Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Mengenang Karya Sapardi Djoko Damono, Ini 5 Puisinya yang Romantis dan Penuh Makna

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/JOHNNY TG
Penyair Sapardi Djoko Damono dengan penuh perasaan membacakan puisi dalam acara Malam Baca Puisi Selebriti yang diadakan oleh panitia Festival November 1998 yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jumat (4/12/1998).
Penulis: Firda Janati
|
Editor: Tri Susanto Setiawan

JAKARTA, KOMPAS.com – Sastrawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono, meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB.

Sapardi Djoko Damono mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BDS, Tangerang.

Baca juga: Profil Sapardi Djoko Damono, Sastrawan Kebanggaan Indonesia

Meninggalnya sosok sastrawan kebanggaan Indonesia itu meninggalkan duka mendalam bagi para penikmat karya-karyanya.

Beliau dikenal melalui berbagai puisi mengenai hal-hal sederhana tetapi penuh dengan makna kehidupan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal itu yang membuat karyanya begitu popular di Indonesia, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Baca juga: Maudy Koesnaedi: Selamat Istirahat Pak Sapardi Djoko Damono

Berikut sejumlah karya-karya yang dihasilkan Sapardi Sapardi Djoko Damono.

1. Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu,
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

Puisi ini menjadi salah satu karya paling fenomenal ciptaan Sapardi Djoko Damono.

Mengisahkan tentang kesabaran dan ketabahan seseorang.

Kumpulan puisi "Hujan Bulan Juni" bahkan telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa, yakni Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.

2. Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan letih-letihnya kucari

Lewat puisinya itu, Sapardi Djoko Damono menuturkan alasan mengapa ia masih menulis hingga kini.

Penyair yang lahir dan besar di Surakarta ini seakan menyelipkan wasiat bahwa kita akan kekal bersama tulisan-tulisan yang kita tinggalkan.

Puisi "Pada Suatu Hari Nanti" itu juga tercatat dalam buku "Hujan Bulan Juni".

3. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
Memungut detik demi detik
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi

"Yang Fana Adalah Waktu" dulunya merupakan judul puisi Sapardi yang termasuk ke dalam kumpulan sajak Perahu Kertas (1983).

Puisi tersebut merupakan seri ketiga dari trilogi buku "Hujan Bulan Juni".

Dikisahkan tentang hubungan Sarwono dan Pingkan, mereka hanya berkomunikasi menggunakan surel.

4. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Banyak sekali karya yang diciptakan Supardi selama hidupnya, "Aku Ingin" menjadi salah satu karya yang terkenal.

Bahkan, puisi ini beralih wahana menjadi sebuah lagu atau biasa disebut musikalisasi puisi.

Puisi yang menggambarkan perasaan mencintai seseorang seperti pengorbanan ini termasuk ke dalam kumpulan puisi dalam buku "Hujan Bulan Juni".

5. Hanya

Hanya suara burung yang kau dengar
Dan tak pernah kaulihat burung itu
Tapi tahu burung itu ada di sana
Hanya desir angin yang kaurasa
Dan tak pernah kaulihat angin itu
Tapi percaya angin itu di sekitarmu
Hanya doaku yang bergetar malam ini
Dan tak pernah kaulihat siapa aku
Tapi yakin aku ada dalam dirimu

Satu lagi dari sekian banyak karya fenomenal Sapardi, pembaca seakan dibuat menyelam jauh ke dalam kata-kata yang ia buat.

Tak perlu metafora berlebihan, Sapardi mampu memberikan makna dari kata-kata sederhana tetapi tetap bisa menyentuh perasaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi