Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 9 Mar 2021

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Lagu "Panyuwunan" dan Pemecahan Persoalan Covid-19 melalui Media Sosial

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay?DoungTepro
Ilustrasi orang berdoa
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Oleh: Olivia Lewi Pramesti, MA

Gusti kulo nyuwun saras: sarasing sukma-resiking maras (Tuhan saya mohon kesembuhan: kesembuhan jiwa-bersihnya hati)

Gusti kulo nyuwun tamba: tambaning jiwa-segering raga (Tuhan saya mohon obat: obatnya jiwa-segarnya raga)

Gusti kulo nyuwun seneng: senenging manah-tulaking sereng (Tuhan saya mohon bahagia, bahagianya hati, penangkal sedih)

Gusti kulo nyuwun sabar: sabaring budi-nalar jembar (Tuhan saya mohon kesabaran, sikap yang sabar, pemahaman yang luas)

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

***

LIRIK di atas dikutip dari lagu Panyuwunan (Permohonan), yang awalnya adalah sebuah syair geguritan karya Dr Kuntara Wiryamartana, SJ.

Syair geguritan ini akhirnya diubah menjadi sebuah lagu oleh Dr G Budi Subanar, SJ (produser), Dimawan Krisnowo Adji (komposer), dan Samuel Indratma (creative director) melalui Sraddha Jalan Mulia Art Project.

Lagu Panyuwunan ini adalah salah satu lagu yang viral di beberapa komunitas masyarakat saat masa pandemi Covid-19. Lagu ini dinilai banyak kalangan sebagai lagu pengharapan untuk terus kuat menghadapi Covid-19.

Lagu ini menjadi viral lantaran Sraddha Jalan Mulia Art Project pun membuka kesempatan bagi semua kalangan untuk menyanyi Panyuwunan bersama.

Samuel Indratma menyatakan gerakan menyanyi bersama lagu Panyuwunan ini diharapkan menjadi kekuatan dan semangat bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi Covid-19 (Youtube Katolikana, 2021). Yang tertarik pun bisa mengirimkan video ke mereka dan akan diunggah di Youtube Sraddha.

Alhasil, hingga tulisan ini ditulis, sudah ada 50 video "Panyuwunan" yang dinyanyikan dari kalangan seniman, santri, akademisi, dan lainnya, yang jumlahnya dimungkinkan akan bertambah.

Dari observasi penulis pun, banyak akun-akun Youtube pribadi yang mengupload lagu ini dengan kreasi mereka masing-masing.

Youtube, sarana diskusi virtual isu-isu terkini

Berdasar data dari Katadata.co.id (2020), Youtube mendapatkan peringkat pertama dari media sosial yang banyak diakses di masyarakat, mengalahkan Whatsapp (peringkat 2), dan Facebook (peringkat 3).

Bahkan, di masa pendemi ini (Katadata, 2021), Youtube merupakan media pertama yang paling digemari di antara Instagram (peringkat 2) dan WhatsApp (peringkat 3).

Di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ini, Youtube tampaknya memainkan perannya. Keunggulannya yang banyak diakses orang, membuat Youtube digunakan sebagai tempat "berkumpul" virtual bagi banyak orang.

Berkaca dari fenomena gerakan bersama menyanyi lagu Panyuwunan, Youtube berhasil menjadi ruang virtual untuk berbagi kegelisahan, semangat, harapan dari berbagai usia, agama, pekerjaan, dan sebagainya. Komunikasi verbal dan non verbal terjadi di dalamnya.

Meski tidak saling mengenal antara satu dan yang lain, lagu Panyuwunan ini berhasil merangkul banyak pihak untuk sama-sama berbagi dan saling menguatkan seperti layaknya saudara.

Hal ini terbukti ketika penulis mencoba bertanya tentang pengalaman setelah mendengar lagu ini, dan mayoritas jawabannya adalah merasa tersentuh dan semakin dikuatkan.

Fenomena menjadikan ruang virtual untuk sebuah gerakan bersama pernah terjadi di Indonesia di tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2009, misalnya, muncul gerakan "Cicak Versus Buaya" di Facebook, blog, dan milis untuk mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi dari kelompok yang ingin mengerdilkan KPK.

Pada 2010 pun ada gerakan bersama melalui ruang virtual Facebook, yakni Gerakan Koin untuk Prita Mulyasari. Kala itu, masyarakat terdorong untuk membantu Prita dalam penyelesaian kasus yang melibatkannya dengan RS Omni International.

Masih banyak fenomena-fenomena di Indonesia yang serupa yang melibatkan media sosial untuk gerakan masyarakat sipil. Masyarakat sipil seolah-olah menjadi bagian dalam persoalan Prita dan KPK.

Berdasarkan tiga fenomena di atas, media sosial sebagai media baru menjadi bagian dalam masyarakat untuk mengekspresikan dan mendiskusikan pikiran dan ide-ide.

Media sosial tidak hanya sebuah aplikasi berbasis internet, melainkan merupakan platform interaktif untuk mengajak individu peka terhadap isu-isu terkini.

Media sosial pun akhirnya membentuk budaya partisipasi publik (Hansen et al, 2010). Partisipasi publik dalam hal ini dilakukan oleh berbagai kalangan usia, agama, suku, ras, yang didasari pada kesamaan ide ataupun pengalaman.

Media sosial seperti Youtube efektif untuk melakukan gerakan sosial. Toch (dalam Hwang & Kim, 2015) mendefinisikan gerakan sosial adalah upaya sejumlah besar orang yang memiliki kesamaan tertentu untuk memecahkan persoalan secara kolektif.

Pemecahan persoalan kolektif ini bisa diatasi dengan mudah melalui media sosial karena lebih mudah menjaring relawan baru.

Hal ini berbeda dengan cara tradisional, di mana untuk memperoleh dukungan massa, perlu membangun kekuatan kolektif terlebih dahulu.

Fenomena menyanyikan lagu Panyuwunan bersama menjadi bukti bahwa gerakan sosial merespons persoalan Covid-19 terjadi melalui media sosial dalam hal ini Youtube.

Respons masyarakat pada persoalan Covid-19 dalam konteks gerakan menyanyi bersama, menurut penulis, sangatlah positif.

Bernilai positif karena melalui gerakan ini masyarakat diajak untuk terus meningkatkan sisi spiritualitas dengan terus berdoa dan berpasrah pada Tuhan dalam menghadapi Covid-19 ini.

Keikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan dalam bernyanyi menjadi bukti bahwa mereka mengalami kerinduan untuk terselesainya persoalan Covid-19 yang berdampak pada semua sektor kehidupan.

Tak hanya rindu, masyarakat pun secara individu membutuhkan kekuatan menghadapi Covid-19 ini.

Melalui gerakan sosial menyanyi ini, masyarakat dari berbagai kalangan dapat memuaskan rindunya untuk bertemu secara virtual dengan menghasilkan karya seni yang menguatkan.

Menariknya, gerakan ini dilakukan sadar dan tanpa paksaan oleh masing-masing individu. Meski gerakan sosial ini belum sampai pada tahap memengaruhi kebijakan pemerintah atas pemecahan persoalan Covid-19, namun gerakan ini setidaknya sudah menjadi solusi memecahkan persoalan Covid-19 dari perspektif masyarakat sipil sendiri.

Musik, perekat pengalaman pribadi

Musik merupakan salah satu media massa yang dikonsumsi publik. Lagu Panyuwunan membuktikan bahwa fungsi musik sebagai media massa mampu memberikan relaksasi, meredakan ketegangan bagi masing-masing individu dalam menghadapi Covid-19 ini.

Bila ditinjau dari lirik lagunya dan musik pengiringnya, keduanya mampu membuat individu menjadi lebih tenang dan optimistis dalam menghadapi Covid-19.

Tak sekadar memberikan relaksasi, lagu Panyuwunan pun mampu merekatkan individu dari berbagai kalangan karena merasakan pengalaman yang sama di era pandemi Covid-19 ini.

Pengalaman ini merujuk pada pengalaman sedih, putus atas, takut, dan sebagainya. Pengalaman yang sama inilah akhirnya menghilangkan perbedaan individu atas dasar agama, suku, jenis kelamin, pekerjaan, dan sebagainya.

Musik sebagai media massa pun terbukti mampu mengubah sisi afektif dan behavior dari individu. Merujuk fenomena di atas, sisi afektif berkaitan bagaimana pengalaman individu setelah mendengarkan lagu tersebut.

Melalui pengalaman tersebut, individu yang awalnya memiliki perasaan takut, khawatir, sedih, dan lainnya, berubah menjadi memiliki harapan untuk terus bertahan menghadapi Covid-19.

Harapan inilah yang akhirnya diwujudkan individu dengan ikut gerakan bernyanyi bersama yang kemudian diunggah di Youtube.

Di sisi lain, musik pun menjadi bukti bahwa isu-isu terkini pun bisa dikomunikasikan dengan mudah ke berbagai usia dan kalangan.

Komunikasi melalui media musik inilah yang membuat sebuah isu terkini bisa diterima, didiskusikan, dan disikapi bersama oleh masyarakat sipil, contohnya isu Covid-19.

Belajar dari fenomena di atas, persoalan Covid-19 sebenarnya bisa diselesaikan bersama, tidak hanya pemerintah semata.

Hanya saja, mungkin perlu memilih media yang efektif untuk penyelesaiannya yang bisa menjangkau semua kalangan.

Olivia Lewi Pramesti, MA
Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi