JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, Jerinx, drummer band Superman Is Dead (SID) terkenal dengan beragam kontroversinya.
Berbagai pendapat Jerinx cukup mengundang perhatian.
Misalnya, Jerinx pernah menyebut Covid-19 hanyalah konspirasi, rapid test palsu, dan yang terakhir IDI adalah kacung WHO.
Bagian yang disebutkan terakhir menyeretnya ke jalur hukum.
Baca juga: Tanpa Bukti Statistik, Jerinx Sebut Tuduhan IDI Padanya Tak Masuk Akal
Merasa organisasinya terhina, Ketua IDI Bali I Gede Putra Suteja melaporkan Jerinx ke Polda Bali atas dugaan ujaran kebencian dan pencemaran nama baik pada 16 Juni 2020, dengan nomor laporan LP/263/VI/2020/Bali/SPKT.
Jerinx dijerat dengan Pasal 28 Ayat 2 dan Pasal 45 Ayat 1 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP.
Jaksa penuntut umum (JPU) menuntut Jerinx tiga tahun penjara dan denda Rp 10 juta atau subsider tiga bulan penjara.
Baca juga: Bantah Lukai Perasaan Dokter Seluruh Indonesia, Jerinx: IDI Makassar Bicara Hasil Rapid Test Palsu
Kini, tahap persidangannya telah sampai pada pleidoi.
Suami Nora Alexandra ini menyebutkan beberapa hal penting yang telah Kompas.com rangkum berikut ini:
1. Klaim banyak dokter setuju dengan pendapatnya
“Faktanya tidak sedikit dokter yang setuju dengan beberapa pendapat saya. Memang tidak semua, tapi banyak yang setuju dengan apa yang saya lakukan,” ujar Jerinx dikutip Kompas.com lewat kanal YouTube Kompas TV, Rabu (11/11/2020).
Jerinx mengungkap, dokter Tirta, salah satunya.
Namun, Jerinx akan membahas soal posisi dokter Tirta di lain kesempatan.
Jerinx kemudian mengaku, banyak pula dokter yang berkirim pesan pribadi dengannya.
Baca juga: Bacakan Pledoi, Jerinx SID: Banyak Dokter yang Setuju Pendapat Saya
Namun, karena takut statusnya dicopot, para dokter tersebut meminta agar dirahasiakan.
“Belum lagi banyak dokter mengirim pesan pribadi ke saya. Mereka mendukung saya. Mereka tahu apa yang saya lakukan tidak salah,” tutur dia.
2. Bantah lukai perasaan seluruh dokter Indonesia
Jerinx selalu merasa tersudutkan oleh tuduhan demi tuduhan yang dilimpahkan kepadanya.
Dalam pleidoi-nya, Jerinx menepis dakwaan soal perkataannya yang dianggap melukai hati seluruh dokter di Indonesia.
Beberapa kali, suami Nora Alexandra ini menyinggung soal data berapa banyak dokter yang percaya pada pendapatnya.
Bahkan, Jerinx mengungkap bahwa IDI sendiri yang menyatakan rapid test itu palsu.
Baca juga: 5 Fakta Sidang Pledoi Jerinx, Cium Kaki Sang Ibu hingga Kedatangan Dokter Tirta
“Jika saya menyakiti perasaan seluruh dokter di Indonesia, lalu kenapa IDI mlMakassar sampai membuat statement resmi jika semua hasil tes Rapid tersebut dinyatakan palsu. Ini yang bicara IDI, semua alat test rapid itu hasilnya palsu,” ujar Jerinx.
Suami Nora Alexandra ini lantas menyimpulkan, apa yang dikatakan sebelumnya berdasarkan fakta.
“Berarti semua yang saya ungkapkan ini kan bukan hal mengada-ada. Faktanya ada,” ujar Jerinx.
3. Sebut tuduhan IDI tidak masuk akal
“Ini saya rasa tuduhan yang tidak masuk akal. Balik lagi ke statistik dan survei, apakah jaksa pernah mewawancarai semua dokter di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jika ada bisa tunjukkan statistiknya, saya mau lihat siapa-siapa saja yang setuju dan tidak,” ujar Jerinx.
Tanpa bukti survei, bagi Jerinx, kasusnya hanya seperti penghakiman yang tidak masuk akal.
Pria bernama asli I Gede Ari Astina ini memerlukan bukti statistik yang lebih nyata untuk membuktikan dirinya bersalah.
Bahkan, dia menyebut tuduhan IDI adalah pernyataan yang prematur.
“Ini yang saya sayangkan ke IDI kenapa IDI seolah-olah mengatasnamakan semua dokter yang ada di Indonesia, tapi tak ada bukti statistik. Sebuah statement prematur, tidak ada bukti statistik lalu menuduh orang menyakiti perasaan dokter seluruh Indonesia,” ujar Jerinx.
Baca juga: Jerinx Diminta Jadi Kepala Blok di Sel Tahanan
Sebagai informasi, I Gede Ari Astina yang lebih dikenal dengan nama Jerinx lahir di Bali, 10 Februari 1977.
Selain sebagai drummer di SID, Jerinx juga terkenal sebagai pegiat isu-isu sosial.
Dia pernah terlibat dalam Gerakan tolak reklamasi di Bali, hingga yang terkini pendapat kontroversinya mengenai Covid-19.