Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Cerita Tak Terduga Rano Karno soal Si Doel, Kejailan Benyamin, Pemain Buta Huruf, sampai Alasan Pilih Zaenab

Baca di App
Lihat Foto
DOK RCTI
Film serial Si Doel Anak Sekolahan yang ditayangkan RCTI mengangkat kultur Betawi. Film yang disutradarai Rano Karno (berdiri kiri), dengan pemain di antaranya Cornelia Agatha (berdiri kedua kiri), Aminah Cendrakasih (duduk kiri), Benyamin S (duduk kanan).
Penulis: Andika Aditia
|
Editor: Dian Maharani

JAKARTA, KOMPAS.com - Kisah Si Doel hingga kini masih digemari oleh banyak orang dari berbagai generasi.

Cerita Si Doel telah menjelma ke berbagai bentuk, mulai dari novel, layar lebar, sinetron, FTV, hingga film trilogi.

Salah satu bagian ceritanya yang populer adalah Si Doel Anak Sekolahan yang dikemas dalam bentuk sinetron.

Baca juga: Main Si Doel, Pak Bendot Baca Skenario dalam Bahasa Jawa Krama Inggil

Rano Karno kumpulkan pemain tanpa casting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Rano Karno adalah orang yang meramunya menjadi salah satu sinetron dengan penonton terbanyak di Indonesia ini.

Para pemain punya karakter kuat tanpa saling mendominasi membuat sinetron ini gurih dan layak ditonton oleh semua orang.

Dalam obrolan yang disiarkan secara Live di akun Instagram @sidoelanaksekolahan, Minggu (3/5/2020) malam, Rano Karno menceritakannya.

Baca juga: Buta Huruf, Begini Cara Pak Tile dan Pak Bendot Baca Skenario Si Doel Anak Sekolahan

Rano mengaku, semua pemain sinetron Si Doel Anak Sekolahan sudah ia amati sejak lama. Sehingga, hal itu menjadi kunci mengapa semua pemain begitu menyatu dengan karakter yang mereka perankan.

Sebut saja, mendiang Basuki dengan peran Mas Karyo, Benyamin Sueb sebagai Babe Sabeni, Pak Tile sebagai Kong Ali, dan masih banyak lagi.

Kata Rano, sejak kisah Si Doel diangkat ke layar lebar pertama kali, Benyamin sudah berperan menjadi ayahnya.

Baca juga: Kisah Cinta Si Doel Bakal Jadi Miniseri, Rano Karno Berikan Bocorannya

“Nah satu kesempatan mainlah dalam film Si Doel Anak Betawi tahun 1974,” kata Rano.

Rano mengatakan, hal itu juga berlaku dengan pemain lainnya yang sudah ia kenal lama dan amati.

Dengan bekal itu pula, Rano mengaku semua pemain Si Doel Anak Sekolahan tanpa melalui proses casting. Proses casting hanya dilakukan Rano Karno pada sesi kelima.


Alasan Mandra tetap melajang

Rano Karno menjawab soal peran Mandra yang tak juga menikah semenjak dari sinetron hingga dalam film trilogi kisah cinta Si Doel.

Menurutnya, jika Mandra menikah, maka yang harus dipikirkan dalam alur cerita adalah di mana ia akan tinggal bersama istrinya.

Baca juga: Tak Juga Temukan Tambatan Hati, Mandra Protes Kisah Si Doel Berakhir

Karena, seperti diketahui, selama ini Mandra selalu hidup menumpang, entah di rumah ayahnya Kong Ali atau di rumah kakaknya Mpok Lela atau Mak Nyak.

Lagipula, kata Rano, apabila Mandra dikisahkan menikah, maka cerita Mandra menjadi tak menarik lagi dan mungkin saja berakhir.


Aksi jail Benyamin Sueb

Dalam sinetron, mendiang Benyamin berperan sebagai Babe Sabeni yang merupakan ayah Si Doel atau Kasdullah yang diperankan Rano Karno.

Menurut Rano Karno, aksi lucu Benyamin tak hanya di depan kamera, akan tetapi juga di lokasi syuting. Kelucuan Benyamin, kata Rano, acapkali dibalut dengan kejailan pada orang lain.

Baca juga: Aksi Jail Benyamin Sueb Selama Syuting Si Doel Anak Sekolahan, Mandra dan Basuki Pernah Jadi Korbannya

“Jadi ada cerita bale tempat syuting itu dia doang yang boleh tidur di situ, Mandra pernah tidur di situ pantatnya dikasih (minyak angin) PPO (Pak Pung Oil), kan panas,” ucap Rano.

Kata Rano, mendiang pelawak Srimulat Basuki juga pernah merasakannya.

“Dulu almarhum Basuki pernah tidur di situ (balai), jempol kakinya dikasih lem besi, waduh dia kalau jail bukan main,” ucap Rano.

Berlanjut ke mini seri

Kisah kehidupan si Doel telah berakhir setelah film trilogi Si Doel The Movie memasuki sekuel ketiganya.

Banyak penonton sedih lantaran kisah si Doel yang ikonik harus berakhir.

Sebagian lainnya merasa kecewa lantaran Doel ternyata pada akhirnya memilih Zaenab sebagai labuhan hatinya.

Namun, Rano Karno selaku pemeran Doel dan sutradara mengisyaratkan kisah si Doel belumlah benar-benar berakhir. Penggemar pun pantas untuk tersenyum kembali.

“Alhamdulillah hari ini sudah menulis (skenario) empat episode dari awal Ramadhan, mudah-mudahan Lebaran selesai,” ucap Rano.

Akan tetapi, Rano Karno tak bisa membocorkan ceritanya saat ini.

Rano Karno hanya memastikan skenario yang ditulis olehnya akan menjelaskan bagaimana Doel atau Kasdullah menjatuhkan pilihan pada Zaenab.

Alasan pilih Zaenab Ketimbang Sarah

Akhir cerita cinta segitiga itu membuat banyak orang kaget karena pilihan Doel.

Doel atau Kasdullah yang diperankan oleh Rano Karno memilih Zaenab yang diperankan Maudy Koesnaedi sebagai tambatan hati.

Menurut Rano, pilihan pada Zaenab justru membuat kisah Si Doel menjadi sebuah awal yang baru dalam sebuah cerita.

“Nah Doel masih punya dosa saat dia membiarkan Sarah hamil sendirian, itu yang membuat saya berdosa, dan itu akan terjawab di skenario mini seri ini,” kata Rano Karno.

Buta huruf Pak Tile dan Pak Bendot

Setiap pemain, berakting secara natural dan total sehingga lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Padahal, tiga pemain sinetron Si Doel Anak Sekolahan tersenyata tidak bisa membaca atau buta huruf.

Ketiganya kebetulan telah berpulang semua, yakni Pak Tile sebagai Engkong Ali, Nacih sebagai Nyak Rodiah, dan Bendot sebagai Pak Bendot.

Meski buta huruf, ketiganya mampu melakoni akting dengan apik. Bahkan, acapkali mengundang tawa penonton. Lalu bagaimana mereka bisa membaca skenario dengan baik?

“Jadi gini, di (sinetron) Si Doel ada tiga yang buta huruf, pertama Pak Tile, Hajah Rodiah, dan Pak Bendot,” ucap Rano.

Untuk mengakali hambatan tersebut, kata Rano, ia memberikan arahan secara lisan dan langsung kepada tiga pemain tersebut.

Namun, Rano Karno mengungkapkan, untuk Bendot yang juga merupakan pelawak jebolan Srimulat sebenarnya bukannya tak bisa membaca.

Hanya saja, bahasa Indonesia mendiang Pak Bendot tidak terlalu bagus.

“Jadi saya terjemahin (skenario) ke (bahasa) Jawa kromo Inggil,” ungkap Rano Karno.

“Jadi karena mereka orang panggung, jadi improvisasinya bagus,” ujar Rano Karno.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi