Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Artis Pamer Harta di Medsos, Adakah Manfaatnya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi kaya
|
Editor: Fitri Nursaniyah

JAKARTA, KOMPAS.com - Konten artis pamer harta seakan tidak ada matinya. Apalagi saat ini banyak artis yang berbondong-bondong pindah ke YouTube untuk mendistribusikan konten mereka dengan leluasa.

Kreasi konten pamer harta pun dilakukan sejumlah artis. Mulai dari pamer mobil mewah, rumah, perhiasan, hingga tas-tas edisi terbatas yang dikeluarkan oleh merek fesyen ternama di dunia.

Namun apakah konten demikian memiliki manfaat bagi masyarakat selaku penonton?

Psikolog Ratih Ibrahim mengataka, ada dua alasan mengapa sebagian figur publik akhirnya tergiur dengan konten pamer harta.

Baca juga: Mewahnya Rumah Baru Raffi Ahmad, Dilengkapi Lift Khusus Mobil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama karena memang ada kepribadian narsistik dalam diri mereka.

"Boleh enggak ya? Ya boleh-boleh saja, mau pamer-pamer itu, pamer ini, boleh saja. Tapi hal tersebut mengindikasikan bahwa yang bersangkutan itu punya kepribadian apa? Kepribadian yang narsistik," ucap Ratih saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/3/2022).

Mereka yang narsis akan mengharapkan imbalan atas perilaku yang ditunjukkan. Entah berbentuk pujian atau kritik, yang jelas keduanya dianggap sebagai hal yang menguntungkan.

Adapun yang kedua, kemunculan konten pamer harta terjadi karena kebutuhan, misalnya untuk membesarkan nama artis tersebut.

Baca juga: Tiba-tiba Dapat Kado Tas Rp 1,4 Miliar dari Atta, Aurel: Sayang, Kamu Mau Nyogok Aku Ya?

"Misalnya branding, memang dia buat jualan, kan memang ada orang-orang untuk pemosisian dirinya sebagai public figure, sebagai selebriti, dia ya mesti dandan," ujar Ratih.

Sayangnya, di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang tidak baik-baik saja, konten pamer harta justru lebih banyak menuai kritikan.

Aksi figur publik mempertontonkan harta mereka dinilai minim empati di tengah himpitan ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19. Apalagi saat ini Indonesia sedang dilanda krisis komoditas pangan seperti minyak goreng.

Ratih pun menyebut bahwa konten pamer harta yang dipertontonkan figur publik adalah bukti bahwa mereka tidak memiliki empati.

Baca juga: Sekarang Koleksi Mobil, Andre Taulany: Jadi Ingat Dulu Sering Naik Bus dan Angkot

"Sebenarnya, di situ menunjukkan bahwa dia tidak empati. Dia tidak punya empati yang cukup terhadap kondisi bangsa kita, kondisi masyarakat pada umumnya, kebanyakan banyak orang yang prihatin gitu," ucap Ratih.

Meskipun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa konten pamer harta yang ditawarkan para artis lewat media sosial juga masih laku di pasaran.

Sebagai contoh, konten pamer harta Atta Halilintar memberikan tas Hermes Rp 1,4 miliar pada Aurel Hermansyah sukses meraup 1,7 juta penonton dalam satu hari saja.

Selain Atta dan Aurel, beberapa artis juga kerap kali mengunggah konten pamer harta ke media sosial seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Baru-baru ini Nagita memberi kado ulang tahun untuk Raffi Ahmad berupa Ferrari F8 Triburto seharga Rp 12 miliar.

Ratih pun mengingatkan bahwa dampak negatif dari kecanduan nonton konten pamer harta yang disuguhkan para artis adalah menurunnya kualitas hidup.

"Kalau kamu teradiksi dengan nonton berbagai macam tayangan-tayangan dari sosial media, internet, when you put yourself into addiction, yang namanya adiksi, impact-nya lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya kan," ucap Ratih.

Candu terhadap sesuatu menandakan bahwa seseorang telah kehilangan kendali atas diri sendiri. Pengaruhnya bukan hanya terlihat secara fisik tapi juga dalam bentuk lain.

"Kalau kualitas hidup jadi turun, misalnya, makan kacau, jadi kontraproduktif, itu enggak cuma penampilan fisik kamu saja, yang lain-lain juga jadinya jelek," ungkapnya.

Baca juga: Marshel Widianto Pamer Rumah dan Mobil, Hasil Kerja Keras Selama 5 Tahun

Jadi hiburan dan motivasi

Konten pamer harta juga menyimpan sisi positif. Apa yang dipertontonkan para artis bisa jadi hiburan semata hingga motivasi agar hidup lebih produktif.

"Kalau cuma buat hiburan, sekali, mengisi waktu kosong, waktu kosong nya jangan banyak-banyak ya, kamu tetap jadi orang yang produktif, ya kamu gembira-gembira saja. Mungkin kamu juga jadi produktif, terinspirasi," ucap Ratih.

Publik bisa jadi termotivasi untuk bekerja keras ketika melihat konten yang mempertontonkan kemewahan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi