Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Ini 5 Film tentang Perbudakan, dari "Lincoln" hingga "Buoyancy"

Baca di App
Lihat Foto
Jaap Buitendijk
Chiwetel Ejiofor dalam 12 Years a Slave (2013).
|
Editor: Mikhael Gewati

KOMPAS.com – Meski sudah dilarang dan dinilai sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, praktik perbudakan masih terjadi di berbagai belahan dunia hingga sekarang.

Tak cuma sebatas pada kepemilikan atas kehidupan orang lain, praktik perbudakan terkini berwujud pada eksploitasi ekonomi atas hak orang lain.

Berbagai film pun mencoba menggambarkan kejahatan itu, mulai dari sejarah atau biografi, dokumenter hingga fiksi.

Untuk memahami betapa kejamnya perbudakan dan mengapa kejahatan ini harus dilawan, Kompas.com merangkum lima film tentang perbudakan dari berbagai sumber yang patut untuk dipelajari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Lincoln (2012)

Film biografi sejarah yang disutradarai Steven Spielberg ini diangkat dari biografi Doris Kearns Goodwin berjudul Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln.

Baca juga: Sinopsis Lincoln, Film Karya Steven Spielberg tentang Abraham Lincoln

Film ini berfokus pada upaya Presiden Lincoln pada Januari 1865 untuk menghapus perbudakan dengan meminta amandemen ke-13 konstitusi Amerika Serikat (AS) agar disahkan Dewan Perwakilan Rakyat AS.

Namun, tugasnya berpacu dengan waktu karena perdamaian perang sipil dapat datang kapan saja. Bila hal ini terjadi sebelum amandemen disahkan, negara bagian selatan akan menghentikan proses amandemen sebelum menjadi undang-undang.

Di sisi lain, perasaan Lincoln juga tercabik-cabik karena perdamaian yang datang lebih awal berarti akan menyelamatkan ribuan nyawa.

Film ini pun menggambarkan kegelisahan Lincoln dalam menghadapi krisis di hati nuraninya sendiri, yaitu mengakhiri perbudakan atau mengakhiri perang.

A O Scott dari The New York Times, Jumat (9/11/2012), memuji film ini karena berhasil menggambarkan betapa sulit dan mahalnya bagi AS untuk mengakui kemanusiaan yang penuh dan setara untuk orang kulit hitam.

Baca juga: Kerangkeng Manusia Bupati Nonaktif Langkat dan Mengenal Apa Itu Perbudakan Modern

Lincoln mendapatkan 12 nominasi Piala Oscar 2013 dan memenangi dua untuk kategori Best Production Design dan Best Actor.

2. 12 Years A Slave (2013)

Film biografi yang disutradarai Steve McQueen ini diangkat berdasarkan memoar Twelve Years a Slave karya pria Afro-Amerika Solomon Northup pada 1853.

Pada1841, Solomon merupakan orang bebas dan pemain biola yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya di Saratoga Springs, New York.

Suatu malam, Solomon disewa dua pria untuk tur dua minggu di Washington dengan perusahaan teater mereka. Namun, dia justru diculik dan dijual sebagai budak di New Orleans dengan julukan Platt.

Baca juga: Ramai soal Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat, Apa Ancaman Hukuman Pelaku Perbudakan?

Selama dua belas tahun, dia bekerja di perkebunan dan mendapat perlakuan kasar dari majikannya. Pada suatu hari, dia bertemu dengan abolisionis—orang yang menolak hukuman mati—asal Kanada yang berjanji akan membantunya.

12 Years A Slave mengangkat kekejaman pemilik budak yang jahat dan kebaikan yang datang dari orang tak terduga. Salomon berjuang bukan hanya untuk tetap hidup, tetapi juga untuk mempertahankan martabatnya.

Owen Gleiberman dari Entertainment Weekly, Rabu (2/10/2013), mengatakan, 12 Years A Slave merupakan tonggak film baru tentang kekejaman dan transendensi.

“Ini film tentang sebuah kehidupan yang diambil orang lain, dan itulah sebabnya film ini menyentuh kita tentang apa itu hidup," katanya.

12 Years as A Slave mendapatkan sembilan nominasi Piala Oscar 2014 dan berhasil memenangkan tiga kategori, yaitu Best Picture, Best Adapted Screenplay untuk John Ridley, dan Best Supporting Actress untuk Lupita Nyong'o.

Baca juga: 12 Years a Slave Film Terbaik Oscar 2014

3. The Storm Makers (2014)

The Storm Makers adalah film dokumenter yang disutradarai Guillaume Suon tentang perdagangan manusia di Kamboja yang dijual untuk dijadikan budak di berbagai negara di Asia.

Film ini berfokus pada kisah Aya, mantan budak dari Kamboja. Pada usia 16 tahun, petani muda dan miskin ini tergiur bekerja di luar negeri untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tetapi justru dijual untuk bekerja sebagai pembantu di Malaysia.

Di sana, Aya dieksploitasi selama dua tahun tanpa menerima gaji. Dia dipukuli dan dianiaya. Akhirnya, dia melarikan diri dan kembali ke desa dengan kondisi sama miskinnya seperti sebelum dia pergi dan membawa anak hasil perkosaan.

Film ini mencoba menelusuri perbudakan modern di Kamboja dengan mengungkap nasib Aya, sembari mengikuti secara paralel kehidupan sehari-hari dua pedagang manusia, perekrut lokal dan kepala agen. Orang Kamboja menyebut mereka mey kechol atau pembuat badai.

Baca juga: Abolisionisme, Penghapusan Perbudakan di Amerika Serikat

Suon dalam Newsweek, Sabtu (29/8/2015), berharap penonton memahami alasan para pekerja pergi ke luar negeri dan ada kelompok yang memperdagangkan manusia. Sebab, perdagangan manusia terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk AS yang diperkirakan melibatkan 100.000 anak.

"Jika negara adidaya seperti AS saja tidak bisa mengatasi masalah ini, lalu bagaimana dengan Kamboja?” terangnya.

The Storm Makers mendapatkan Mecenat Award untuk kategori Best Asian Documentary Film 2014 dalam Busan International Film Festival (BIFF) 2014.

4. A Land Imagined (2018)

Film mystery-thriller yang disutradarai Yeo Siew Hua ini menceritakan seorang polisi bernama Lok yang menelusuri hilangnya seorang pekerja konstruksi asal China di sebuah proyek pembangunan pulau reklamasi.

Baca juga: 33 Anak Hilang Ditemukan dalam Operasi Anti Perdagangan Manusia

Penyelidikan Lok membawanya kepada kasus hilangnya pekerja lain dri Bengali, orang yang berhubungan baik dengan pekerja yang hilang.

Saat Lok menelusuri kembali jejak-jejak pekerja yang hilang, dia merasakan penderitaan para pekerja saat mereka bekerja untuk majikan yang tidak bermoral.

Film ini mencoba mengajak penonton membayangkan penderitaan orang lain dalam praktik perbudakan modern, seperti yang dilakukan Lok.

Wes Greene dari Slant Magazine, Jumat (22/3/2019), mengatakan, di negara yang beragam di mana identitas secara inheren terlihat samar, Yeo menyarankan bahwa menjadi orang lain semudah memimpikannya.

Film ini memenangkan 71st Locarno International Film Festival untuk kategori Golden Leopard-International Competition, Junior Jury Award-International Competition, Prize of the Ecumenical Jury, dan Best Actress.

Baca juga: Sinopsis Box 21, Menguak Praktik Perdagangan Manusia

5. Buoyancy (2020)

Film yang disutradarai Rodd Rathjen ini terinspirasi dari kisah nyata tentang perdagangan dan perbudakan anak di perairan Thailand.

Buoyancy mengisahkan bocah lelaki Kamboja berusia 14 tahun yang kabur dari rumah setelah hidup menderita dengan keluarganya dan mendapatkan iming-iming pekerjaan dari sebuah agensi.

Namun, bocah bernama Chakra itu justru dijual ke Thailand dan diperbudak di sebuah kapal penangkap ikan. Di kapal ini, dia menghadapi kekejaman dan kelakuan-kelakuan tidak jelas para kru kapal.

Merasakan hal tersebut, Chakra sadar bahwa menjadi bebas berarti turut menjadi kejam seperti para majikannya.

Manohla Dargis dari The New York Times, Kamis (10/10/2020), memuji Rathjen yang tidak membawa penonton masuk ke pemikiran Chakra, tetapi membuat penonton tetap di sisinya sepanjang waktu, menjadi saksi pekerjaan fisiknya, kekerasan yang dialami tubuhnya, traumanya, dan caranya bertahan.

Baca juga: Sinopsis Film Level 16, Misteri Perdagangan Manusia di Sekolah Asrama

Pada acara penganugerahan Berlin International Film Festival, Buoyancy memenangkan Prize of the Ecumenical Jury–Panorama.

Itulah lima film yang membahas tentang perbudakan di zaman dulu hingga sekarang. Selamat menonton!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi