Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penyebab Sindrom Bayi Terguncang yang Perlu Diperhatikan Orang Tua

Kompas.com - 11/01/2023, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Saat bayi atau anak kecil mengalami guncangan dengan keras, otaknya bisa mengalami sindrom bayi terguncang.

Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom bayi terguncang atau shaken baby syndrome bisa terjadi karena otak mereka lebih lunak dan ligamennya lebih lemah dari pada anak yang lebih besar.

Otot leher mereka juga belum sepenuhnya berkembang. Selain itu, kepala bayi besar dan berat sebanding dengan bagian tubuh lainnya.

Baca juga: 10 Tanda-tanda Sindrom Bayi Terguncang yang Harus Disadari Orangtua

Saat terjadi guncangan hebat, otak bayi berguncang bolak-balik di dalam tengkorak.
Pembuluh darah, saraf, dan jaringan otak di dalamnya bisa robek.

Akibatnya, akan terjadi pembengkakan, memar, hingga pendarahan otak pada bayi. Tanda-tanda sindrom bayi terguncang, meliputi kejang dan koma. 

Itu sebabnya, penting bagi para orangtua menyadari aktivitas atau tindakan yang bisa menjadi penyebab penyakit anak ini.

Baca juga: 4 Cara Merawat Orang dengan Down Syndrome yang Perlu Diperhatikan

Apa saja penyebab sindrom bayi terguncang?

Mengutip Cleveland Clinic, shaken baby syndrome biasa terjadi karena kekerasan atau pola asuhan yang keliru dari orangtua atau pengasuhnya.

Tindakan itu meliputi:

  • Memukul
  • Melempar
  • Menjatuhkan

Penyebab sindrom bayi terguncang tersebut paling sering terjadi di tangan orang tua/pengasuh yang kewalahan dan frustrasi karena tidak dapat mengatasi tangisan bayi yang terus-menerus.

Baca juga: 7 Komplikasi Down Syndrome yang Perlu Diwaspadai


Apa faktor risiko sindrom bayi terguncang?

Mengutip Medical News Today, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan yang menjadi menyebabkan shaken baby syndrome.

Menurut CDC, berikut faktor risiko penyakit anak ini:

  • Kurang memiliki pengetahuan realistis tentang membesarkan anak
  • Kurang memiliki pengetahuan realistis tentang perkembangan anak
  • Pernah mengalami pelecehan atau penelantaran saat usia anak
  • Orangtua yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga
  • Kurangnya pengalaman dalam mengasuh anak
  • Berperan sebagai orangtua tunggal atau orangtua muda tanpa dukungan moril
  • Memiliki riwayat kekerasan terhadap anak sebelumnya
  • Anak kurang perawatan prenatal
  • Anak lahir prematur
  • Anak terlahir dengan disabilitas
  • Terlahir kembar
  • Berusia kurang dari 6 bulan
  • Bayi yang menangis terus-menerus atau sering

Sementara dikutip dari Cleveland Clinic, ada beberapa kegiatan berisiko lainnya yang tidak dianjurkan, tetapi tidak sampai menjadi penyebab sindrom bayi terguncang, seperti:

  • Memantulkan bayi di atas lutut Anda
  • Melemparkan bayi ke udara
  • Bersepeda bersama bayi
  • Tiba-tiba berhenti atau melewati gundukan/polisi tidur saat naik kendaraan.

Baca juga: Tanda-tanda Down Syndrome dari Segi Fisik, Pemikiran, dan Perilaku

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Dokter Jelaskan Penyebab TB Kebal Obat dan Pentingnya Kepatuhan Minum Obat
Health
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman
Health
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Tingkatkan Keahlian BESS, Dokter Ikuti Workshop Bersama Pakar Korsel
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Pentingnya Skrining Rutin
Health
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Vaksinasi HPV Diperluas Hingga ke Sekolah
Health
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya
Health
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
BPJS Kesehatan Ungkap Keunggulan JKN dan Tantangan Pembiayaan di Masa Depan
Health
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Health
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Cegah Penularan TB di Fasilitas Kesehatan, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Health
196 Anak Keracunan, Pemprov Jateng Hentikan Sementara MBG di Sragen
196 Anak Keracunan, Pemprov Jateng Hentikan Sementara MBG di Sragen
Health
Kemenkes Kirim Tim dan Kecam Kekerasan terhadap Dokter di RSUD Sekayu
Kemenkes Kirim Tim dan Kecam Kekerasan terhadap Dokter di RSUD Sekayu
Health
Dokter: Masker Wajib bagi Tenaga Kesehatan saat Tangani Pasien TBC
Dokter: Masker Wajib bagi Tenaga Kesehatan saat Tangani Pasien TBC
Health
Kekerasan di RSUD Sekayu: Menjaga Dokter, Menjaga Sistem Kesehatan
Kekerasan di RSUD Sekayu: Menjaga Dokter, Menjaga Sistem Kesehatan
Health
BRIN Pastikan Vaksin mRNA Aman, Tidak Sebabkan Kanker
BRIN Pastikan Vaksin mRNA Aman, Tidak Sebabkan Kanker
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau