Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Rusdy Rukmarta Ajak Seniman Kolaborasi Agar Seni Tetap Hidup

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com/studiogstock
Ilustrasi musikalisasi puisi
Penulis: Firda Janati
|
Editor: Andika Aditia

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua tahun sudah pandemi Covid-19 mengganggu semua lini kehidupan, termasuk seni.

Pementasan yang mengundang penonton dihentikan, gedung pertunjukan serta tempat pentas lain mendadak sepi.

Namun, seni tidak boleh mati. Adaptasi, itulah yang dilakukan di berbagai bidang agar tetap hidup.

Termasuk seni yang beradaptasi dengan menjelajah ruang virtual di dunia internet.

Rusdy Rukmarata, koreografer dan direktur artistik EKI (Eksotika Karmawibhangga Indonesia) Dance Company bersama company-nya melakukan itu sejak pertengahan 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sinopsis tick, tick... Boom!, Film Musikal Andrew Garfield

Terkait dengan itu, Fakultas Film dan Televisi IKJ (Institut Kesenian Jakarta) mengundang Rusdy menjadi dosen tamu memberikan materi “Surfing along the way of time”.

Yakni tentang bagaimana terus-menerus membuat adaptasi menyiasati berbagai tantangan yang ada, termasuk saat pandemi.

“Kolaborasi, bisa jadi kunci yang dibutuhkan seni untuk dapat beradaptasi dalam situasi seperti apa pun,” kata Rusdy perihal bagaimana menyikapi berbagai situasi, terutama pandemi.

Sekitar 25 tahun lalu, sebelum EKI Dance Company terbentuk, setiap kali menggelar produksi pertunjukan, Rusdy dan penari lain dipusingkan urusan jadwal.

Baca juga: Siap Tayang di CGV, Berikut Sinopsis Film Musikal In the Heights

Sebab, penari yang tergabung dalam produksinya juga sedang terlibat di produksi lain.

Proses latihan jadi tidak maksimal dan tidak jarang harus batal karena penari yang tergabung dalam produksi tidak banyak jumlahnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Rusdy putar otak, tenaga dan dana untuk kemudian merekrut sejumlah remaja yang bisa jadi tidak memiliki bakat seni yang baik.

Sepanjang mereka mau dilatih dan kerja keras untuk jadi penari, sudah membuat Rusdy berpengharapan.

“Saya mengajak sejumlah teman dan rekan senior untuk mau jadi guru mereka, bukan saja kelas teknik menari juga sastra, etika, bahkan filsafat,” kata Rusdy mengenang langkahnya ketika mendirikan EKI Dance Company.

Baca juga: Jajaran Cast Terpenuhi, Serial Musikal Nurbaya Segera Diproduksi

Remaja yang belum memiliki kemampuan menari, perlu waktu untuk berlatih dan berproses.

Menjadikan mereka penari professional adalah pekerjaan yang lain lagi.

Beberapa di antara remaja yang direkrut sempat terlibat urusan yang tidak ringan, seperti produk keluarga yang berantakan, pemakai narkoba, hingga keterikatan pada seks.

“EKI, menjadi dance company juga bengkel, buat remaja yang ingin memperbaiki hidupnya melalui seni. Dengan kerja keras dan kolaborasi dengan banyak pihak, kami bisa terus ada hingga 25 tahun,” ujar Rusdy.

Kerja keras dan kerja sama juga yang menyelamatkan EKI Dance Company ketika harus berhadapan dengan pandemi.

Baca juga: Film Musikal Disenchanted Tengah Produksi di Irlandia, Siap Tayang 2022

Sebelum pandemi, EKI telah merencanakan pentas rutin untuk melanjutkan program EKI Update serta beberapa produksi permintaan pihak swasta.

Namun, semua itu harus batal karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Kendati demikian, bukan berarti kerja seni juga ikut berhenti.

Di awal pandemi, bersama Yola Yulfianti, rekan Rusdy saat masih menjabat sebagai anggota Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta, menggagas platform panggung virtual di Youtube dengan nama Indonesia Dance Network (IDN).

Salah satu programnya adalah Saweran Online yang juga bekerja sama dengan platform OVO sehingga memungkinkan penonton mengapresiasi karya-karya tari di IDN dengan cara menyawer.

Baca juga: Sinopsis Midnight Sun, Penampilan Musikal Live dari Seoul

Bersama dengan sutradara film Nia Dinata, penulis skenario film Titien Wattimena, musisi Oni Krisnerwinto dan sejumlah seniman lainnya, Rusdy menggarap film musikal Lutung Kasarung #musikalDiRumahSaja.

Program tersebut diselenggarakan oleh IndonesiaKaya dan Boowlive.

Secara pencapaian jumlah penonton, musikal Lutung Kasarung mencapai lebih dari 500.000 viewers dalam waktu seminggu.

Selama tahun 2020, Rusdy juga berkesempatan menggarap dua film musikal lain yaitu Jaka Tarub dan Calon Arang.

Kedua karya itu ditayangkan di TVRI. Kerja keras dan kolaborasi yang telah Rusdy lakukan sejak mendirikan EKI Dance Company.

Hal itu membuat Rusdy lebih terbiasa untukterlatih menembus dunia panggung di era pandemi ini.

Baca juga: Film Animasi Musikal Terbaru Lin-Manuel Miranda Pindah ke Netflix

Proyek yang baru saja diselesaikan Rusdy Rukmarata adalah menggarap pertunjukan Milenium Pancasila untuk sekolah Santa Ursula BSD, bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila.

Pertunjukan tersebut ditampilkan di kanal youtube SMA St. Ursula dan EKI Dance Company.

Untuk ke depannya, juga ada penggarapan Konser Musikal ‘Mimpi’ yang diprakarsai oleh Karya Musik Indonesia dan Benih Baik, berkolaborasi dengan Metro TV.

Kolaborasi serta pentas masih akan terus digelar dengan berbagai kreasi yang ada.

Rusdy Rukmarata, bisa jadi satu di antara sedikit seniman yang terus berupaya dan tetap punya daya untuk berkarya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi