Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Bimbim Rasakan Jadi Slankers di Abbey Road Studios dan Bicara soal Sikap Politik

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IRA GITA
Bimbim Slank saat jumpa pers Konser TNDMT Glenn Fredly Untuk Slank di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2017).
|
Editor: Novianti Setuningsih

JAKARTA, KOMPAS.com - Penabuh drum Slank, Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim menceritakan bagaimana grup bandnya merilis album minimal satu tahun sekali.

Bagi Bimbim dan personel Slank yang lain, lagu merupakan sebuah mimbar untuk berbicara mengenai berbagai macam hal seperti cinta, budaya, hingga sosial politik.

Dalam wawancara di kanal YouTube Enventori.id, Bimbim tidak menampik banyak penggemar, Slankers, yang mengomparasi album Slank dulu dan sekarang.

Menurut Bimbim, Slankers yang seperti itu tidak mengikuti perkembangan dan mengetahui lebih dalam prinsip Slank itu sendiri.

Di samping itu, Bimbim menceritakan bagaimana ia merasakan menjadi Slankers saat mengunjungi Abbey Road Studios, London, Inggris.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak keluarkan album adalah sakau

Bimbim dan personel Slank yang lainnya mengusahakan untuk mengeluarkan album semaksimal mungkin satu tahun sekali.

Lagu-lagu yang ada di dalam album Slank dianggap Bimbim sebagai sebuah pesan yang berisi keresahan terhadap apapun.

"Misi apa yang kita mau bawa, ya kita keluarkan lewat album. Jadi, kalau enggak mengeluarkan album, malah (kayak) sakau gitu. 'Nih, gue ada sesuatu yang belum gue keluarin'," ucap Bimbim, dikutip Kompas.com, Minggu (24/10/2021).

Baca juga: Bimbim Slank: Kita Enggak Keluarin Album Malah Kayak Sakau

Sikap politik

Bimbim Slank berujar, seiring berjalannya waktu, zaman pasti berubah dan itu juga berlaku di tiap album Slank.

Pernyataan Bimbim ini sekaligus menjawab mengenai Slankers yang kerap kali mengomparasikan album Slank yang dulu dan sekarang.

Hal tersebut juga berlaku terhadap sikap politik Bimbim yang disalurkan melalui lagu-lagu Slank.

"Justru gue maunya berubah, eksplorasi terus yang baru. Bersikap terus. Sikap politik gue di tahun 1997 sama 2021 jelas enggak bisa disamakan. Musuhnya beda, kondisinya beda," kata Bimbim.

Pentolan Slank itu berujar, ada beberapa lagu yang masih terus didengar di zaman digital seperti ini salah satunya seperti "Kamu Harus Pulang" pada album Generasi Biru.

"Tapi, ada beberapa lagu seperti 'Hey Bung!' sudah enggak relevan lagi sekarang ini," ucap Bimbim.

Baca juga: Bimbim Slank: Sikap Politik Gue Waktu 1997 dan 2021 Tidak Bisa Disamakan

Slank tetap lantang

Mengenai kritik terhadap pemerintah, Bimbim merasa Slank hingga saat ini masih lantang untuk bersuara.

"Sampai hari ini, gue rasa kita masih galak kok soal keseimbangan, soal kritik. Cuma kadang ada beberapa orang yang sudah terpaku di masa itu, enggak move on, mereka enggak mau dengar (album-album baru Slank)," ucap Bimbim.

Diketahui, lagu-lagu Slank yang berisi kritik pedas terhadap pemerintah Indonesia seperti "Siapa Yang Salah", " Seperti Para Koruptor", "Gossip Jalanan", hingga "Aktor Intelektual".

Slankers

Di sisi lain, Bimbim sempat merasakan menjadi Slankers ketika ia berkunjung ke Abbey Road Studios.

Sebagai informasi, Abbey Road Studios merupakan studio rekaman legendaris yang digunakan oleh musisi ternama dunia seperti The Beatles, Cliff Richard, Pink Floyd, dan The Shadows.

"Sampai sana (London) mau mampir enggak bisa, karena harus janji. (Akhirnya buat) janji tuh bisa seminggu sebelumnya," ujar Bimbim Slank.

Pada hari-H pemilik nama lahir Bimo Setiawan Almachzumi itu bergegas ke Abbey Road Studios bersama anaknya.

"Pas hari itu juga penuh. Jadi, gue ambil spidol, coret-coret tuh di depan, 'oh Slankers tuh gini rasanya'," kata Bimbim Slank sambil tertawa.

Baca juga: Kunjungi Abbey Road Studios, Bimbim Slank: Oh, Slankers Tuh Gini Rasanya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi