Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Hasil Kinerja LSF Selama 2021 dan Penjelasan soal Sensor dalam Film Jakarta Vs Everybody

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO
Konferensi pers laporan kinerja Lembaga Sensor Film (LSF) 2021 di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022).
|
Editor: Andi Muttya Keteng Pangerang

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2021, Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia telah berupaya menjalankan fungsinya untuk melakukan sensor dan pengawasan bagi materi digital di layanan siaran Tanah Air.

LSF menerima total materi sensor yang didaftarkan sebanyak 40.640 judul pada tahun 2021.

Dalam konferensi pers laporan kinerja LSF 2021 di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022), LSF juga membagikan soal dinamikanya sejauh ini, sekaligus contoh sensor yang diterapkan pada film Jakarta Vs Everybody.

Baca juga: LSF Sempat Ingatkan Film Jakarta Vs Everybody soal Adegan Narkoba dalam Bungkus Permen

Berikut rangkuman Kompas.com:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Dua film tak lulus sensor

Dari jumlah 40.640 materi sensor, yang dinyatakan lulus sebanyak 40.638 judul.

Artinya, ada dua film yang tidak lulus dan dikembalikan ke pemilik film.

Data tersebut disampaikan Wakil Ketua LSF, Ervan Ismail.

"Produk terkenal dari LSF itu Surat Tanda Lulus Sensor (STLS), mencakup film layar lebar, televisi, dan jaringan informatika. Tahun ini kami terima 40.640 judul materi sensor, ada dua yang tak lulus sensor," kata Ervan.

Baca juga: LSF Enggan Umumkan Dua Film yang Tak Lulus Sensor di 2021, Mengapa?

94 persen materi sensor tersebut adalah film yang tayang di televisi dari total keseluruhan.

Ervan menambahkan, jumlah tersebut memenuhi harapan atau target yang tertuang dalam Rencana Strategis LSF 2021.

2. Film Indonesia membaik, meski diterpa pandemi

Untuk bioskop, LSF menerima materi film layar lebar dan iklan film hanya 237 judul, sementara yang lulus sensor 233 judul.

Melihat data tersebut, Ketua LSF, Romy Fibri Hardiyanto menyebut produksi film Tanah Air mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Terima 40.640 Materi, LSF Sebut Produksi Film Indonesia Membaik

"Jumlah itu sudah mengalami kenaikan sebanyak 20,9 persen dari jumlah materi sensor layar lebar pada 2020," ujar Romy.

Romy berpendapat, ini merupakan pertanda baik bagi dunia perfilman Tanah Air.

3. Kesulitan terapkan sensor di OTT

Meski demikian, masih banyak tantangan yang dihadapi LSF untuk melakukan sensor secara merata di tayangan Indonesia.

Salah satu tantangan berat LSF adalah menerapkan sensor pada film di layanan OTT seperti Netflix, Disney+ Hotstar dan lainnya.

Baca juga: Sepanjang 2021, LSF Terima 40.640 Materi, Dua Film Tak Lulus Sensor

Hal itu dijelaskan oleh Fetrimen, Ketua Subkomisi Pemantauan LSF.

"Kami sadar dan mengetahui belum semua tayangan dan film masuk dalam proses sensor. Artinya tayangan berbasis internet, OTT, media baru, belum semua melalui proses penyensoran di Komisi 1 LSF," ucap Fetrimen.

Fetrimen tak menampik kendala jarak LSF dan provider OTT yang berkantor di luar negeri.

Hal itu menyulitkan diskusi antara pihak LSF dan provider tersebut.

Baca juga: Polemik Sinetron Suara Hati Istri, LSF Sebut Penyensoran Hanya Fokus ke Konten

"OTT ini ada persoalan, kalau provider itu ada di dalam negeri kami bisa ajak diskusi. Kesulitan ketika ada temuan provider luar negeri. Itu sulit kami meyakinkan mereka," ujar Fetrimen.

4. Soal Jakarta Vs Everybody

Pihak LSF tak menyanggah soal komentar negatif atas hasil penyensoran terhadap film tertentu.

Salah satu contohnya ada pada film Jakarta Vs Everybody.

LSF sempat memberi masukan saat film Jakarta Vs Everybody masuk ke tahap uji sensor sebelum naik tayang.

Baca juga: Hari Film Nasional, Menko PMK Minta LSF Tak Cuma Menyensor Film

Pihak LSF menyoroti cerita dalam film tersebut yang menayangkan peredaran narkoba dalam kemasan permen dan susu yang hingga kini masih beredar di masyarakat.

Pihak LSF khawatir, produk permen dan susu yang dijadikan alat peredaran narkoba dalam film tersebut akan melayangkan protes.

Pasalnya, peredaran narkoba adalah hal negatif dan kemungkinan bakal merusak omzet merek susu dan permen tersebut nantinya.

Baca juga: Atap Gedung Film Roboh, Kantor LSF Dipindahkan Sementara

"Kami juga melihat film ini dari sisi hukum. Misalnya mereka memakai bungkus permen yang diisi narkoba. Tapi permen itu mereknya masih beredar. Kalau dilihat merek itu, dia (pihak film) pasti kena dong," ujar Ketua Subkomisi Dialog LSF, Noorca M Massardi.

Selain soal merek, pihak LSF juga memberi masukan penting bagi film Jakarta Vs Everybody, yaitu soal narasi peredaran narkoba.

Pihak LSF sempat menganjurkan agar kadar cerita peredaran narkoba di film yang dibintangi Jefri Nichol itu bisa dikurangi.

Noorca menyebut, tim produksi Jakarta Vs Everybody akhirnya menuruti saran LSF dan berterima kasih.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi