Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Hal-hal di Balik Film Warkop DKI yang Belum Diketahui Publik

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/Rudy Badil
Indro, Dono, Kasino (kiri ke kanan), Jumat (16/5/1986).
|
Editor: Andika Aditia

JAKARTA, KOMPAS.com - Grup lawak legendaris Warkop DKI yang berformasikan Dono, Kasino, dan Indro telah banyak membintangi sejumlah film.

Karya-karyanya seakan tak lekang oleh waktu karena hingga sekarang film mereka masih tampil di layar kaca Tanah Air.

Tentunya, banyak rahasia di balik proses produksi. Hadir di kanal YouTube Sule Channel, Indro mengungkapkan hal tersebut yang belum banyak diketahui publik.

Kebiasaan Dono

Kata Indro, mendiang Dono merupakan otak di balik semua kelucuan komedi yang dihadirkan Warkop DKI.

Namun, Dono juga memiliki ciri khas sebagai komedian yang tak bisa tampil secara spontan karena harus selalu berdasarkan teks skenario.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Warkop DKI Biasakan Riset Sebelum Tampil di Televisi atau Film

"Sebetulnya kalau boleh jujur, ide yang paling banyak itu Dono. Karena gini, karena dia itu text book banget, dia enggak bisa kalau disuruh spontan," kata Indro seperti dikutip Kompas.com, Minggu (31/10/2021).

Gaya komedi berdasarkan naskah ini sebenarnya yang menjadi cikal-bakal dari stand up comedy.

Dono selalu mengeluarkan keresahan di dalam pikirannya ke dalam tulisan dan kemudian dibawakan bersama Warkop DKI.

Tolak tawaran film

Sementara itu, Warkop DKI sering mendapat tawaran bermain film di masa lalu.

Namun, tawaran tersebut selalu ditolak Kasino, yang menjadi pemimpin dari Warkop DKI.

Baca juga: Alasan Warkop DKI Sering Tolak Tawaran Film di Masa Lalu

"Kasino tuh selalu gitu, 'film dua aja, kita yang kritik Soeharto serakah, kita yang serakah'," kata Indro.

Kasino sadar, Warkop DKI sangat dinanti-nanti penampilannya oleh masyarakat Indonesia.

Kendati demikian, Kasino tetap bersikukuh Warkop DKI tak boleh main film lebih dari dua judul dalam setahun.

"Lo bayangin, ini menurut gue nih, kalau waktu itu setahun lima atau enam film, orang pasti akan bosan. Jadi Kasino tuh sudah gamblang banget, dengan setahun dua kami akan lebih lama umurnya," papar Indro.

"Dengan setahun dua, orang enggak akan nebak kelucuan kita. Lo kalau lima kali, Indro nyeletuknya ini akan ketahuan, gue nyeletuk ini ketahuan," lanjutnya.

Baca juga: Indro Ungkap Kebiasaan Dono yang Tampil Berdasarkan Teks di Warkop DKI

Riset

Lebih lanjut, Indro Warkop mengungkapkan kebiasaan lama grup lawaknya di panggung profesional.

Sebelum tampil di televisi atau main film, Warkop DKI biasanya melakukan riset yang cukup mendalam.

"Warkop itu saban mau masuk sesuatu kita research dulu, film misalnya, kami setahun (riset). Nemuin Teguh Karya, nemuin Sjumandjaja, nemuin semua tuh tokoh-tokoh film," kata Indro.

Warkop DKI akhirnya menemukan fakta bahwa pangsa pasar terbesar untuk perfilman Indonesia adalah kelas masyarakat menengah ke bawah.

Dari kesimpulan tersebut, Warkop DKI kemudian mencari topik pembahasan yang mudah dicerna masyarakat Indonesia menengah ke bawah.

Baca juga: Indro Warkop Cerita Pertengkaran Masa Lalu Dono dan Kasino hingga Royalti Warkop DKI

"Akhirnya kita memilih itu slapstick segala macam dalam prosesnya karena supaya ringan. Dan kita enggak banyak kritik, kecuali kritik diri sendiri," ujar Indro.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi