JAKARTA, KOMPAS.com - Psikolog anak Seto Mulyadi berbagi cerita tentang kehidupannya saat berbincang dengan Vincent Rompies dan Mahendra Desta.
Gaya rambut berponi yang merupakan ciri khasnya itu ternyata berhubungan dengan kehidupan masa kecil Kak Seto.
Ada cerita menarik, selama 51 tahun mengabdi di bidang pendidikan anak, ada satu presiden yang tidak memanggil Kak Seto dengan panggilan Kak.
Baca juga: Masih Bugar di Usia 70, Kak Seto Ternyata Terapkan Gaya Hidup GEMBIRA
Berikut rangkuman Kompas.com.
Kisah di balik rambut poni
Sudah menjadi identik, rambut poni Kak Seto ibarat menjadi ikon yang melegenda dari dulu hingga sekarang.
Ternyata, awal mula munculnya rambut poni itu berkaitan dengan kecelakaan yang sering terjadi dalam kehidupan masa kecil Kak Seto.
Baca juga: Kisah di Balik Poni Kak Seto yang Melegenda
Kak Seto mengaku sering terjatuh saat kecil. Sampai suatu hari dahinya terluka dan dijahit. Sebab itu untuk rambut poni hadir untuk menutupi luka jahitan.
Punya kembaran
Kak Seto memiliki saudara kembar yang bernama Kresno, yang juga pemerhati anak.
Kak Seto mengatakan, nama mereka diambil dari warna kulit yang membedakan antara ia dengan adik kembarnya.
"Saya agak putih, dia agak hitam. Kalau Bahasa Jawa putih itu Seto, kalau hitam itu Kresno," ungkapnya.
Baca juga: Kak Seto Ungkap Arti Namanya dan Kembarannya
Atasi marah-marah
Di rumah, Kak Seto juga mengaku pernah marah dengan anak-anaknya. Namun, tidak dengan cara membentak atau melempar barang ketika marah.
Kak Seto kerap memanggil anaknya dengan halus saat mengatakan dirinya sedang marah.
"Tidak lempar piring, tidak memaki, tapi ya ungkapkan saja. 'Sayang, Ayah marah'," kata Kak Seto dikutip Kompas.com dari kanal YouTube VINDES, Minggu (17/10/2021).
Baca juga: Cara Unik Kak Seto Alirkan Amarahnya di Rumah
Kak Seto juga biasa menyanyikan lagu daerah Sumatra Barat dengan keras yang merupakan pertanda bahwa dirinya sedang marah besar.
Pernah jadi pemulung
Awal merantau ke Jakarta dari Klaten, Jawa Tengah, pada 1970-an, Kak Seto telah mencicipi pahit manisnya kehidupan yang luar biasa.
Kak Seto mengaku pernah menjadi pemulung hingga tidur di emperan toko karena tak memiliki sanak keluarga di Ibu Kota.
"Saya pikir di Jakarta tuh menjanjikan. Ya namanya enggak bawa apa-apa, begitu sampai Jakarta enggak punya kenalan dan saudara, tujuh bulan merasakan jadi gelandangan," kata Kak Seto.
Baca juga: Awal Merantau ke Jakarta, Kak Seto Pernah Jadi Pemulung hingga Tidur di Tempat Sampah
Kak Seto pernah menjalani berbagai pekerjaan, dari tukang batu, kuli pasar, hingga office boy di sebuah kantor.
Menjadi asisten rumah tangga untuk mengurusi anak-anak membawanya menjadi psikolog anak sampai sekarang.
Satu presiden tidak panggil Kak Seto
Psikolog berusia 70 tahun ini sudah merasakan tujuh presiden yang berbeda selama hidup di Indonesia.
"Dari tujuh presiden, hanya satu yang tidak memanggil kak, yaitu Bung Karno," kata Kak Seto.
Baca juga: 51 Tahun Mengabdi, Kak Seto: Hanya 1 Presiden yang Tidak Panggil Saya Kak
Itu karena Kak Seto bertemu dengan Bung Karno saat masih berusia tujuh tahun, sebelum menjadi psikolog anak.
Baru di era Presiden Soeharto, Kak Seto mendapat predikat 'Kakak' karena pengabdiannya dalam pendidikan anak-anak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.