia 18 bulan, anak-anak autis menunjuk dan memberi isyarat jauh lebih sedikit daripada anak-anak yang tidak autis.

Kurangnya komunikasi nonverbal dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan bahasa.

4. Ekspresi wajah terbatas

Pada usia 4 bulan, bayi biasanya dapat menunjukkan ekspresi wajah tertentu, seperti tersenyum atau cemberut.

Baca juga: Ketua KPK: Kemerdekaan Sejatinya Bersih dan Bebas dari Korupsi

Seorang bayi juga harus bisa tersenyum secara spontan dan memberi tahu orang lain jika mereka sedih.

Pada usia 6 bulan, seorang bayi harus mengenali emosi orang lain dan mampu meresponsnya.

Bayi autis, di sisi lain, mungkin tidak menanggapi senyuman atau ekspresi wajah lainnya.

Baca juga: 4 Hal yang Tak Boleh Diucapkan pada Seseorang dengan Gangguan Mental

5. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa

Saat bayi berusia 1 tahun, seorang anak harus dapat mengucapkan satu hingga tiga kata dan mencoba meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.

Selain itu, anak-anak autis mungkin mengalami kesulitan mengembangkan keterampilan bahasa dan memahami apa yang dikatakan orang lain.

Menurut March of Dimes, sekitar 40 persen anak autis tidak berbicara sama sekali.

Baca juga: HUT ke-80 RI, PKS Singgung Utang Budi Indonesia ke Palestina

6. Regresi

Regresi adalah saat bayi mulai kehilangan keterampilan yang mereka miliki sebelumnya, seperti komunikasi verbal atau perilaku sosial.

Sebuah studi dari tahun 2015 menemukan bahwa hampir sepertiga anak autis kehilangan beberapa keterampilan sekitar usia prasekolah.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Pakar Gizi Ungkap Risiko Makan Nasi dan Mi Bersamaan dalam Jangka Panjang
Health
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Indonesia Peringkat Tiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia, Pemerintah Targetkan Eliminasi 2030
Health
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Pakar IPB Ungkap Jenis Gula dan Tips Konsumsinya agar Terhindar dari Diabetes dan Obesitas
Health
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
BGN: MBG Targetkan 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum HUT ke-80 RI
Health
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Dokter: Gorengan Bisa Picu Kanker, Begini Cara Mengurangi Risikonya
Health
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Health
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Health
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Health
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Health
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
Health
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Health
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau