Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim Tunda Kematian, Diet Pescatarian Ternyata Punya Risiko

Kompas.com - 08/06/2022, 14:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diet pescatarian merupakan pola makan dengan menambahkan makanan laut atau seafood dalam menu vegetariannya.

Orang yang menganut diet pescatarian mengutamakan bahan-bahan nabati, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan seafood sebagai sumber protein utama.

Dikutip dari Everyday Health, profesor gerontologi dari University of Southern California, Valter Longo, PhD menyatakan bahwa konsumsi makanan dari sumber nabati dan laut pada diet pescatarian bisa menunda kematian.

"Kunci umur panjang ialah dengan konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, beberapa ikan (seafood). Lalu, hindari daging merah dan olahannya," ujar Valter Longo.

Baca juga: Ingin Turun Berat Badan? Hindari 4 Mitos Diet Seperti Berikut

Selain menunda kematian, pescatrian juga bermanfaat dalam menurunkan risiko diabetes, mencegah penyakit jantung dan stroke, hingga menjaga kesehatan mata.

Meski diklaim sehat, diet pescatarian ternyata memiliki risiko yang bisa membahayakan tubuh manusia.

Bahaya merkuri

Konsumsi seafood pada diet pescatarian wajib diwaspadai karena paparan merkuri, seperti pada ikan tuna, makarel, tenggiri, hingga hiu.

Baca juga: Mahfud Sebut Vonis Hakim untuk Tom Lembong Salah karena Tak Ada Mens Rea

Diketahui, merkuri merupakan cairan logam perak atau bisa juga disebut dengan air raksa.

Jika masuk ke dalam tubuh, merkuri dapat merusak saluran pencernaan, sistem saraf, jantung, paru-paru, ginjal, hingga sistem kekebalan tubuh.

Food and Drug Administration (FDA) dan Environmental Protection Agency (EPA) menganjurkan untuk mengurangi konsumsi berbagai sumber makanan dari laut untuk beberapa kelompok yang rentan terhadap merkuri.

Kelompok rentan yang dimaksud FDA dan EPA adalah perempuan yang berencana untuk hamil, perempuan yang sedang hamil, dan ibu menyusui.

Baca juga: Benarkah Diet Keto Baik untuk Pasien Gagal Jantung?

Agar terhindar dari paparan merkuri, Anda harus mencuci bersih makanan laut sebelum diolah dengan air mengalir.

Perhatikan pula cara mengolah seafood. Lebih baik dikukus atau dipanggang ketimbang digoreng.

Selain itu, Anda harus membatasi konsumsi maksimal 170 gram atau satu porsi per minggu untuk hewan laut dengan kadar merkuri rendah.

Baca juga: Eks Marinir Satria Arta Minta Pulang dari Rusia, Eks Jenderal: Kalau Sudah Bukan WNI, Tak Wajib Dilindungi

Meningkatkan kolesterol

Seafood dapat memberikan pengaruh terhadap kadar kolesterol, terutama yang memiliki kecederungan kadar yang tinggi.

Ada empat jenis seafood yang memiliki kadar kolesterol tinggi, yaitu udang, lobster, kepiting, dan kerang.

Bagi penganut diet pescatarian yang gemar makan seafood, Anda bisa menyelingi dengan konsumsi buah-buahan penurun kolesterol, seperti alpukat, pisang, dan stroberi.

Karena diet pescatarian pada dasarnya adalah vegetarian, lebih baik Anda tetap mengandalkan biji-bijian dan sesekali menyiapkan seafood sebagai selingan.

Baca juga: Sebelum Lakukan Diet, Pahami 4 Prinsip Penting Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Kemenkes Siapkan Reformasi Pendidikan Dokter, Target 70.000 Dokter Spesialis
Health
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya
Health
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
Health
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Health
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Kurangnya Kedekatan Orang Tua Bisa Picu Anak Terjerumus Kriminalitas, Ini Kata Psikolog
Health
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Beda Henti Jantung dan Serangan Jantung, Ini Penjelasan Dokter...
Beda Henti Jantung dan Serangan Jantung, Ini Penjelasan Dokter...
Health
Gaya Hidup Serba Cepat dan Stres, Kombinasi Mematikan bagi Jantung
Gaya Hidup Serba Cepat dan Stres, Kombinasi Mematikan bagi Jantung
Health
Fenomena Impostor Syndrome di Kalangan Pekerja Muda, Apa Dampaknya bagi Kesehatan Mental?
Fenomena Impostor Syndrome di Kalangan Pekerja Muda, Apa Dampaknya bagi Kesehatan Mental?
Health
Gejala Rabies Tak Selalu Demam, Ini Fakta Medisnya...
Gejala Rabies Tak Selalu Demam, Ini Fakta Medisnya...
Health
15 Persen ASN DKI Terindikasi Masalah Mental, Dinkes Dorong Pemeriksaan Lanjutan
15 Persen ASN DKI Terindikasi Masalah Mental, Dinkes Dorong Pemeriksaan Lanjutan
Health
Vaksin RSV Disarankan untuk Lansia yang Akan Umroh, Cegah Risiko Pneumonia dan Bronkiolitis
Vaksin RSV Disarankan untuk Lansia yang Akan Umroh, Cegah Risiko Pneumonia dan Bronkiolitis
Health
Kasus Rabies di Sikka, Nenek 81 Tahun Meninggal Dunia: Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya
Kasus Rabies di Sikka, Nenek 81 Tahun Meninggal Dunia: Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya
Health
Cek Kolesterol dan Gula Darah sejak Muda, Ini Saran Dokter...
Cek Kolesterol dan Gula Darah sejak Muda, Ini Saran Dokter...
Health
Dokter: Banyak Pasien Muda Serangan Jantung, Tapi Tidak Sadar Faktor Risikonya
Dokter: Banyak Pasien Muda Serangan Jantung, Tapi Tidak Sadar Faktor Risikonya
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau