Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Kelakar Butet Kartaredjasa Blusukan ke Gang Dolly: Apes Aku di Sini Sudah Sepi

Baca di App
Lihat Foto
VOA Indonesia
Gang Dolly berdiri di Jalan Kupang Gunung Timur
|
Editor: Kurnia Sari Aziza

JAKARTA, KOMPAS.com - Seniman Butet Kartaredjasa melanjutkan aksi blusukannya, kali ini ke kawasan eks lokalisasi Dolly, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur.

Butet yang mendatangi Gang Dolly pada malam hari terlihat takjub karena sepinya kawasan tersebut.

"Apes aku. Di sini sudah sepi. Coba aku ke sini beberapa tahun lalu," kata Butet berkelakar.

Baca juga: Kisah Butet Kartaredjasa Blusukan ke Kawasan Bumi Langit Institute

Gang Dolly sebelumnya terkenal begitu gemerlap sebagai lokalisasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah lokalisasi ditutup, warga Gang Dolly memulai usaha dan mendapatkan pelatihan.

Butet kembali blusukan keesokan harinya untuk membuktikan sudah tidak ada lagi praktik prostitusi di sana.

 

"Pas aku malam kemarin ke sini sepi. Nah ini siang, ayo kita buktikan apa masih ada kelakuan kayak dulu tuh," ujar Butet.

Dilindungi payung, Butet menyusuri Gang Dolly hingga akhirnya bertemu seorang pria yang kerap disapa Bang Jarwo.

Menurut Butet, Bang jarwo merupakan salah satu warga Gang Dolly yang paling getol menolak penutupan lokalisasi.

Baca juga: Bincang Hangat Butet Kartaredjasa dengan Iskandar Waworuntu, Makanan hingga Krisis Kemuliaan

Namun, kini Bang Jarwo justru menuai manfaat besar dari penutupan lokalisasi Gang Dolly.

"Sekarang dia sudah berproses bahkan mungkin sudah menikmati hasil proses perubahan Gang Dolly," ujar Butet seraya menunjuk Bang Jarwo.

Bang Jarwo yang memiliki nama lengkap Jarwo Susanto itu merupakan pedagang warung kopi di eks lokalisasi Dolly.

Ia memperoleh penghasilan besar dari usahanya menjual kopi.

Ia bisa mendapatkan hingga Rp 45 juta tiap bulannya.

"Hasilnya lebih banyak Rp 800.000 per harinya. Kalau kopi di luar Dolly dijualnya Rp 2.000, tetapi di sini bisa dijual Rp 5.000," ujar Jarwo.

Uang hasil dagang kopi, kebanyakan dipakai Jarwo untuk hal-hal tidak bermanfaat.

Butet menyebutnya untuk hal-hal maksiat.

"Buat minum, judi, buat main. Bayangannya besok dapat uang lagi, besok dapat uang lagi," kata Jarwo terkekeh.

Dengan demikian, Jarwo menolak penutupan lokalisasi Dolly.

Demi menolak penutupan lokalisasi, Jarwo bersama para pekerja setempat serta pekerja seks komersial (PSK) sempat membentuk Front Pembela Lokalisasi (FPL).

Dalam kesempatan itu, Jarwo menunjukkan barang-barang bersejarahnya ketika melawan aparat menolak penutupan Gang Dolly, seperti kaos FPL hingga sirine peringatan.

Namun, seiring berjalannya waktu, Jarwo dan warga lainnya menemukan jalan hidup baru pascapenutupan Gang Dolly.

Dulu bermusuhan, kini berkawan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Jarwo kini menjalani bisnis baru dengan memproduksi dan berjualan tempe.

Ia juga diberikan mesin giling tempe oleh Pemkot Surabaya.

"Dulu maksiat sekarang bermanfaat," ujar Jarwo.

Sisi lain dari Bang Jarwo dan para pahlawan Gang Dolly yang melegenda ini, bisa disaksikan lengkap di Blusukan Butet Kartaredjasa episode "Para Pahlawan dari Gang Dolly".

Anda bisa menyaksikannya di Blusukan Butet Kartaredjasa yang tayang di Mola TV, melalui paket Corona Care Mola TV.

Dalam program ini, Mola TV mengajak masyarakat peduli melalui Corona Care, sebuah program yang bertujuan membantu pemerintah melawan wabah Covid-19 di Indonesia.

Program ini dapat disaksikan dengan memberikan sumbangan beragam, mulai dari Rp 0 hingga Rp 5.000.000.

Nantinya setiap sumbangan tersebut akan digandakan Mola TV dan disalurkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk membantu perjuangan melawan wabah virus corona.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi