Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Ketika Indro Warkop Bicara Komedi sebagai Media Kritik

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Indro Warkop saat promo film Warkop DKI Reborn 3 saat berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas.com, Menara Kompas, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Penulis: Cynthia Lova
|
Editor: Tri Susanto Setiawan

JAKARTA, KOMPAS.com - Komedian Indrodjojo Kusumonegoro menilai, komedi saat ini sangat berbeda dengan era 1980-an.

Komedi saat ini kata Indro menjadi lebih terbuka dibandingkan zaman Warkop terdahulu.

Komedi terbuka yang dimaksud adalah bebas mengkritik. Pasalnya komedi punya peran yang penting sebagai alat kritik sosial.

Baca juga: Miing Bagito Sebut Indro Warkop Sudah Hobi Koleksi Motor Harley Davidson sejak SMA

Sayangnya sebelum era orde baru kebebasan berpendapat dan berbicara menjadi hal yang seolah hanya angan belaka lantaran pemerintahnya yang represif, sehingga para komedian sangat berhati-hati untuk mengkritik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbeda dengan saat ini yang justru dinilai Indro pemerintahnya lebih terbuka untuk dikritik dengan komedi.

"Sekarang enggak ada satir jadi lebih terbuka dan mengkritik malahan sekarang enggak ada akademis justru," ujar Indro dalam akun YouTube Miing Bagito yang dikutip Kompas.com, Kamis (26/11/2020).

Baca juga: Tetap Eksis Jadi Komedian, Indro Warkop: Cari Duit, Sambil Belajar

Indro mengatakan, komedian saat ini justru lebih bebas mengkritik dengan komedi. Sayangnya, kritik yang disisipkan dalam komedi tersebut tidak ada nilai akademisnya.

Berbeda dengan zaman Warkop yang kerap menyiapkan konsep akademis sebelum tampil di panggung.

"Karena gini, kalau kita ngomong soal kritik, secara akademi kritik harus dibarengi dengan solusi. Misalnya, 'ah si Deddy pakainya kaos biru,' udah cuma itu doang tidak ada solusinya. Nah itu sebetulnya kritik, bukan judgment," kata Indro.

Baca juga: Indro Warkop dan Desy Ratnasari Dipasangkan dalam Film Keluarga Slamet

"Sekarang lebih ke judgement. Kenapa? Karena memang keadaannya begitu. Anak-anak sekarang karena dia tak tahu proses dahulu, kini semua serba instan dengan adanya internet. Justru karena dulu pemerintah represif, dulu kita musti hati- hati. Kritik kita pikir dulu, apa hak kita sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) ini, punya referensi. Kalau sekarang ibaratnya kita pukul pun tidak apa-apa," tutur dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi