JAKARTA, KOMPAS.com - Artis peran Dian Sastrowardoyo rupanya sangat mencintai dunia musik sejak kecil.
Dian Sastro bahkan dikenal memiliki band bernama Nuansa yang dibentuk saat masih berseragam putih abu-abu.
Dalam obrolan bersama pengusaha Gita Wirjawan, Dian Sastro menceritakan musik sudah menjadi bagian dari keluarganya.
Apalagi, sedari kecil Dian Sastro masih memeluk agama Katolik dan keluarganya cukup aktif bermusik di gereja.
Baca juga: Dian Sastro Kenang Kali Pertama Syuting Film, Dibayar Rp 500.000
"Music has always been a part of our family," kata Dian seperti dikutip Kompas.com, Senin (26/10/2020).
Saat masuk SMA, referensi musik yang didengarkan Dian Sastro mulai menyentuh genre alternative rock.
Band-band seperti Pearl Jam sampai The Smashing Pumpkins pun mulai masuk ke telinga Dian Sastro remaja.
"Zamannya ngeband genre alternative kayak Sheryl Crow, Alanis Morissette. Aku dulu suka banget Pearl Jam, Smashing Pumpkins, apalagi albumnya Smashing Pumpinks yang Siamese Dream pokoknya suka banget deh," kata Dian Sastro.
Baca juga: Sinopsis Film Pasir Berbisik, Konflik Hidup Dian Sastro di Padang Pasir
Pertemanan yang semakin luas membuat pengetahuan Dian Sastro akan musik semakin bertambah.
Ibu dua anak ini akhirnya bertemu dengan musik progresif metal dari band Dream Theater yang membuatnya kagum.
"Terus ada yang progressive metal gitu yang kalau kita dengerin kita tuh otaknya kayak muter. Kalau habis dengerin itu kayak agak lebih pintar gitu," ucap Dian sambil mengingat nama Dream Theater.
Dian Sastro akhirnya ingat nama band progressive metal yang membuatnya kagum itu adalah Dream Theater.
Baca juga: Sinopsis Film Kartini, Dian Sastro Sebagai Tokoh Emansipasi Wanita
Perempuan berusia 38 tahun tersebut lalu mulai menyukai musik jazz saat masuk dunia perkuliahan.
Jazz terbukti ampuh mendinginkan hati dan kepala Dian di setiap perjalanan menuju Universitas Indonesia yang dianggapnya cukup terik.
"Depok kan mataharinya kayak ada tiga gitu kan, the only way to make it feel at least it's less hot than it is adalah dengerin standard jazz and imagine that somehow you're in New York gitu," kenangnya.