JAKARTA, KOMPAS.com - Pebisnis Hary Tanoesoedibjo mengungkap ceritanya melawan kebiasaan buruk malas belajar di masa SMA.
Saat SMA, Hary mengaku pernah memimpin tawuran hingga dirinya dikeluarkan dari sekolah.
Selain itu, ia juga mengaku malas belajar dan sering mendapat nilai merah saat sekolah.
Baca juga: Hary Tanoesoedibjo: Jadilah Rendah Hati, Jangan Bossy
Namun, saat kuliah S1 di luar negeri, Hary Tanoe ingin bangkit dan meninggalkan kebiasaan lamanya yang buruk.
Dalam hal belajar, ayah dari Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo ini punya cara yang ekstrem.
"Kalau belajar saya suka mengantuk. Jadi sampai waktu itu (belajar) kalau mengantuk saya kasih reumasion di sini, jadi kan melek," kata Hary Tanoe sambil menunjuk bagian di sekitar matanya, dikutip dari kanal YouTube Daniel Mananta Network, Rabu (30/6/2021).
Baca juga: Cerita Masa Lalu Hary Tanoesoedibjo, Pimpin Tawuran hingga Dikeluarkan dari Sekolah
"Atau belajarnya berdiri. Kalau ngantuk kan jatuh," lanjutnya.
Menurut Hary, itu adalah salah satu cara membuat suatu kebiasaan yang tadinya tidak biasa.
"Saya mencari cara gimana caranya saya membuat satu kebiasaan yang tadinya tidak biasa. Kebiasaan yang baik. Akhirnya dalam satu dan dua tahun berhasil," ujar Hary.
Baca juga: Bangun Movieland di Bogor, Hary Tanoe: Seperti Hollywood!
Dari situ, Hary mulai rajin belajar dan sering menghabiskan waktu di perpustakaan kampus.
"Saya di perpustakaan sampai jam dua hingga tiga saya belajar. Akhirnya saya lulus, dapat beasiswa, saya bahkan termasuk lulusan terbaik saat itu, S1," tuturnya.
Perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil yang cemerlang.
Kini, Hary Tanoe bisa disebut sebagai salah satu orang tersukses di Tanah Air saat ini.
Pada 2020 lalu, ia termasuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Hary Tanoe berada di urutan ke-33 dengan kekayaan bersih mencapai 950 juta US dolar atau sekitar Rp 13,45 triliun.
Sebagai informasi, Hary Tanoesoedibjo adalah Chairman & CEO MNC Group, sebuah grup bisnis yang menaungi beberapa perusahaan yang bergerak di bidang media.